Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Septi Handayani


NIM : 4301418103
Jurusan / Prodi : Kimia/ Pendidikan Kimia
Kelompok : 4 (empat)
Tanggal Praktikum : 13 Mei 2021
Nama Praktikum : Analisis Glukosa Dalam Darah Dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis

1. Tujuan
Menentukan kadar glukosa dalam darah

2. Pendahuluan
Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari karbohidrat
dalam asupan makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan di otot rangka. Glukosa
darah memiliki fungsi sebagai penyedia energi bagi tubuh dan jaringan-jaringan yang ada
dalam tubuh (Widyastuti, 2011).
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, hal ini dikarenakan
glukosa mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam,
glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah.
Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun
kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada
orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi , 1994).
Glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam
keadaan sehat, mempertahankan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dL dalam keadaan
puasa. Setelah ingesti makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar
glukosa darah tidak melebihi 170 mg/dL. Banyak hormon ikut serta dalam mempertahankan
kadar glukosa darah baik dalam keadaan normal (steadystate) maupun sebagai respon
terhadap stres. Beberapa hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah antara lain yaitu
hormon insulin, somatostatin, glukagon, epinefrin, kortisol, ACTH, hormon pertumbuhan,
dan tiroksin. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan
mekanisme-mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari kadar normal,
baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, mengisyaratkan gangguan homeostasis (Sacher R. ,
2007).
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day & Underwood, 2000). Sinar ultraviolet
(UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan
alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul
yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer
(Rohman, 2007).
3. Alat dan Bahan
Alat: Bahan :

● Spektrofotometer UV-Vis (1 set) ● Larutan Asam oksalat (1 mL)


● Tabung Reaksi (12 buah) ● Reagen Biuret
● Gelas Kimia 100 mL (6 buah) (secukupnya)
● Gelas Kimia 500mL (2 buah) ● Larutan Ba(OH)2 0,3 N (1 mL)
● Pipet volume 10 mL (1 buah) ● Larutan ZnSO4.7H2O 5% (2 mL)
● Alat sentrifuge (1 set) ● Larutan (NH4)2SO4 0,5 N (2 mL)
● Tabung sentrifuge (4 buah) ● Larutan Arsenomolibdat
● Spatula (1 buah) (secukupnya)
● Pipet tetes (7 buah) ● Aquades (secukupnya)
● Labu ukur 10 mL (1 buah)

4. Metode
1. Deprotonasi Filtrat Darah
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah

3. Pembuatan Kurva Standar


4. Larutan Blanko

5. Hasil dan Pembahasan


Pada percobaan yang berjudul “Penentuan Kadar Glukosa Darah” bertujuan untuk
menentukan kadar glukosa dalam darah. Dalam percobaan ini, metode yang digunakan
adalah metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran absorbsi (penyerapan)
radiasi gelombang elektromagnetik dengan menggunakan instrumen spektrofotometer
UV-VIS. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pengukuran serapan dari larutan Cu²⁺ yang
direduksi oleh glukosa dalam suasana basa menjadi ion Cu⁺ dalam bentuk senyawa Cu₂O
(endapan merah bata), yang kemudian ditambahkan pereaksi arsenomolibdat yang berfungsi
untuk membentuk Cu²⁺ kembali. Prinsip dasar dari reaksi yang terjadi dalam percobaan ini
adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi) di mana glukosa berperan sebagai gula pereduksi
yang mereduksi ion Cu²⁺ dalam suasana basa menjadi ion Cu⁺ berupa senyawa Cu₂O yang
merupakan endapan merah bata.
Pada percobaan ini, tahap pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang dibutuhkan. Sebelum digunakan, alat-alat tersebut harus dalam keadaan bersih dan
sudah dicuci agar pada saat pemakaian tidak lagi terdapat kontaminan yang dapat
mempengaruhi suatu reaksi. Percobaan penentuan kadar glukosa darah dilakukan melalui
empat tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Deproteinasi filtrat darah merupakan suatu tahapan yang digunakan untuk
memecah atau melepas protein yang terdapat dalam darah, sehingga dapat diperoleh
sampel darah yang bebas dari protein. Metode yang digunakan pada tahap ini adalah
metode pengendapan untuk memisahkan filtrat dengan residu.
Penghilangan protein pada tahap ini dilakukan agar tidak mengganggu nilai
absorbansi atau agar dapat diperoleh hasil absorbansi yang maksimal. Jika seandainya
masih terdapat protein dalam sampel darah, maka pada tahap berikutnya yaitu
penambahan Cu alkalis, justru ion Cu akan berikatan dengan ikatan peptida yang
terdapat pada protein dan akan membentuk kompleks Cu-peptida berwarna ungu. Warna
ungu yang dihasilkan berbeda dengan warna yang diharapkan sehingga menghasilkan
panjang gelombangnya berbeda pula dan pada saat pengukuran absorbansi akan
mempengaruhi hasilnya. Selain itu penghilangan protein penting dilakukan, dikarenakan
pada saat protein yang terkandung dalam darah masih terdapat dalam jumlah banyak,
misalnya masih banyaknya eritrosit yang terdapat dalam darah akan menyebabkan
semakin banyaknya glukosa yang dirombak oleh eritrosit tersebut, sekalipun sudah
keluar dari tubuh. Karena eritrosit terus merombak glukosa dalam darah, akibatnya
kadar glukosa yang diperoleh untuk pengukuran tidak bisa 100%.
Pada proses deproteinasi filtrat darah, tahap pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan botol sentrifuge yang telah berisi 1 mL asam oksalat. Asam oksalat
termasuk senyawa anti-koagulan yang nantinya akan ditambahkan filtrat darah berwarna
coklat kemerahan. Penambahan asam oksalat ini bertujuan agar darah tidak membeku.
Pengkondisian ini penting dilakukan, karena nantinya akan dilakukan pemisahan filtrat
dan residu dengan menggunakan sentrifuge, di mana protein akan berada sebagai residu
dan glukosa berada dalam filtrat. Seandainya jika sebelum penambahan bahan bahan
untuk menggumpalkan protein saja darah sudah menggumpal terlebih dahulu, maka
kemungkinan glukosa akan ikut terperangkap di dalamnya, hingga pada saat tahap
sentrifuge. Namun lain halnya jika darah tidak membeku terlebih dahulu sebelum
penambahan bahan-bahan lainnya hingga tahap sentrifuge, maka protein akan langsung
terendapkan tanpa glukosa darah juga ikut terendapkan, sehingga hasil uji yang
diperoleh akan maksimal.
Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan Ba(OH)₂ 0,3 N yang merupakan larutan
tidak berwarna berfungsi sebagai pemberi suasana basa sekaligus membantu
mengendapkan albumin yang terdapat pada darah dengan cara mengikat ion besi yang
terdapat dalam hemoglobin. Selanjutnya dilakukan pengadukan secara merata untuk
menghomogenkan campuran antara larutan tersebut sehingga kerja yang
memaksimalkan pengendapan. Penambahan larutan Ba(OH)₂ menghasilkan reaksi
pemutusan gugus H pada protein, sebagai berikut:

Tahapan selanjutnya yaitu campuran larutan ditambahkan dengan 2 mL ZnSO₄.


7H₂O 5% merupakan larutan tidak berwarna berfungsi sebagai katalis, selanjutnya
diaduk secara merata untuk menghomogenkan campuran antara larutan tersebut
sehingga kerjanya dapat terjadi secara maksimal dalam pengendapan albumin yang
terdapat pada darah.
Selanjutnya dilakukan penambahan 2 mL (NH₄)₂SO₄ 0,5 N, yang merupakan
garam yang bersifat higroskopis. Garam (NH₄)₂SO₄ inilah yang akan menarik
molekul-molekul air dalam larutan yang mengandung protein, ketika seluruh molekul air
tertarik oleh garam tersebut, maka yang akan tersisa adalah protein-protein, sehingga
ikatan antara protein satu dengan protein lainnya akan semakin kuat. Jika ikatannya
semakin kuat, maka kelarutan protein dalam air akan semakin rendah, sehingga protein
akan semakin mudah menggumpal dan protein akan semakin mudah mengendap.
Penambahan larutan (NH₄)₂SO₄ menghasilkan reaksi sebagai berikut:

Tahapan selanjutnya didiamkan selama 15 menit dengan tujuan untuk


memaksimalkan pengendapan dan fungsi dari setiap penambahan larutan terutama
dalam pemisahan protein pada filtrat darah. Selanjutnya dilakukan proses sentrifuge
untuk memisahkan filtrat dan residu selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm.
Proses sentrifuge dipilih karena pada prinsipnya setrifuge digunakan untuk pemisahan
berdasarkan berat molekulnya. Pada larutan tersebut bukan hanya protein dan glukosa
saja yang akan dipisahkan, melainkan molekul-molekul lainnya yang memiliki berat
molekul lebih besar, sehingga molekul tersebut akan tertarik ke bagian dasar dan
mengendap bersama protein, sedangkan glukosa tetap berada pada filtrat dikarenakan
berat molekulnya yang lebih rendah. Jadi pemisahan sentrifuge ini dapat digunakan
untuk memaksimalkan pengendapan.
Setelah proses sentrifugasi dihasilkan suatu filtrat dan residu. Untuk pemisahan
filtratnya dilakukan dengan cara dekantasi yaitu pemisahan secara langsung antara filtrat
dan residu. Filtrat yang dihasilkan merupakan larutan berwarna keruh kemerahan. Hal
tersebut menunjukkan hemoglobinnya tinggi dikarenakan kadar gula darah praktikan
lebih tinggi dari gula darah normal sehingga penambahan bahan-bahan sebelumnya
belum bisa menghilangkan semua protein yang ada dalam darah. Karena hasil filtrat
yang masih merah, maka tidak perlu dilakukan uji biuret karan hasil warna filtrat
tersebut telah menunjukkan bahwa filtrat sampel belum terbebas dari protein.
2. Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah
Penentuan kadar glukosa darah dilakukan melalui tahapan penambahan 1 mL
filtrat darah dengan 3 mL Cu alkalis berwarna biru. Penambahan Cu alkalis berfungsi
untuk menyumbangkan ion Cu2+ yang akan direduksi oleh glukosa menjadi Cu+ dalam
bentuk Cu2O yang merupakan endapan berwarna merah bata. Namun pada saat
penambahan Cu alkalis endapan merah bata tidak langsung terbentuk, melainkan
melalui pemanasan terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena pemanasan merupakan salah
satu faktor dari luar yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan cara memutus
ikatan sikliknya sehingga glukosa dapat langsung mereduksi ion Cu2+. Namun jika tidak
dilakukan pemanasan atau didiamkan saja maka ikatan sikliknya akan lama terputus atau
bahkan tidak dapat terputus sehingga glukosa tidak dapat mereduksi ion Cu2+ nya. Hal
itulah yang menyebabkan perbedaan antara larutan blanko dengan larutan standar
dengan berbagai variasi pengenceran. Penambahan Cu-alkalis menghasilkan reaksi
sebagai berikut, yaitu:

Tahap selanjutnya adalah pendinginan sampai benar-benar dingin dengan tujuan


untuk menghentikan reaksi yang terjadi, karena saat dilakukan pemanasan, perubahan
terhadap struktur masih terus terjadi. Akibatnya strukturnya tidak stabil dan akan
berdampak pada bentuk molekulnya, sehingga absorbansi dan panjang gelombangnya
juga berbeda. Selain itu pendinginan dilakukan untuk mencegah agar yang direduksi
oleh glukosa tidak terlalu banyak, karena jika banyak yang tereduksi oleh glukosa, maka
endapan yang dihasilkan pun semakin banyak dan semakin banyaknya endapan dapat
mengganggu absorbansi. Proses pendinginan yang dilakukan menghasilkan larutan
berwarna biru dan endapan merah pudar mengindikasikan bahwa masih terdapat protein
dalam filtrat darah. Pemisahan protein tersebut dapat dilakukan dengan penyaringan.
Selanjutnya dilakukan penambahan 3 tetes arsenomolibdat yang merupakan larutan
tidak berwarna dengan tujuan untuk untuk melarutkan kembali endapan Cu+ dalam
bentuk Cu2O menjadi Cu2+ , endapan dilarutkan kembali dikarenakan endapan dapat
mengganggu pada saat pembacaan absorbansi. Endapan fasanya padatan tidak dapat
meneruskan cahaya atau cahaya akan terhalang sehingga absorbansinya tidak dapat
terbaca, sedangkan air dapat meneruskan cahaya. Penambahan arsenomolibdat
menghasilkan reaksi, yaitu:
Cu2O(s) + [MoAs12O40]3- (aq) → 2Cu2+ (aq) + [MoAs12O40]4- (aq)

Tahapan selanjutnya dilakukan yaitu pembacaan absorbansi dengan


spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 660 nm. Pembacaan pada panjang
gelombang 660 nm dilakukan karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelombang yang optimum dilakukan dalam pengukuran kadar glukosa. Pada pengukuran
ini dihasilkan absorbansi sebesar 2,1982.
Dari absorbansi yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan konsentrasi dan
kadar glukosa menggunakan persamaan garis dari kurva standar yaitu: Penentuan
Konsentrasi dalam Sampel
Diketahui :
Persamaan garis y = 0,2575x + 0,5566
Absorbansi sampel= 2,1982
Jawab :
y = absorbansi
x = konsentrasi
y = 0,2575 x + 0,5567
2,1982 = 0,2575x + 0,5567
0,2575x = 2,1982 - 0,5567
X = 6,37 mg/mL
Penentuan Kadar Sampel Glukosa =
Kadar glukosa = konsentrasi sampel x 100 mg/mL = 6,37 mg/mL x 100 mg/mL = 637
mg/100 mL~637 mg/dL. Berdasarkan teori, kadar glukosa darah bertahan pada batas
70-150 mg/dL (Henrikson, et al, 2009). Dari percobaan dihasilkan kadar glukosa sebesar
637 mg/dL. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dikarenakan gula darah dari filtrat
darah sampel tidak dalam keadaan normal.
3. Pembuatan Kurva Standar
Pembuatan kurva standar dilakukan melalui tahapan pembuatan larutan standar 0,1
mg/mL; 0,3 mg/mL; 0,5 mg/mL; 0,7 mg/mL; 0,9 mg/mL yang dilakukan dengan cara
pengenceran dari larutan standar yaitu 2 mg/mL, perhitungannya dapat dilakukan sebagai
berikut, yaitu:
● Pengenceran larutan standar 0,9 mg/mL
𝑀 1 𝑥 𝑉1 = 𝑀 2 𝑥 𝑉 2
2 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑉1 = 0,9 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑉1 =9 𝑚𝑔/(2 𝑚𝑔/𝑚𝐿)
𝑉1 = 4,5 𝑚𝐿
● Pengenceran larutan standar 0,7 mg/mL
𝑀 1 𝑥 𝑉1 = 𝑀 2 𝑥 𝑉 2
0,9 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑉1 = 0,7 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑉1 = 7 𝑚𝑔/(0,9 𝑚𝑔/𝑚𝐿)
𝑉1 = 7,78 𝑚𝐿
● Pengenceran larutan standar 0,5 mg/mL
𝑀 1 𝑥 𝑉1 = 𝑀 2 𝑥 𝑉 2
0,7 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑉1 = 0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑉1 = 5 𝑚𝑔/(0,7 𝑚𝑔/𝑚𝐿)
𝑉1 = 7,14 𝑚𝐿
● Pengenceran larutan standar 0,3 mg/mL
𝑀 1 𝑥 𝑉1 = 𝑀 2 𝑥 𝑉 2
0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑉1 = 0,3 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑉1 = 3 𝑚𝑔/(0,5 𝑚𝑔/𝑚𝐿)
𝑉1 = 6 𝑚𝐿
● Pengenceran larutan standar 0,1 mg/mL
𝑀 1 𝑥 𝑉1 = 𝑀 2 𝑥 𝑉 2
0,3 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 𝑉1 = 0,1 𝑚𝑔/𝑚𝐿 𝑥 10 𝑚𝐿
𝑉1 = 1 𝑚𝑔/(0,3 𝑚𝑔/𝑚𝐿)
𝑉1 = 3,34 𝑚𝐿

Setelah pengenceran dilakukan penambahan 3 mL larutan Cu-alkalis berwarna


biru sehingga menghasilkan larutan berwarna biru. Penambahan larutan Cu alkalis
berfungsi untuk menyumbangkan ion Cu2+ yang akan direduksi oleh glukosa
menjadi Cu+ dalam bentuk Cu2O yang merupakan endapan berwarna merah bata.
Namun pada saat penambahan Cu alkalis endapan merah bata tidak langsung
terbentuk, melainkan melalui pemanasan terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena
pemanasan merupakan salah satu faktor dari luar yang berfungsi untuk
mempercepat laju reaksi dengan cara memutus ikatan sikliknya sehingga glukosa
dapat langsung mereduksi ion Cu2+. Namun jika tidak dilakukan pemanasan atau
didiamkan saja maka ikatan sikliknya akan lama terputus atau bahkan tidak dapat
terputus sehingga glukosa tidak dapat mereduksi ion Cu2+ nya. Hal itulah yang
menyebabkan perbedaan antara larutan blanko dengan larutan standar dengan
berbagai variasi pengenceran. Pemanasan menghasilkan larutan berwarna biru dan
endapan berwarna merah dengan jumlah endapan yang berbeda-beda yaitu:
0,9 mg/mL : larutan berwarna biru dan endapan merah (++++)
0,7 mg/mL : larutan berwarna biru dan endapan merah (+++) 0,5
mg/mL : larutan berwarna biru dan endapan merah (++) 0,3
mg/mL : larutan berwarna biru dan endapan merah (++) 0,1
mg/mL : larutan berwarna biru dan endapan merah (+)
Perbedaan jumlah endapan tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar
konsentrasi maka jumlah glukosa semakin besar, sehingga jumlah pereduksinya
semakin banyak. Penambahan Cu-alkalis menghasilkan reaksi sebagai berikut,
yaitu:

(aq) + Cu2+ (aq) → (aq) + Cu2O (s)


Tahap selanjutnya adalah pendinginan sampai benar-benar dingin dengan tujuan
untuk menghentikan reaksi yang terjadi, karena saat dilakukan pemanasan, perubahan
terhadap struktur masih terus terjadi. Akibatnya strukturnya tidak stabil dan akan
berdampak pada bentuk molekulnya, sehingga absorbansi dan panjang gelombangnya
juga berbeda. Selain itu pendinginan dilakukan untuk mencegah agar yang direduksi
oleh glukosa tidak terlalu banyak, karena jika banyak yang tereduksi oleh glukosa,
maka endapan yang dihasilkan pun semakin banyak dan semakin banyaknya endapan
dapat mengganggu absorbansi. Proses pendinginan yang dilakukan menghasilkan
larutan berwarna biru dan endapan merah pudar mengindikasikan bahwa masih
terdapat protein dalam filtrat darah. Pemisahan protein tersebut dapat dilakukan dengan
penyaringan.
Selanjutnya dilakukan penambahan 3 tetes arsenomolibdat yang merupakan
larutan tidak berwarna dengan tujuan untuk untuk melarutkan kembali endapan Cu+
dalam bentuk Cu2O menjadi Cu2+, endapan dilarutkan kembali dikarenakan endapan
dapat mengganggu pada saat pembacaan absorbansi. Endapan fasanya padatan tidak
dapat meneruskan cahaya atau cahaya akan terhalang sehingga absorbansinya tidak
dapat terbaca, sedangkan air dapat meneruskan cahaya. Penambahan arsenomolibdat
menghasilkan reaksi, yaitu:
Cu2O (s) + [MoAs12O40]3- (aq) → 2Cu2+ (aq) + [MoAs12O40]4- (aq)
Tahapan selanjutnya dilakukan yaitu pembacaan absorbansi dengan
spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 660 nm. Pembacaan pada
panjang gelombang 660 nm dilakukan karena panjang gelombang tersebut merupakan
panjang gelombang yang optimum dilakukan dalam pengukuran kadar glukosa
0,1 mg/mL : 0,548
0,3 mg/mL : 0,706
0,5 mg/mL : 0,655
0,7 mg/mL : 0,719
0,9 mg/mL : 0,799
Dari hasil absorbansi tersebut didapatkan suatu grafik yang akan menghasilkan
persamaan digunakan dalam perhitungan kadar glukosa pada sampel yaitu :

Dari grafik diatas dihasilkan persamaan garis yaitu y = 0,2575x + 0,5567 dengan
regresi 0,7741. Regresi yang dihasilkan masih jauh dari 1 sehingga hasilnya tidak valid
dan hasil yang didapatkan tidak dapat dipertanggungjawabkan dikarenakan terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi.
Data percobaan atau hasil absorbansi yang diperoleh jika dibandingkan dengan
data lain dapat diketahui bahwa pembacaan pada panjang gelombang 660 nm diperoleh
nilai absorbansi sebagai berikut:
0,1 mg/mL : 0,288
0,3 mg/mL : 0,340
0,5 mg/mL : 0,347
0,7 mg/mL : 0,383
0,9 mg/mL : 0,466
Dari hasil absorbansi tersebut didapatkan suatu grafik yang akan menghasilkan
persamaan digunakan dalam perhitungan kadar glukosa pada sampel yaitu :

Dari grafik diatas dihasilkan persamaan garis yaitu y = 0,1995x + 0,2651


dengan regresi 0,9148. Regresi yang dihasilkan hampir mendekati 1 sehingga
hasil yang diperoleh valid dan hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Namun, apabila dibandingkan dengan nilai absorbansi
dan grafik yang didapatkan dari percobaan yang dilakukan di atas menghasilkan
data yang jauh berbeda dan diperoleh nilai regresi yang jauh dari 1 sehingga
data yang dihasilkan validitasnya kurang dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Ketidaksesuaian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah pengenceran, pemanasan, pendinginan yang kurang
optimal, sehingga hasil yang didapatkan kurang optimal juga.
dalam bentuk Cu2O menjadi Cu2+ , endapan dilarutkan kembali dikarenakan
endapan dapat mengganggu pada saat pembacaan absorbansi. Endapan fasanya
padatan tidak dapat meneruskan cahaya atau cahaya akan terhalang sehingga
absorbansinya tidak dapat terbaca, sedangkan air dapat meneruskan cahaya.
Penambahan arsenomolibdat menghasilkan reaksi, yaitu:

Tahapan selanjutnya dilakukan yaitu pembacaan absorbansi dengan


spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 660 nm. Pembacaan pada
panjang gelombang 660 nm dilakukan karena panjang gelombang tersebut
merupakan panjang gelombang yang optimum dilakukan dalam pengukuran kadar
glukosa. Pada pengukuran ini dihasilkan absorbansi sebesar larutan blanko yaitu
nol, hal ini dikarenakan di dalam blanko tidak terdapat glukosa, sehingga tidak ada
yang menjadi agen pereduksinya. Pembuatan larutan blanko dilakukan sebagai
larutan pengoreksi suatu larutan yang tidak mengandung glukosa.
6. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Pengujian filtrat darah dengan reagen biuret tidak dilakukan karena filtrat
belum benar-benar terbebas dari protein, dengan ditandai tetap merahnya warna
pada filtrat sampel.
Berdasarkan teori, kadar glukosa darah bertahan pada batas 70-150 mg/dL
(Henrikson, et al, 2009). Dari percobaan dihasilkan kadar glukosa sebesar 637
mg/dL. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dikarenakan gula darah dari filtrat
darah sampel tidak dalam keadaan normal. Hal tersebut dapat terjadi karena sampel
diambil dalam keadaan tidak puasa dan orang yang diuji tidak dalam keadaan yang
optimal.
Semakin besar konsentrasi glukosa maka semakin besar nilai absorbansi yang
dihasilkan.
Absorbansi larutan blanko sama dengan nol dikarenakan larutan blanko hanya
dijadikan sebagai larutan pengoreksi dari larutan yang tidak mengandung glukosa.

b. Saran
Lebih baik diberi panduan praktikum yang jelas beserta bahan apa saja yang
akan diuji. Agar praktikan lebih terarah dalam mengerjakan laporan.

7. Referensi
Day, R A, dan Underwood, A L.,. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sacher, R. 2007. Laboratorium: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan . Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Widyastuti, I. 2011. Pengaruh Penambahan Natrium Fluorida (NaF) Terhadap Kadar
Gula Darah yang Segera Diperiksa dan Ditunda 36 Jam. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol.1, No. 3

8. Lampiran
1. Data Pengamatan
Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Deproteinasi Filtrat ● Asam oksalat + sampel Masih terdapat protein


Dalam Darah darah: larutan berwarna dalam filtrat darah yang
merah kehitaman ditunjukkan dengan
● +Ba(OH)2: larutan berwarna adanya warna merah
merah kehitaman dalam filtrat darah hasil
● +ZnSO4.7H2O: larutan sentrifuge
berwarna merah kehitaman
● +(NH4)2SO4: larutan
berwarna merah kehitaman
Setelah disentrifuge terdapat
endapan merah kehitaman
dan filtrat kemerahan

Penentuan Kadar ● Sampel A + B = larutan ++


Glukosa dalam Darah berwarna biru
● Filtrat darah + Cu alkalis
= larutan berwarna biru
kehijauan
● Setelah dipanaskan
larutan berwarna biru
endapan merah
kehijauan +++
● Ditambah
arsenomolibdat = larutan
berwarna biru sedikit
endapan berwarna merah +++
● Nilai absorbansi =
2,1982

Pembuatan kurva ●Larutan glukosa 0,1; 0,3; 0,5; Nilai regresi yang
standar 0,7; 0,9 mg/mL+ Cu alkalis: didapatkan
R²= 0,7741
larutan berwana biru y = 0,2575 x + 0,5566
●Dipanaskan dan didinginkan:
0,1: larutan
warna biru(+++), tanpa
endapan 0,3: larutan warna
biru (+++), endapan warna
merah 0,5: larutan warna biru
(++), endapan warna merah (+)
0,7: larutan warna biru (+),
endapan merah (++) 0,9:
larutan warna biru (+),
endapan merah (+++)
● Nilai absorbansi
0,1 : 0,560
0,3 : 0,567
0,5 : 0,565
0,7 : 0,631
0,9 : 0,650

Pembuatan Larutan
Blanko ● Aquades + Cu Absorbansi larutan
blanko = 0, dikarenakan
alkalis: larutan berwarna larutan blanko dijadikan
biru sebagai larutan
pengoreksi yang tidak
● Dipanaskan : larutan
mengandung glukosa (di
berwarna biru
autozero dengan
● Didinginkan : Larutan
aquades)
berwarna biru (+)

arsenomolibdat : Larutan
berwarna biru

2. Analisis Data
1. Deproteinasi Filtrat Dalam Darah
Penambahan albumin dengan Ba(OH)₂

Penambahan (NH₄)₂SO₄

2. Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah

3. Pembuatan Kurva Standar


● Penambahan Cu-alkalis menghasilkan reaksi sebagai berikut, yaitu:
(aq) + Cu2+ (aq) → (aq) + Cu2O (s)
● Penambahan arsenomolibdat menghasilkan reaksi, yaitu:
Cu2O (s) + [MoAs12O40]3- (aq) → 2Cu2+ (aq) + [MoAs12O40]4- (aq)

4. Pembuatan Larutan Blanko

3. Daftar Gambar

Dipanaskan selama 15 menit dalam


Dilakukan penambahan 3 mL larutan penangas air
Cu-alkalis sehingga menghasilkan
larutan berwarna biru
Didinginkan dengan memasukkannya Dilakukan penambahan 3 tetes
dalam gelas kimia yang berisi air dingin arsenomolibdat sehingga dihasilkan
sampai benar-benar dingin larutan berwarna biru

Disiapkan larutan standar glukosa 0,1 Dilakukan penambahan 3 mL larutan


mg/ml; 0,3 mg/mL; 0,5 mg/mL; 0,7 Cu-alkalis sehingga menghasilkan
mg/mL; 0,9 mg/mL larutan berwarna biru

Didinginkan dengan memasukkannya


Dipanaskan selama 15 menit dalam
dalam gelas kimia yang berisi air
penangas air
dingin sampai benar-benar dingin
Larutan sampel berwarna biru dengan
endapan merah Dilakukan penambahan 3 tetes
arsenomolibdat sehingga dihasilkan
larutan berwarna biru

Dilakukan uji spektrofotometer UV-


Vis menghasilkan absorbansi yang
berbeda dengan semakin naik dengan
besarnya konsentrasi
Semarang, 20 Mei 2021

Mengetahui,

Dosen Praktikum Praktikan

Samuel Budi Wardhana Kusuma, S.Si., M.Sc., Ph.D. Septi Handayani


NIP. NIM.4301418103

Anda mungkin juga menyukai