Anda di halaman 1dari 7

1.

Karakteristik Manusia Beragama Islam


Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting, karena
ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang akan
datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai
spiritual yang sesuai dengan agama- agama samawi (agama yang datang dari
langit atau agama wahyu). Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan
dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya.
Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan
menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati
manusia menjadi jernih, halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan
benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai
aliran sesat. Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah
dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat
yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong
menolong. Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang
melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi.

2. Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur’an


Di dalam Al-Qur‟an, Allah sebagai Dzat pencipta manusia, menyebutkan
beberapa istilah yang menunjuk kepada manusia, yaitu:
a. Kata Al- Basyar
Penamaan manusia dengan kata Al-Basyar dinyatakan dalam alqur‟an
sebanyak 27 kali.15 Kata basyar secara etimologis berasal dari kata ( ba‟,
syin, dan ra‟) yang berarti sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira,
menggembirakan, memperhatikan ata u mengurus suatu. Menurut M. Quraish
Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang pada umumnya berarti
menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang sama lahir kata
basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamakan basyarah karena kulitnya
tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang lainnya. Kata basyar dapat
juga diartikan sebagai makhluk biologis. Tegasnya memberi pengertian
kepada sifat biologis manusia, seperti makan,minum, hubungan seksual dan
lain-lain.
b. Kata An-Nas
Kata an-Nas dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 240 kali dalam 53
surat. Kata an-nasmenunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk
hidup dan makhluk sosial, secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan
atau kekafirannya, atau suatu keterangan yang jelas menunjuk kepada jenis
keturunan nabi Adam.
Kata an-Nas dipakai al-Qur‟an untuk menyatakan adanya sekelompok
orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk
mengembangkan kehidupannya. Penyebutan manusia dengan kata An-Nas
lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya.
c. Kata Al-Insan
Penamaan manusia dengan kata al-insan yang berasal dari kata aluns,
dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat.
Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak,
atau pelupa. Menurut Jalaludin Rahmat memberi penjabaran al-insan secara
luas pada tiga kategori. Pertama, alinsan dihubungkan dengan keistimewaan
manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan
dengan predisposisi negatif yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga,
alinsan disebut dalam hubungannya dengan proses penciptaan manusia.
Kecuali kategori ketiga, semua konteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat
psikologis atau spiritual.
d. Bani Adam atau Zurriyat Adam
Manusia disebut dengan Bani Adam karena mansia merupakan
keturunan dari Nabi Adam. Manusia mempunyai dua komponen yaitu
jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan fisik atau jasmani manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya yang memerlukan dukungan fisik dan dengan
kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan
dukungan mental. Selanjutnya untuk memfungsikan kedua unsur tersebut
secara baik diperlukan pembinaan dan bimbingan disinilah pendidikan sangat
diperlukan.

3. Tujuan Penciptaan Manusia


Memperbincangkan maslah peran dan tanggung jawab manusia, erat
hubungannya dengan istilah khalifah seperti disebutkan dibeberapa ayat al-
Qur’an. Kata khalifah yang cukup dikenal di Indonesia mengandung makna
ganda. Di satu pihak, khalifah dimengerti sebagai kepala negara dalam
pemerintahan seperti Kerajaan Islam di masa lalu, dan di lain pihak pula
pengertian khalifah sebagai “wakil Tuhan” di muka bumi. Yang dimaksud dengan
“wakil Tuhan” mempunyai dua pengertian. Pertama, yang diwujudkan dalam
jabatan pemerintahan seperti kepala negara, kedua,dalam pengertian fungsi
manusia itu sendiri di muka bumi. Adapun khalifah dalam tulisan ini lebih
condong kepada pengertian khalifah yang kedua yaitu “wakil Tuhan” yang
berhubungan dengan fungsi dan tanggungjawab manusia di muka bumi yang
mengemban amanat Tuhan. Pada dasarnya, semua manusia mempunyai
kewajiban untu menyampaikan kebenaran.
Menurut Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar –mengutip pendapat al-Qurtubi-
amanat yang ditugaskan Allah kepada manusia sungguh berat, hal ini terbukti
pada penolakan langit dan bumi serta gunung-gunung ketika ditawarkan untuk
memikulnya dan mengemban amanat tersebut. Ada dua bentuk peranan dan
tanggung jawab manusia di permukaan bumi yaitu: 1. Peran dan tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan makhuk sosial; 2. Peran dan tanggung jawab
manusia sebagai khalifah fil Ardl (di bumi). Secara terminoligis menurut
Amrullah Ahmad pengembangan masyarakat Islam adalah suatu sistem tindakan
nyata yang menawarkan model pemecahan masalah umat dalam bidang sosial,
ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam.

4. Proses Penciptaan Manusia


Dilihat dari proses penciptaannya, Al-Qur’an menyatakan peroses penciptaan
manusia dalam dua tahapan yang berbeda, yaitu: pertama, disebut dengan tahapan
primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam as ,
diciptakan dari at-tin (tanah), atturob (tanah debu), min shal (tanah liat),
minhamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah
dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya kedalam diri
(manusia) tersebut.
Penciptaan manusia selanjutnya adalah proses biologi yang dapat dipahami
secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah
yang dijadikan air mani (nuthfah) yang disimpan di tempat yang kokoh (rahim).
kemudian air mani di jadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam
rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumapal daging
(mudghah) dan kemudian di balut dengan tulang belulang lalu kepadanya
ditiupkan ruh.
Hadist yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim menyatakan bahwa ruh di
hembuskan Allah SWT ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40
hari nuthfah, 40 hari alaqah daan 40 hari mudghah.
Al-Ghazali mengungkapkan proses penciptaan manusia dalam teori
pembentukan (taswiyah) sebagai suatu proses yang timbul di dalam materi yang
membuatnya cocok untuk menerima ruh. Materi itu merupakan sari pati tanah liat
nabi Adam as yang merupakan cikal bakal bagi keturunannya. Cikal bakal atau
sel benih (nuthfah) ini yang semula adalah tanah liat setelah melewati berbagai
proses akhirnyamenjadi bentuk lain (khalq akhar) yaitu manusia dalam bentuk
yangsempurna.
Tanah liat menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan), makanan menjadi
darah, kemudian menjadi sperma jantan dan indung telur. Kedua unsure ini
bersatu dalam satu wadah yaitu rahim dengan transformasi panjang yang akhirnya
menjadi tubuh harmonis (jibillah) yang cocok untuk menerima ruh. Sampai di sini
prosesnya murni bersifat materi sebagai warisan dari leluhurnya.
Kemudian setiap manusia menerima ruhnya langsung dari Allah disaat
embrio sudah siap dan cocok menerimanya. Maka dari pertemuan ruh dan badan,
terbentuklah makhluk baru manusia.

5. Alam Kehidupan Manusia


Imam Suyuthi dalam kitab Busyra al-Kasib bi Liqa’ al-Habib mengutip
perkataan Abu al- Qasim. Beliau menjelaskan tentang empat fase kehidupan yang
akan dilalui oleh manusia, setiap fase lebih luas jangkauan daripada sebelumnya:
a. Alam Rahim
Yaitu sewaktu manusia itu masih dalam kandungan ibu, dan pada waktu
itulah dimulainya proses kejadian manusia, yakni Allah SWT menciptakan
manusia dari saripati(berasal) dari tanah, dari saripati itu Allah SWT jadikan
air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Allah SWT jadikan segumpal darah itu Allah segumpal daging, dan
segumpul daging itu Allahh jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Allah bungkus dengan daging. Setelah itu barulah Allah menjadikannya
makhluk yang berwujud manusia seperti kita. Jadi pada tahap yang pertama
ini manusia telah mengalami hidup dialam kandungan, yang keadaan di situ
adalah amat sempit, terbatas, banyak  kesukaran, dan penuh kegelapan yang
tertimbun-timbun. Dan pada waktu itu manusia belum mengerti situasi dan
kondisi.
Sesudah sembilan bulan lamanya berada didalam rahim ibu, yang
dikandungnya dengan susah payah, penuh rasa keprihatinan, maka lahirlah
manusia itu ke alam wujud dalam keadaan yang masih kecil dan lemah, tidak
punya daya dan kekuatan, belum punya ilmu dan harta, maka barulah
manusia akan mengalami fasw kehidupan dialam dunia yang fana ini.
b. Alam Dunia
Tersebut dalam firman-Nya: Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”. ( Q.S
An-Nahl : 78)
Setelah manusia manusia itu lahir dari kandungan sang ibu dan hidup,
maka barulah manusia itu menempuh kehidupan yang kedua kalinya, yaitu
hidup di alam dunia. Maka mulailah manusia setelah lahir didunia mengalami
pertumbuhan yang pasti berlaku, dari kecil menjadi besar dan dari muda
menjadi tua. Ditahap yang fana, tujuan utamanya adalah untuk mengejar
kebaikan bagi yang beriman dan berakal sehat, bagi yang tidak beriman ia
akan menumpuk-numpuk kejahatan. Oleh sebab itu dunia ini dapatlah
dianggap sebagai sebab-sebab dapat diperolehnya kebahagiaan atau
kecelakaan. Dan hanyalah kehidupan dunia adalah meerupakan kenikmatan
yang memperdayakan dan menipu. Di dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala
berfirman: Artinya: “kehidupan dunia itu lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan”. (Q.S Ali Imran :185)
Oleh karena itu dalam kesempatan menempuh kehidupan pada tahap
yang kedua ini yakni hidup di alam dunia janganlah seseorang hanya
terpedaya dengan kemewahan, kemmegahan, kesenangan dan kenikmatan
dunia saja, dan jangan pula tertipu oleh bujukan syaithan dalam mentaati
Allah. Akan tetapi kejarlah dan bersegeralah memperbanyak amal shalih
dalam kesempatan yang telah dimodali dengan unur itu sebagai bekal untuk
menempuh kehiudupan di alam selanjutnya.
Bukankah dalam hal ini Allah Ta’ala memperingatkan kepada kita
sebagaimana firman-Nya: Artinya: ” sesungguhnya janji Allah adalah benar,
maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan
jangan (pula) penipu (syaithan) memperdayakan kamu dalam(mentaati)
Allah”. (Q.S Luqman : 33)
c. Alam Barzah
Setelah manusia itu mati, maka untuk selanjutnya ia dikuburkan, dan
selanjutnya mengalami perpindahan alam lagi yaitu menempuh kehidupan
dialam kubur(barzakh). Adapun sifat dan keadaan alam yang ketiga atau
barzakh ini adalah lebih luas lagi dari keadaan alam yang ketiga atau dunia
sekarang ini. Sebagai perumpamaan dapatlah dikatakan bahwa perbandingan
antara alam barzakh dengan alam dunia sekarang ini adalah sebagaimana
pebandingan antara alam dunia sekarang dengan alam sewaktu masih dalam
kandungan ibu.
Adapun kehidupan di alam barzakh ini sifatnya juga hanya semetara
waktu, yaitu hingga datangnya hari kiamat, sebab setelah datangnya hari
kiamat nanti tak akan ada kehidupan lagi yaitu kehidupan tahap yang
keempat (terakhir), yakni kehidupan alan akhirat.

d. Alam Akhirat
Perjalanan terakhir yang ditempuh oleh manusia adalah kehidupan dialam
akhirat. Alam akhirat ini merupakan perumahan yang kekal untuk selama-
lamanya, yang terdiri dari surga atau neraka. Setelah itu tidak ada lagi alam
yang lain lag. Di dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala banyak memberikan sifat
akhirat, yaitu bahwa kehidupan dialam akhirat itu adalah kehidupan yang
lebih baik dan kekal. Dan sesuai dengan sebutannya “Alam Akhirat” adalah
merupakan alam yang terakhir. Kehidupan Akhirat adalah kehidupan setelah
dunia berakhir. Percaya adanya kehidupan akhirat adalah sebagai ciri-ciri
orang yang sempurna imannya dan bertakwa kepada Allah. Perhatiakan
firman Allah: “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.
(Q.S Al A’laa :17)
https://uit.e-journal.id/JPAIs/article/download/209/371/
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/idarotuna/article/download/7025/3945
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/elafkar/article/download/1233/1045
https://bincangsyariah.com/kalam/empat-fase-kehidupan-manusia/

Anda mungkin juga menyukai