Anda di halaman 1dari 8

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar 

  3x 
Allahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa
-ashiilaa, Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa
a’azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar,
allaahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillah,
Alhamdulillahil maalikil qahhaar, ahmaduhu subhaanahu wa ta’aalaa niamin
tatawaalaa kal amtaari wa asy kuruhu mutaraadi fii fadlihil midwaari.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahadahu laa syariikalahu syahadatan tunjii qaa-
ilaha minan naari. Wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhun nabiyul
mukhtaar laa nabiya ba’dah.

Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa


shahbihi ajma’iin. Amma ba’du.

Fayaa ayyuhan naas : ittaqullaahu ta’aalaa wa’lamuu anna yaumakum haadzaa


yaumun fadhiil. Wa’idun syariifun jaliil. Rafa’alllahu ta’aalaa qadrahu wa adhaar.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Ied yang dimuliakan Allah SWT

Dalam suasana yang berbahagia ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah
SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Dengan siraman rahmat dan
karuniaNya kita dapat menyambut hari yang agung ini, hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 H
dengan tertib, aman, khidmat dan lancar.

Baca Juga>Khutbah Jumat Terdahsyat: Sikap Seorang Muslim Menghadapi Tahun Baru
                >Pengertian Hadits Mursal Tabi'i Shahabi dan Contohnya
                >Materi Khutbah Jumat: Meneladani Kerendahan Hati Rasulullah SAW

Tumbuhnya rasa syukur dan bahagia ini terpancar nyata pada wajah-wajah kita sekalian
kaum muslimin, karena telah mampu memenuhi kewajiban ibadah shaum sebulan penuh
disertai dengan qiyamu ramadhan. Kita telah menyemarakakan suasana ramadhan
dengan melaksanakan shalat tarawih berjamaah, bertadarrus al-qur’an, beri’tikaf dan
diakhiri dengan mengeluarkan zakat fitrah untuk disampaikan kepada yang berhak
menerimanya. Semuanya itu kita laksanakan atas dasar keimanan dan keikhlasan semata-
mata hanya mengharap ridha Allah SWT, tidak karena terpaksa dan tidak pula karena
dipaksa oleh yang lain.

Hal ini sesuai dengan ikrar yang senantiasa kita ucapkan: Radhiitu billaahi rabbaa, wa bil
islaami diinaa, wa bimuhammadin nabiyyaa wa rasuulaa. Artinya: Aku ridha Allah
sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku.
Keridhaan dan kelapangan dada dalam menerima dan mengamalkan ajaran Islam ini
sesungguhnya merupakan indikasi bahwa hidayah Allah SWT telah dapat kita terima.
Tetapi sebaliknya jika hati masih merasa berat dalam menerima dan menerapkan ajaran
islam, maka ini menunjukkan bahwa hidayah Allah SWT belum dapat diterima secara
sempurna.

Firman Allah SWT dalam alquran: Faman yuriidillaahu an yahdiyahu yasyrah shadrahu


lil islaam. Wa man yurid an yudillahu yaj’al shadrahu dhayyiqan harajaan, ka
-annama yashsha’adu fissamaa-i. Kadzaalika yaj’alul llahu rrijsa 'ala lladziina laa
yu’minuun.

Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) islam. Dan barang siapa dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.
Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-
an’am : 125) 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Sejak tadi malam hingga pagi hari ini, kaum muslimin di seluruh dunia mulai dari ujung
barat hingga ujung timur, serentak mengucapkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai
pengakuan dan pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang maha Agung, karena
semua manusia siapapun ia baik seorang presiden, seorang raja, menteri, atau pejabat
tinggi sekalipun adalah begitu lemah dan tak berdaya di hadapan Allah SWT. Sebab
jabatan dan kedudukan terhormat yang dimilikinya takkan kuasa menolongnya manakala
malaikat maut datang menjemput. Oleh karena itu, pada hari yang mulia ini marilah kita
curahkan segala perhatian kita untuk rukuk, sujud dan pasrah kepadaNya. Mudah-
mudahan kita senantiasa berada dalam lindungan dan rahmatnya.

Saudara-saudara Kaum Muslimin dan Muslimat sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah
SWT
Suara takbir, tahmid dan tahlil yang serempak diucapkan umat Islam di seluruh penjuru
dunia, membahana masuk ke dalam dada dan kalbu manusia, menyentuh relung terdalam
sisi kemanusiaan kita dan menumbuhkan kesadaran akan kemahaagungan Allah SWT.

Hari ini merupakan hari yang berbahagia bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang
telah tamat berpuasa sebulan lamanya. Hal ini patut kita syukuri, karena tidak semua orang
yang mengaku muslim mampu dan mau melaksanakan kewajiban ini. Banyak orang yang
berbadan kekar dan sehat tetapi tidak mampu berpuasa. Sebaliknya, tidak sedikit orang
yang fisiknya lemah, sudah tua dan sakit-sakitan tetapi mampu dan sanggup
melaksanakannya. Kemampuan ini sesungguhnya merupakan karunia dan hidayah Allah
kepada orang-orang yang dikehendakinya, yaitu orang-orang yang beriman.

Hari ini juga merupakan hari yang diberkahi, dimuliakan dan merupakan hari maghfirah
(ampunan) Allah. Untuk itu marilah kita masing-masing mengintrospeksi diri terhadap
kesalahan dan dosa-dosa kita, baik kepada sesama manusia maupun dosa kepada Allah
SWT. Mudah-mudahan puasa yang telah kita laksanakan sebulan lamanya menjadi
wasilah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Hadirin Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah SWT!

Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepadaNya, dalam kesempatan ini
tidak ada salahnya bila kita sedikit mengenang serpihan kecil kisah tentang detik-detik
terakhir menjelang Rasulullah SAW wafat. Dengan harapan mudah-mudahan menjadi
bahan pertimbangan dan pedoman hidup kita masa kini dan untuk masa yang akan
datang.

Baca Juga>Khutbah Jumat Matematika Kehidupan dan Hikmah Dibalik Musibah


                >Teks Khutbah Jumat: Roda Kehidupan     
                >Pengertian Zuhud dan Tingkatan Zuhud dari Segi Kualitas

Pada kesempatan melaksanakan haji wada, Rasulullah SAW berkhotbah dan beliau
menyinggung tentang wahyu terakhir yang baru saja diterimanya dari Malikat Jibril.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa Jibril tidak akan datang lagi menemuinya. Mendengar
berita itu, para sahabat menjadi sangat gembira sebab menganggap bahwa Islam telah
sempurna. Sebaliknya, Abu Bakar justru tidak memperlihatkan kegembiraan. Ia nampak
sedih dan menahan duka yang mendalam. Saat itu juga ia langsung pulang dan mengunci
diri dalam kamar sambil menumpahkan segala kesedihannya.

Melihat Abu Bakar bersikap demikian, para sahabat cepat memburu ke rumahnya dan
menanyakan kepada Abu Bakar mengapa ia bersedih dan tidak menampakkan
kegembiraan. Abu Bakar menjawab : “Apakah kalian tidak tahu bahwa agama ini telah
sempurna kata Rasulullah ? apakah kalian juga tidak menyadari jika datang kesempurnaan
itu pertanda akan datang kekurangan ? Tidakkah kalian sadari bahwa hal itu merupakan
isyarat bahwa tidak lama lagi Rasulullah bakal berpisah dengan kita selamanya ? Bila
Rasulullah telah tiada, apa yang akan terjadi ? Tiada lain, akan muncul berbagai persoalan
baru. Sanggupkah kita mengatasi berbagai persoalan itu ? itulah yang aku pikirkan “ kata
Abu Bakar panjang lebar.
Mendengar perkataan Abu Bakar tersebut, para sahabat kemudian bergegas menemui
Rasulullah SAW dan bertanya : “Benarkah apa yang dikatakan Abu Bakar itu ya
Rasul?” “Benar” jawab Rasulullah. Mendengar jawaban tersebut, para sahabat tak kuasa
menahan tangis. Mereka merasakan kesedihan yang mendalam kareana akan ditinggalkan
oleh manusia yang amat mereka cintai.

Betapa tidak, siang dan malam jiwa dan raga dipertaruhkan untuk melindungi keselamatan
Rasulullah SAW. Cinta mereka kepada nabinya melebihi segala-galanya. Mereka rela
mempertaruhkan jiwa dan raga hanya untuk melindungi keselamatan Rasulullah yang amat
mereka cintai. Mereka ikhlas memberikan harta kekayaan miliknya demi perjuangan
menegakkan Islam. Sementara yang amat mereka cintai itu kini berada di ambang 
kematian.

Tak lama setelah itu rasulullah pun sakit keras dan berada dalam keadaan kritis.
Rasulullah saat itu sangat tidak berdaya berada di pangkuan putrinya Siti Fatimah. Sesaat
ketika  malaikat maut menjemput, Rasulullah SAW masih sempat berwasiat dengan
ucapan : “Ummati, ummati, ummati (Ummatku, ummatku, ummatku)”. Beliaupun kemudian
menghembuskan nafasnya yang terakhir, kembali ke haribaan yang menciptakannya.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’un.

 Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Dari ucapannya yang singkat itu, tampak seperti ada yang dicemaskan oleh Rasulullah
SAW terhadap ummat yang akan ditinggalkannya. Apa sebenarnya yang beliau risaukan?
Apakah beliau kuatir meninggalkan jabatan kenabiannya, meninggalkan harta kekayaan,
meninggalkan istri-istri yang mencintainya, ataukah beliau kuatir meninggalkan putra-
putrinya? Tidak kaum muslimin.

Rasulullah tidak pernah cemas meninggalkan kedudukannya sebagai nabi dan rasul serta
sebagai kepala pemerintahan, sebab Rasulullah bukanlah orang yang haus akan jabatan
dan kedudukan. Beliau justru merisaukan ummatnya yang memegang jabatan dan
kedudukan tertentu, karena kedudukan dan jabatan terkadang menjadi penyebab putusnya
tali silaturrahmi. Karena kedudukan, manusia bisa melupakan Tuhannya; karena
kedudukan, manusia berani menggadaikan akidahnya; karena kedudukan, barang yang
nyata-nyata haram dapat menjadi halal, judi dikemas menjadi sumbangan berhadiah,
prostitusi disulap sebagai panti pijat. Bahakan karena kedudukan pula terkadang manusia
sampai hati menjerumuskan saudaranya yang seiman.

Apakah Rasulullah cemas karena akan meninggalkan harta kekayaan? Tidak sama sekali.
Sebab Nabi sendiri bukanlah orang kaya. Bahkan beliau dikenal sebagai Abu Masaakin,
bapaknya para fakir dan miskin.

Yang dirisaukan Nabi SAW adalah ummatnya yang telah ditunggangi dan dikendaliakan
oleh harta kekayaan. Sehingga ada manusia yang hidup dan matinya semata-mata untuk
memburu kekayaan, ia tidak lagi ingat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Rasulullah risau terhadap perilaku manusia yang kekenyangan sementara tetangganya


berada dalam kelaparan. Rasulullah pun risau kepada orang yang selalu bermasa bodoh
terhadap saaudaranya yang berada dalam kesusahan.

Rasulullah pun sangat kuatir meninggalkan orang yang mabuk kekayaan, yang dengan
kekayaannya itu ia sanggup membeli apa saja yang diinginkannya tanpa memperhatikan
batasan halal dan haram.

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Apakah Rasulullah bersedih karena akan meninggalkan istri-istrinya? Tidak. Karena beliau
sangat mengetahui dan percaya akan bakti dan kesetiaan istri-istrinya itu. Yang justru
beliau risaukan adalah para istri dan para wanita di akhir jaman nanti. Sebab banyak istri
yang tidak lagi merasa berdosa apabila berbuat  kesalahan kepada suaminya. Ia merasa
memiliki hak yang sama dalam segala hal dengan suaminya, maka untuk keluar rumah
pun, ia tidak lagi merasa perlu meminta ijin kepada suaminya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Pada hari ini, Allah SWT membukakan pintu taubat bagi siapa saja yang berimana dan
bertakwa kepadaNya. Melalui ibadah ramadhan, dosa kita kepada Allah akan terampuni.
Tetapi kita tidak hanya berbuat dosa kepada Allah semata, melainkan juga kepada sesama
manusia. Dan Allah tidak akan memberi ampunan sebelum kita meminta maaf kepada
yang bersangkutan.

Oleh karena itu, selepas kita melaksanakan shalat Iedul Fithri ini, marilah kita kembali ke
rumah masing-masing dengan suasana gembira untuk saling memaafkan. Bersimpuhlah
kita di hadapan kedua orang tua untuk meminta maaf dan ridhanya, karena bagaimanapun
banyaknya harta yang kita miliki, betapapun tingginya pangkat dan jabatan serta
berapapun banyak gelar yang tercantum di depan nama, tidak akan ada artinya tanpa ridha
dari kedua orang tua kita.

Mengapa kita diwajibkan untuk memuliakan ayah dan ibu. Rasanya tak cukup waktu untuk
menjawabnya. Namun secara ringkas dapat dijelaskan bahwa ibu telah mengandung kita
sembilan bulan lamanya, tak pernah merasa jengkel dan terbebani karena ada jabang bayi
dalam perutnya. Ia bersih dari pamrih, tak berharap balasan dari sang bayi yang
dikandungnya itu. Sebaliknya, ibu akan merasa bahagia jika anaknya merasakan
kebahagiaan, dan ibu akan turut sedih dan susah jika anaknya mengalami kesusahan.
Sang ibu tak akan makan sebelum anaknya makan, dan tak akan berpakaian bagus jika
anaknya belum dibelikannya pakaian.

Pantaslah kiranya jika air mata kebahagiaan seorang ibu akan menjadi rahmat dan jaminan
kebahagiaan bagi anaknya. Sebaliknya, air mata kepedihan seorang ibu karena ulah sang
anak, akan menjadi laknat bagi kehidupan sang anak.

Jika ibu menjadi tumpuan hidup, maka ayah pun demikian. Keringat ayah siang dan malam
membasahi tubuh karena mencari bekal untuk hidup anak dan istrinya. Sang ayah akan
merasa bangga jika anaknya menjadi seoranag sarjana, sementara ia sendiri barangkali
tak pernah menikmati bangku sekolah. Sang ayah akan bahagia jika anaknya menjadi
seorang yang kaya, meskipun ia sendiri hidup dalam gubuk kemiskinan.

Pengorbanan seorang ayah juga tak ada tandingannya. Baginya tak ada istilah hina dalam
menekuni pekerjaan, demi agar sang anak menjadi manusia berguna. Akan tetapi
sayangnya, ada sebagian orang yang merasa rendah diri dan hina jika keadaan dan
penampilan ayahnya tidak sehebat ayah temannya. Padahal sang ayah sendiri tidak lagi
perduli akan keadaan dirinya. Sang ayah tak lagi memperhatiakan sehat dan sakit, asalkan
anak dan istrinya dapat hidup dengan layak.

Jika kita hitung dengan penuh kesadaran, maka betapa ayah dan ibu telah mengorbankan
segalanya untuk hidup anaknya. Pantaslah jika kemudian Rasulullah SAW menggaariskan
bahwa ridha dan laknat Allah tergantung pada ridha ayah dan ibu. Sebagaimana sabda
rasulullah SAW: Ridhallaahi  fii ridhal waalidayni. Wa sukhatul llahi fii sukhatil
waalidayni. Artinya: Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan ibu bapak, dan
kebencianNya pun ada pada kebencian keduanya. (HR. Turmudzi)

Kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat ied rahimakumullah!

Dengan saling memaafkan dalam merayakan idul fithri ini, kita akan kembali kepada fitrah
kesucian. Dosa-dosa yang kita miliki terhadap sesama manusia terhapuskan sudah, dan
tercipta kembali suasana kekeluargaan dan persaudaraan yang akan menentramkan batin.
Dimana anak terisak dipangkuan orang tuanya, suami istri merajut kembali cinta kasih
yang mulai pudar, begitu pula sesama saudara, teman, kerabat, tetangga dan relasi saling
bertegur sapa menghidupkan kembali solidaritas dan kepekaan sosial demi terciptanya
ketentraman kehidupan keluarga dan masyarakat.

Mengakhiri Contoh Materi Teks Khutbah Idul Fitri  Pilihan yang pertama ini, marilah kita
syukuri nikmat karunia Allah SWT kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat
berlebaran dengan penuh limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan
doa kehadirat Allah SWT, mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari
memohon ampun dan taubat atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-
masa silam.

Aamin yaa rabbal 'aalamiin :

 Allahumma ya Allah yang Maha Pengasih, kami hambaMu yang lemah dan
kerapkali terpedaya bujukan setan sehingga bergelimang dosa dan kesalahan, pagi ini di
atas tikar dan sajadah, kami bersujud dan bersimpuh di bawah duli kebesaran-Mu.
 Wahai Tuhan sang Penguasa Alam Semesta, Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang
Maha Bijaksana, kami datang menghadap-Mu dengan wajah tertunduk malu seraya
mengetuk pintu rahmat-Mu, memohon ampun dan taubat-Mu atas segala dosa dan
kehinaan pada diri kami. Telah banayak kekhilafan dan kealpaan yang kami lakukan,
seandainya Engkau tiada memaafkan kami, maka tentulah kami akan termasuk golongan
orang-orang yang merugi karena mendapat azab-Mu.
 Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami,
Ibu dan Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan
segala kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa
kedurhakaan yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan
meneteskan air mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada
mereka. Karena itu ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala
amal bakti mereka dan tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang
yang beruntung.
 Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin
untuk menjalani sisa-sisa kehidupan kami, agar kami dapat menjadi hamba-hambaMu
yang pandai mensyukuri nikmat karuniaMu, agar kami dapat senantiasa berserah diri dan
berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.
 Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana
besar dan agungnya hari raya Idul Fithri ini, agar kami dapat senantiasa menegakkan
kalimat : Laa ilaaha illallaahu di seluas hamparan ciptaMu.

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal 'aalamiin


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Khutbah Kedua; 

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar   3x


Allaahu akbar kabiiraa, wal hamdu lillaahi katsiraa, wa subhaanallaahi bukrataw wa
-ashiilaa. Laa ilaaha illallaahu wahdahu, shadaqa wa’dah wa nashara 'abdahu wa
-a'azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdahu. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar,
allaahu akbar wa lillaahil hamdu.

Alhamdulillah,
Alhamdulillahil ladzii ja’alal a’yada bil afraahi was suruur. Wada’afa lil muttaqiina
jadzilal ujuur. Fasubhaana man harrama shaumahu wa aujaaba fitahu wa hadzdzara
fiihi minal quruur. Ahmaduhu subhaanahu wata’aalaa fahua ahaqqu mahmuudin wa
ajallu masykuur.

Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu, syahaadatan


yasrahulllaahu lahaa lanash shuduur. Wa -asyhadu anna sayyidanaa wanabiyyanaa
Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu laa nabiya ba’dah.

Allahumma shalli wa sallim 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa -aalihi wa shahbihi


shalaatan wa salaaman daa-imaini mutalaazimaini ilaa yaumil ba’si wa nnusyuur.

Ammaa ba’du : fayaa ayyuhal muslimuuna wal muslimaat. Ittaqulllaahu ta’aalaa


wa’lamuu anna yaumakum haadzaa yaumun azhiim. Wa qaala ta’aala fii kitaabihil
kariim : innallaaha wa malaa-ikatahu yushalluuna 'alan nabiy, yaa ayyuhalladziina
-aamanuu shalluu 'alaihi wa sallimuu tasliimaa.
Amin yaa rabbal alamiin :

 Allaahummagfir lanaa waliwaalidayna wa li ikhwaaniina lladziina sabaquuna bil


iimaan, walaa taj’al fii quluubinaa ghillal lil lladziina aamanuu, rabbanaa innaka ra’uufur
rahiim.
 Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa, shalaatanaa washiyaamanaa,
waqiyaamanaa, warukuu’anaa, wasujuudanaa watakhasysyu’anaa wata’abbudanaa,
watammim taqshiiranaa, yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiin.
 Allaahumma rabbanaa innaka man tudkhilin naara faqad ahzaitah wa maa lidh
dhaalimiina min anshaar.
 Allaahumma rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyay yunaadii lil iimaani an
aaminuu birabbikum fa-aamannaa.
 Allaahumma rabbanaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi-aatina wa
tawaffanaa ma’al abraar.
 Allaahumma rabbanaa wa -aatina maa wa’adtana 'alaa rusulika walaa tukhzina
yaumal qiyaamati innaka laa tukhliful mii’aad.
 Allaahumma rabbanaa dhalamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa
lanakuunannaa minal khaasiriin
 Allahumma rabbanaa aatina fiddunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanataw waqinaa
'adzaaban naar..
Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Anda mungkin juga menyukai