Anda di halaman 1dari 10

‫هلل ِم حن ُش ُرحوِر أَنح ُف ِسنَا‬‫هلل َحَنم ُدهُ ونَست ِعي نُه ونَست حغ ِفرهُ ونَعوذُ ِِب ِ‬

‫َ ح ُ َ ُح‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ َ ح‬


‫إِ َّن ا حْلم َد ِ‬
‫َح‬
‫ِ‬ ‫ض َّل لَه ومن ي ح ِ‬ ‫ات أَ حعمالِنَا من ي حه ِدهِ هللا فَالَ م ِ‬ ‫وسيِئَ ِ‬
‫ي لَهُ‬ ‫ضل حل فَالَ َهاد َ‬ ‫ُ ََ ح ُ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َ َح َ‬ ‫َ َ ِّ‬
‫َوأَ حش َه ُد أَ حن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو حح َدهُ الَ َش ِريح َ‬
‫ك لَهُ َوأَ حش َه ُد أ َّ‬
‫َن ُُمَ َّمداً َع حب ُدهُ‬
‫‪.‬وَر ُس حولُهُ‬
‫َ‬
‫اّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ ََتُوتُ َّن إِالَّ َوأَنتُم ُّم حسلِ ُمو َن“‬
‫آمنُواح اتَّ ُقواح ِّ‬
‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫‪َ”.‬ي أَيُّ َها الذ َ‬
‫َ‬
‫اح َدةٍ َو َخلَ َق ِم حن َها“‬
‫سوِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫َّاس اتَّ ُقواح َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُكم ِّمن نَّ حف ٍ َ‬
‫ََي أَيُّ َها الن ُ‬
‫ساءلُو َن بِ ِه‬ ‫ث ِم حن هما ِرجاالً َكثِرياً ونِساء واتَّ ُقواح ِّ َّ ِ‬
‫اّللَ الذي تَ َ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َزحو َج َها َوبَ َّ ُ َ َ‬
‫اّللَ َكا َن َعلَحي ُك حم َرقِيباً‬
‫ام إِ َّن ِّ‬
‫‪”.‬واألَ حر َح َ‬
‫َ‬
‫صلِ حح لَ ُك حم“‬
‫اّللَ َوقُولُوا قَ حوالً َس ِديداً ‪ .‬يُ ح‬
‫آمنُوا اتَّ ُقوا َّ‬ ‫ين َ‬
‫َّ ِ‬
‫ََي أَيُّ َها الذ َ‬
‫از فَ حوزاً‬ ‫أَ حع َمالَ ُك حم َويَ حغ ِف حر لَ ُك حم ذُنُوبَ ُك حم َوَمن يُ ِط حع َّ‬
‫اّللَ َوَر ُسولَهُ فَ َق حد فَ َ‬
‫”ع ِظيماً‬
‫َ‬
‫أما بعد‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah‬‬

‫‪Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan‬‬


‫‪ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang‬‬
‫‪diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam‬‬
‫‪serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya‬‬
‫‪shallallahu ‘alaihi wa sallam.‬‬
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-
sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Orang yang merenungi sunnatullah tentu akan mengetahui


bahwa cobaan merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah yang
bersifat kauniyyah qadariyyah (qadar Allah terhadap alam semesta).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫ص ِِّم َن احألَ حم َو ِال َواحألَن ُف‬ ِ ‫اْلَو‬ ِ ‫شي ٍء‬


‫س‬ ٍ ‫ف َوا حْلُوِع َونَ حق‬ ‫َولَنَ حب لَُونَّ ُك حم بِ َ ح َ ح‬
‫ح‬ ‫ن‬ ‫م‬
َ ‫الصابِ ِر‬
‫ين‬ َّ ‫ش ِر‬ ِِّ َ‫ات َوب‬
ِ ‫والثَّمر‬
ََ َ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al
Baqarah: 155)

Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang


paling shaleh adalah orang yang paling jauh
dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam
hadis disebutkan:

Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah


bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah orang yang paling berat
ujiannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian yang setelahnya dan
setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang
imannya tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang imannya
rendah maka ujiannya disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan
tetap menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa
membawa dosa.” (HR. Tirmidzi)

Di samping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah


kepada hamba-Nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ً‫ب قَ حوما‬
َّ ‫َح‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫ذ‬
َ ِ
‫إ‬ ‫اَل‬
َ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ‫هللا‬ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬‫و‬ ،‫ء‬ِ َ‫إِ َّن ِعظَم ا حْلز ِاء مع ِعظَ ِم الحبال‬
َ َ َ َ َ َ َ ََ َ
‫ط‬
ُ ‫الس حخ‬
ُّ ُ‫ط فَ لَه‬َ ‫ َوَم حن َس ِخ‬،‫ضي‬ َ ‫ض َي فَ لَهُ ال ِِّر‬ِ ‫ فَمن ر‬،‫ابح تَالَ ُهم‬
َ ‫ح َح‬
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah
apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang
siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang
siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-
Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Tirmidzi menghasankannya)

Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh


Allah kebaikan kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

ِ‫اد بِعب ِده‬ ‫اد هللاُ بِ َع حب ِدهِ ح‬


‫ َوإِ َذا أ ََر َ َ ح‬،‫الدنح يَا‬
ُّ ‫ري َع َّج َل لَهُ الحعُ ُق حوبَةَ ِِف‬ َ ‫اْلَ ح‬ َ ‫إِ َذا أ ََر‬
‫اِف بِ ِه يَ حوَم ال ِحقيَ َام ِة‬
َ
ِ ‫ك َع حنهُ بِ َذنحبِ ِه َح ََّت يُ َو‬َ‫س‬ َّ
َ ‫الش َّر أ حَم‬
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah
akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan
keburukan bagi hamba-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa-
dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” (HR.
Tirmidzi)

Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ُ‫الش حوَك ِة ي‬
‫شا ُك َها‬ َّ ‫يب ال ُحم حسلِ َم إِالَّ َك َّف َر‬
َّ ‫ َح ََّت‬، ُ‫اّللُ ِِبَا َع حنه‬ ِ ٍ ِ ِ
ُ ‫» َما م حن ُمصيبَة تُص‬
“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah
akan menggugurkan dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.” (HR.
Bukhari)

Sebaliknya, jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap


bergelimang di atas kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang
demikian merupakan istidraj (penangguhan azdab dari Allah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang


disenangi kepada seorang hamba padahal ia berada di atas maksiat,
maka sebenarnya hal itu adalah istidraj”, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat:
”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan
untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al An’aam:
44). (HR. Ahmad dengan isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no. 561)

Hikmah Adanya Musibah


Jamaah Jumat ‘azzaniyallhu wa iyyakum

Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia


seorang yang shaleh, maka cobaan itu menghapuskan kesalahan-
kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia
seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-
dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ات لَ َعلَّ ُه حم يَ حرِجعُو َن‬


ِ َ‫السيِئ‬ ِ ‫وب لَوََن ُهم ِِب حْل‬
ِّ َّ ‫سنَات َو‬
ََ ‫ََ ح‬
“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana)
yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al
A’raaf: 168)

Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan


bersyukur terhadap nikmat-Nya.

Ibnul Qayyim berkata, “Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia,
niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub (bangga diri),
dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran
baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah, kadang-
kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya
dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha
Suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Musibah yang diterima karena


Allah semata, lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuat lupa
mengingat-Nya.”
ِ ِ ِ ُ‫ وأَستَ غح ِفره‬،‫أَقُو ُل قَوِِل ه َذا‬
َ ‫ َو ِْلَ ِم حي ِع املُ حسل ِم ح‬،‫العظ حي َم اْلَل حي َل ِ حِل َولَ ُك حم‬
‫ي‬ َ ُ ‫ح ح َ َ ح‬
‫الر ِح حي ُم‬ ‫ر‬‫و‬
َ ُ‫َ ح‬ ‫ف‬
ُ ‫غ‬
َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ ‫ه‬
ُ َّ
‫ن‬ ِ
‫إ‬ ‫؛‬‫ه‬
ُ ‫و‬‫ر‬
‫ُح‬
ِ ‫ فَاستَ غح‬،‫ب‬
‫ف‬ ‫ح‬ ٍ ‫ن‬
‫ح‬ ‫ذ‬
َ ‫ل‬ِ ‫ك‬
ُ
ِّ ‫ح‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬
KHUTBAH KEDUA

‫ضلِ ِه املِ حد َرا ِر‬


‫اَل َعلَى فَ ح‬ ‫ أ ح‬،‫الرِح حي ِم الغََّفا ِر‬
َ ‫َْحَ ُدهُ تَ َع‬ َ ،‫ر‬ِ ‫ا‬‫ه‬َّ ‫ق‬
َ ‫ال‬ ‫د‬ ِ ‫ّلل الو‬
ِ ‫اح‬
َ
ِِِّ ‫اَْلم ُد‬،
‫َح‬
‫ك‬َ ‫ َوأَ حش َه ُد أَ حن َّال إِلَهَ إَِّال هللا َو حح َدهُ َال َش ِريح‬،‫الغ َزا ِر‬ِ ‫وأَ حش ُكرهُ َعلَى نِع ِم ِه‬
َ ُ َ
‫صطََفى‬ ‫َن نَبِيَّ نَا ُُمَ َّمداً َع حب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ املُ ح‬
َّ ‫ َوأَ حش َه ُد أ‬،‫ار‬
ُ َّ‫الع ِزيح ُز اْلَب‬
َ ُ‫لَه‬
‫ َوأ ح‬،‫ َوإِ حخ َونِِه األَبح َرا ِر‬،‫ي األَط َحهار‬ ِِ ِ
ُ‫َص َحابُه‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَحيه َو َعلَى آله الطَيِِّبِ ح‬ َ ،‫املُ حختَار‬
‫َّهار‬ ِ ٍ ‫ ومن تَبِع ُهم ِبِِ حح‬،‫األَ حخيا ِر‬
َ ‫ب اللَحي َل َوالن‬ ُ ‫سان َما تُ َعاق‬ َ ‫َ ََ ح َ ح‬
Di samping yang disebutkan di atas, hikmah musibah lainnya adalah:

o Sebagai jalan menuju surga.

Surga adalah tempat yang penuh kenikmatan, tidak mungkin


mencapainya dengan santai dan berleha-leha, bahkan untuk
mencapainya dibutuhkan kerja keras, penderitaan, kesabaran, dan
kesungguhan. Orang-orang yang Anda lihat berharta banyak dan
merasakan berbagai kenikmatan di dunia ini, ia mengawali hidupnya
dengan kerja keras, penderitaan, kesabaran, dan kesungguhan,
sehingga di akhirnya ia mendapatkan kekayaan dan kenikmatan. Nah,
sekarang yang hendak Anda kejar adalah kenikmatan yang lebih baik
dari itu, kenikmatan yang sesungguhnya, yang tidak memiliki
kekurangan dan keterbatasan; hidup kekal tidak mati, senantiasa
sehat tidak sakit, santai menikmati kesenangan yang ada tanpa susah
payah mendapatkannya dsb.
Athaa’ pernah berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Maukah kamu
aku perlihatkan seorang wanita penghuni surga?” Aku (Athaa’)
menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Yaitu wanita hitam ini. Ia pernah datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Saya terkena
penyakit ayan, dan jika sedang kambuh, auratku terbuka, maka
berdoalah kepada Allah untukku!” Beliau bersabda, “Jika kamu mau
bersabar, maka kamu akan masuk surga. Namun jika kamu mau, maka
aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Wanita itu
berkata, “Aku siap bersabar. Hanya saja jika sedang kambuh auratku
terbuka. Oleh karena itu, berdoalah kepada Allah agar auratku tidak
terbuka.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, maka
Allah akan berkata kepada para malaikat-Nya, ‘Apakah kalian telah
mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para malaikat menjawab, ‘Ya’. Allah
berfirman, ‘Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?’ Mereka
menjawab, ‘Ya’. Allah berfirman, ‘Lalu apa yang diucapkan hamba-Ku?’
Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan beristirja’ (mengucapkan “Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun)’. Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk
hamba-Ku rumah di surga dan namailah dengan Baitul hamd (rumah
pujian)’.” (Hasan, HR. Tirmidzi)Lihatlah wanita yang terkena musibah
ayan ini, ia siap bersabar terhadap musibah sehingga membuatnya
akan masuk surga.

Dalam hadis qudsi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


َ‫ضتُهُ ِم حن ُه َما ا حْلَنَّة‬
‫َب َع َّو ح‬ ِ ِ ِ ُ ‫إِذَا ابح تَ لَحي‬
َ َ‫ت َع حبدى ِبَبِيبَ تَ حيه ف‬
ََ ‫ص‬
“Apabila Aku memberi cobaan kepada hamba-Ku dengan (dijadikan buta)
kedua mata yang dicintainya, ia pun bersabar, maka Aku akan
menggantinya dengan surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya sikap kesal dan keluh


kesah, tidak dapat menghilangkan musibahmu, bahkan hanya
menambah derita dan dosa.

o Membawa keselamatan dari api neraka dan membersihkan dosa-dosa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang penyakit


demam:

‫ظ ُك ِِّل ُم حؤِم ٍن ِم َن النَّا ِر‬


ُّ ‫اَ حْلُ َّمى َح‬

“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (HR.
Al Bazzar, Silsilah Ash Shahiihah no. 1821)

Di dalam hadis lain disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam apabila menjenguk orang sakit berkata kepadanya, “Laa ba’sa
thahuur insya Allah.” Artinya: Tidak apa-apa, penyakit itu akan
membersihkan (dosa-dosamu) insya Allah. (HR. Bukhari)

o Menyadari betapa besarnya nikmat sehat.

Seseorang akan merasakan nikmat sehat ketika sakit. Ketika


seseorang sakit gigi misalnya, ia akan merasakan begitu nikmat gigi
yang sehat. Ketika telinganya tersumbat sesuatu sehingga tidak dapat
mendengar secara jelas, ia akan merasakan nikmatnya bisa
mendengar dengan baik, dsb. Dengan demikian, ia pun dapat
bersyukur dan merasakan begitu besarnya nikmat yang diberikan
Allah kepada dirinya.

o Membuat dirinya peka terhadap musibah yang menimpa saudaranya, sehingga ia


pun mau membantu saudaranya.

Di dalam hadis qudsi disebutkan, bahwa Allah akan berfirman kepada


anak cucu Adam pada hari kiamat:

“Wahai anak Adam, Aku sakit, namun mengapa kamu tidak menjenguk-
Ku?” Anak Adam menjawab, “Ya Rabbi, bagaimana aku menjengukmu,
sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah
kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sedang sakit, tetapi kamu
tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau menjenguk, tentu kamu
akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! Aku meminta makan
kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Ia
berkata: “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau
Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui
bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu, tetapi kamu tidak
memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi, tentu kamu akan
mendapatkan yang demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku meminta
minum kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Ia
berkata, “Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau
Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Hamba-Ku si fulan telah
meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau
sekiranya kamu mau memberinya minum, tentu kamu akan
mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku.” (HR. Muslim)
‫‪Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita‬‬
‫‪semua‬‬ ‫‪dan‬‬ ‫‪meringankan‬‬ ‫‪musibah‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪kita‬‬ ‫‪hadapi‬‬ ‫‪serta‬‬
‫‪memantapkan langkah-langkah kita.‬‬

‫صلُّوا َعلَحي ِه‬ ‫ِ‬


‫َّب ََيأَيُّ َها الَّذ َ‬
‫ين َء َامنُوا َ‬ ‫إِ َّن هللاَ َوَمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلُّو َن َعلَى النِ ِِّ‬
‫يما‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َو َسلِّ ُموا تَ حسل ً‬
‫ت َعلَى إِبح َر ِاه حي َم‬
‫صلَّحي َ‬ ‫‪،‬اللهم ص ِل َعلَى ُُمَ َّم ٍد‪ ،‬و َعلَى ِ ٍ‬
‫آل ُُمَ َّمد‪َ ،‬ك َما َ‬ ‫َ‬ ‫َ ِّ‬
‫ك َِ‬
‫ْح حي ٌد ََِم حي ٌد‬ ‫آل إِب ر ِ‬
‫اه حي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬‫َو َعلَى ِ َح‬
‫ت َعلَى إِب ر ِ‬
‫اه حي َم‬ ‫آل ُُمَ َّم ٍد‪َ ،‬ك َما َِب َرحك َ‬‫‪،‬اللهم َِب ِر حك َعلَى ُُمَ َّم ٍد‪ ،‬و َعلَى ِ‬
‫َح‬ ‫َ‬
‫ك َِ‬
‫ْح حي ٌد ََِم حي ٌد‬ ‫آل إِب ر ِ‬
‫اه حي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬ ‫و َعلَى ِ‬
‫حَ‬ ‫َ‬
‫سنَا َوإِ حن ََلح تَغح ِف حر لَنَا‬ ‫ف‬
‫ُ‬ ‫َن‬
‫ح‬ ‫أ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ن‬‫م‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ظ‬
‫َ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ن‬ ‫ب‬
‫َّ‬‫ر‬ ‫‪،‬‬ ‫ي والحمسلِم ِ‬
‫ات‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫اللهم ا حغ ِف ر لِلحمسلِ ِ‬
‫م‬
‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ ُح َ‬ ‫ح ُح‬
‫َوتَ حر َْححنَا لَنَ ُكونَ َّن ِم َن ح‬
‫اْلَ ِ‬
‫اس ِريح َن‬

‫اب النَّا ِر‪ .‬اللهم إِ ََّن‬ ‫ذ‬


‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫الدنح يا حسنَةً وِِف حاْل ِخرةِ حسنَةً وقِ‬ ‫ُّ‬ ‫ِف‬‫ِ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ن‬‫ربَّنَا آتِ‬
‫َ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ‬
‫ك ِم حن َزَو ِال‬
‫اف َوال ِحغ ََن‪ .‬اللهم إِ ََّن نَعُ حوذُ بِ َ‬
‫ك ا حلَُدى َوالتُّ َقى َوال َحع َف َ‬ ‫نَ حسأَلُ َ‬
‫ك‪ .‬و ِ‬
‫آخ ُر َد حع َو َاَن‬ ‫ِ‬ ‫ك وفُجاءةِ نِ حقمتِ َ ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫نِ حع َمتِ َ‬
‫ك َو ََج حي ِع َس َخط َ َ‬ ‫ك َوََتَُّول َعافيَت َ َ َ َ َ‬
‫ص ححبِ ِه‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫أِ‬
‫صلى هللا َعلَى نَبِيِِّنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى آله َو َ‬ ‫ب ال َحعالَ ِم ح َ‬
‫ي‪َ .‬و َ‬ ‫َن ا حْلَ حم ُد هلل َر ِِّ‬
‫َو َسلَّ َم‬

Anda mungkin juga menyukai