Anda di halaman 1dari 18

RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KASUS IBU

HAMIL DENGAN HIV/AIDS

Susunan Rancangan Pendidikan Kesehatan ini disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS

KELOMOK 3
NAMA NIM
OKTIYA RANI JAYANTIKA SK 116044
OKTIYA RITA JAYANNI SK 116045
OVILIYAJAYANTI SK 116046
RENI SETYANINGSIH SK 116048
RIDAYA SIS Q SK 116049

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tahun Ajaran 2018/2019


RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : HIV/AIDS pada ibu hamil

Subpokok Bahasan : penyakit HIV/AIDS pada ibu Hamil

Hari/Tanggal : 4 April 2019

Waktu : 08.00 – selesai.

Sasaran : Ibu hamil

Tempat : Rumah Sakit Mawar

Penyuluh/Pengajar :kelompok 3

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mual, muntah, nafsu makan berkurang dan kelebihan. Menurunnya
kondisi wanita hamil cenderung memperberat kondisi kliniks wanita dengan penyakit
infeksi antara lain infeksi antara lain HIV/AIDS (Sulistyawati, 2012).
HIV/AIDS berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal
adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki-laki dari
kiinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 mendominasi seluruh
dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. keturunan yang berbeda-beda dari HIV-1
juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub-jenis (clades).
Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. dalam kelompok M terdapat
sekurang-kurangnya 10 sub-jenis yang dibedakan secara turun temurun. ini adalah
sub-jenis A-J. Sub-jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia,
Karibia dan Eropa. Sub-jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV=
teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak
kemiripan diantara HIV-1 dan HIV-2, contohnyaadalah bahwa keduanya menular
dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi-infeksi oportunistik
dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV=, ketidakmampuan
menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus.
Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV-1, maka mereka yang
terinfeksi dengan HIV-2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya. HIV dapat
menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba membahas
bagaiamana HIV/AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan sebuah
proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012).Kasus HIV di Indonesia secara kumulatif sejak 1 April
1987 - 30September 2014 sebanyak 150.296 jiwa, sedangkan untuk kasus
AIDSberjumlah 55.799 jiwa, diantaranya adalah perempuan sebanyak
16.149jiwa. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan data kumulatif
tahun2012 dan 2013 yakni pada kumulatif tahun 2012 sebanyak 98.390
penderitaHIV dan 45.499 penderita AIDS, pada data kumulatif tahun 2013
sebanyak108.600 penderita HIV dan 43.667 penderita AIDS. Jumlah kasus HIV
dan AIDS di Provinsi Jawa Tengah sendiri dari 33provinsi di Indonesia menduduki
peringkat ke 6 dengan jumlah kasus kumulatif sampai September 2014 yaitu 9.032
penderita HIV dan 3.767penderita AIDS. Penularan dari ibu ke anak juga
cenderung meningkatdengan meningkatnya jumlah perempuan HIV positif.
Diperkirakan prevalensiibu hamil dengan HIV positif akan meningkat dari 0,38%
pada tahun 2012menjadi 0,49% pada tahun 2016. Ibu hamil sangat berisiko
menularkan HIVkepada janin yang dikandungnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 40 menit peserta
mampumemahami HIV/AIDS pada ibu hamil.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan Definisi HIV/AIDS pada ibu hamil
b. Menjelaskan Faktor penularan HIV/AIDS pada ibu ke Anak
c. Menjelaskan Tanda dan gejala HIV/AIDS pada ibu hamil
d. Menjelaskan Tata Laksana PersalinanHIV/AIDS pada ibu hamil
e. Menjelaskan Pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
f. Melakukan Demonstrasi pembuatan oralit

C. Capaian Pembelajaran
1. Sikap
a. Pasien mampu memahami materi yang diajarkan
b. Pasien mampu melakukan demonstrasi pembuatan oralit
2. Pengetahuan
Pasien mampu mengetahui materi yang telah diberikan
3. Psikomotor
Pasien mampu melakukan tindakan pembuatan oralit yang sudah diberikan

D. Materi
(Terlampir)

E. Kegiatan Belajar

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien


o
1 Pendahuluan 1. Memberi salam 1. Menjawab
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam
3. Menggali pengetahuan keluarga pasien 2. Mendengarkan
tentang HIV/AIDS dan
4. Menjelaskan tujuan Penyuluhan memperhatikan
5. Membuat kontrak waktu 3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendengarkan
dan
memperhatikan
5. Menyetujui
kontrak waktu

2 Pelaksanaan 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan


(25 a. Menjelaskan Definisi HIV/AIDS dan
pada ibu hamil memperhatikan

b. Menjelaskan Faktor penularan penjelasan


Penyuluh
HIV/AIDS pada ibu ke Anak
2. Aktif bertanya
c. Menjelaskan Tanda dan gejala
3. Mendengarkan
HIV/AIDS pada ibu hamil
d. Menjelaskan Tata Laksana
Persalinan HIV/AIDS pada ibu
hamil
e. Menjelaskan Pencegahan
HIV/AIDS pada ibu hamil
3 Penutup 1. Memberikan kesempatan untuk 1. Mendengarkan
(10 menit) bertanya dan
Memperhatikan
2. Menjawab pertanyaan pasien 2. Menjawab
pertanyaan
yang diberikan
3. Menyimpulkan materi yang 3. Mendengarkan
disampaikan oleh penyuluh dan
memperhatikan

4. Mengevaluasi klien atas penjelasan 4. Klien mampu


yang disampaikan dan penyuluh menjawab
menanyakan kembali mengenai pertanyaan
materi penyuluhan

5. Memberikan reward kepada 5. Antusias


pasienyang aktiv bertanya dan menerima
menjawab reward dari
penyuluh
6. Pasien
6. Kontrak Waktu selanjutnya menyetujui
kontrak waktu
selanjutnya
7. Salam Penutup 7. Menjawab
salam

F. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

G. Media
1. Power Point
2. Leaflet

H. Alat dan bahan pembuatan cairan gula garam


3. Sendok
4. Gelas
5. Garam
6. Air
7. Gula pasir

I. Setting tempat
Keterangan
: Penyuluh

: Pasien

: Fasilitator

J. Evaluasi
1. Evaluasi standar
a. Rancangan Pendidikan Kesehatan dipersiapkan satu hari sebelumnya
b. Leptop dipersiapkan satu hari sebelumnya
c. Power point dipersiapkan satu hari sebelumnya
d. Leaflet dipersiapkan satu hari sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan mendengarkan penyuluh saat
menyampaikan definisi HIV/AIDS pada ibu hamil
b. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan mendengarkan penyuluh saat
menyampaikan Faktor penularan HIV/AIDS pada ibu ke Anak
c. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan mendengarkan penyuluh saat
menyampaikan Tanda dan gejala HIV/AIDS pada ibu hamil
d. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan mendengarkan penyuluh saat
menyampaikan Tata laksana persalinan HIV/AIDS pada ibu hamil
e. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan mendengarkan penyuluh saat
menyampaikan Pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
f. Pasien dirumah sakit memperhatikan dan melakukan demonstrasi pembuatan
oralit
3. Evaluasi hasil
a. Menjelaskan definisi HIV/AIDS pada ibu hamil
b. Faktor penularan HIV/AIDS pada ibu ke Anak
c. Tanda dan gejala HIV/AIDS pada ibu hamil
d. Tata laksana persalinan HIV/AIDS pada ibu hamil
e. Pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
f. Mampu mendemonstrasikan tentang Pemberian Oralit

K. Pertanyaan dan Jawaban


a. Definisi HIV/AIDS pada ibu hamil
b. Faktor penularan HIV/AIDS pada ibu ke Anak
c. Tanda dan gejala HIV/AIDS pada ibu hamil
d. Tata laksana persalinan HIV/AIDS pada ibu hamil
e. Pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil
f. Melakukan Demonstrasi HIV/AIDS pada ibu hamil
L. Daftar Pustaka
Nursalam dan NInuk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS.  Jakarta: Salemba Medika
Widoyono.(2005). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
&Pemberantasannya. Erlangga Medical Series (EMS). Semarang
Purwaningsih, wahyu, Dkk.(2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta
Daili, S.F.,(2009). Gonore. In: Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 65-76.

M. Lampiran
1. Materi
2. Lembar Pengesahan
1. Materi
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang didapat). AIDS
disebabkan oleh adanya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), di
dalam tubuh virus HIV ini hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia:Cairan
darah, Cairan sperma, Cairan vagina, Air susu ibu.
Virus HIV jumlah terbesar terdapat di dalam darah, cairan vagina dan sperma,
sedangkan jumlah terkecil terdapat di dalam ASI, air liur, air mata dan air seni.
AIDS disebabkan oleh virus bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus)
yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh. AIDS memerlukan
perhatian yang sangat khusus karena:
1. Belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah.
2. Pengidap virus menjadi pembawa dan dapat menularkan penyakitnya
seumur hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
3. Biaya pengobatan mahal.
4. Menurunkan mutu sumber daya manusia dan produktivitas kerja, sehingga
dapat mengganggu perekonomian Negara.
5. Penyakit ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, sebagian besar
ditularkan melalui hubungan seks.
Perbedaan antara HIV positif dengan penderita AIDS adalah:
1. Penderita HIV positif adalah seseorang yang terinfeksi virus HIV, dapat
menularkan penyakitnya walaupun Nampak sehat dan tidak menunjukkan
gejala penyakit apapun.
2. Penderita AIDS adalah seseorang yang telah menunjukkan tanda-tanda
dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan, setelah
sekian waktu terinfeksi HIV.
3. Perjalanan waktu sejak seorang penderita tertular HIV sehingga menderita
AIDS dapat berlangsung lama antara 5 sampai 10 tahun.
B. Faktor dalam penularan HIV dari ibu ke anak
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke
anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik.28
1. Faktor Ibu
a. Jumlah virus (viral load)

Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saatpersalinan
dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusuibayinya sangat
mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak.Risiko penularan HIV
menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah(kurang dari 1.000 kopi/ml)
dan sebaliknya jika kadar HIV di atas100.000 kopi/ml.

b. Jumlah Sel CD4


Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkanHIV ke
bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularanHIV semakin
besar.
c. Status gizi selama hamil
Berat badan rendah serta kekurangan asupan seperti asam folat,vitamin
D, kalsium, zat besi, mineral selama hamil berdampak bagikesehatan
ibu dan janin akibatntya dapat meningkatkan risiko ibuuntuk menderita
penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlahvirus dan risiko
penularan HIV ke bayi.
d. Penyakit infeksi selama hamil
Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular seksual,infeksisaluran
reproduksi lainnya, malaria,dan tuberkulosis, berisikomeningkatkan
jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi.
e. Gangguan pada payudara
Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis,abses,
dan luka di puting payudara dapat meningkatkan risikopenularan HIV
melalui ASI sehingga tidak sarankan untukmemberikan ASI kepada
bayinya dan bayi dapat disarankandiberikan susu formula untuk asupan
nutrisinya.
2. Faktor Bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
lebihrentan tertular HIV karena sistem organ dan sistem
kekebalantubuhnya belum berkembang dengan baik.
b. Periode pemberian ASI
Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi
akansemakin besar.
c. Adanya luka dimulut bayi
Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV
ketikadiberikan ASI.
3. Faktor obstetrik
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir.Faktor
obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibuke anak
selama persalinan adalah
1. Jenis persalinan
Risiko penularan persalinan per vagina lebih besar daripadapersalinan
melalui bedah sesar (seksio sesaria).
2. Lama persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIVdari
ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinyakontak
antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
3. Ketuban pecah lebih dari 4 Jam sebelum persalinan meningkatkanrisiko
penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang
dari 4 jam.
4. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forceps meningkatkanrisiko
penularan HIV karena berpotensi melukai ibu
C. Tata Laksana Persalinan
Sebagian besar bayi tertular infeksi HIV pada saat persalinan, maka
carapersalinan bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sangat menentukan
terjadinyapenularan vertikal. Adanya trauma dan kerusakan pada jaringan
tubuh ibu maupunbayi akan mengakibatkan terjadinya penularan vertikal.
Untuk menghindaripenularan vertikal, maka pecah ketuban dini dan
penggunaan elektrode kepalaperlu dihindari. Selain itu, jangan melakukan
pertolongan persalinan yang mengakibatkan trauma seperti menggunakan
forsep atau vakum untuk persalinanlama dengan penyulit.
Cara persalinan harus ditentukan sebelum umur kehamilan 38 mingguuntuk
meminimalkan terjadinya komplikasi persalinan. Sampel plasma viral loaddan
jumlah CD4 harus diambil pada saat persalinan. Pasien dengan HAART
harusmendapatkan obatnya sebelum persalinan, jika diindikasikan, sesudah
persalinan.
Operasi seksio sesarea pada usia kehamilan 38 minggu sebelum
onsetpersalinan atau mencegah ketuban pecah dini direkomendasikan untuk
wanitayang telah mendapatkan terapi HAART dengan kadar viral load yang
masih >1000 kopi/ml, wanita yang mendapatkan monoterapi alternative
denganzidovudin.14, Operasi seksio sesarea elektif dapat dilakukan dengan
prosedur sebagaiberikut:
1. Pemberian zidovudin intravena diberikan sesuai indikasi, dimulai 4 jam
sebelum operasi dimulai sampai dengan pemotongan tali pusat.
2. Sedapat mungkin meminimalisir perdarahan selama operasi dan diusahakan
kulit ketuban dipecah sesaat sebelum kepala dilahirkan
3. Antobiotika spectrum luas diberikan sebelum operasi sebagaimana
umumnya.
Persalinan pervaginam yang direncanakan hanya boleh dilakukan olehwanita
yang mengkonsumsi HAART dengan viral load <50 kopi/mL. Padapersalinan
pervaginam, amniotomi harus dihindari, tetapi tidak jika proseskelahiran kala 2
memanjang. Jika terdapat indikasi alat bantu persalinan, forsepdengan kavitas
rendah lebih disarankan untuk janin karena insiden trauma fetal lebih kecil.

D. Tanda dan Gejala


 Yang tampak dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Manifestasi klinis mayor:
a. demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
c. Penurunan berat badan lebih dari l0% dalam 3 tiga bulan
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida
Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh

E. Pencegahan
Pada prinsipnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah
penularan virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang terkenal dengan
istilah “ABC” yang telah terbukti mampu menurunkan percepatan penularan
HIV, terutama diUganda dan beberapa negara Afrika lain. Prinsip “ABC” ini
telah dipakai dan dibakukan secara internasional, sebagai cara paling efektif
mencegah HIV lewat hubungan seksual.
Prinsip “ABC” itu adalah :
“A” : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka
panjang dengan pasangan (Abstinesia)
“B” : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau
hubungan jangka panjang tetap (Be faithful)
“C” : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk penjaja
seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Condom)
Untuk penularan non seksual berlaku prinsip “D” dan “E” yaitu :
“D” : Drug; “say no to drug” atau katakan tidak pada napza/narkoba
“E” : Equipment; “no sharing”jangan memakai alat suntik secara bergantian
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral
digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi.
Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga
diderita.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi yaitu
hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan
meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi yaitu 20-30% dari bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-
gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. Dua puluh
persen dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebutakan meninggal pada saat berusia
18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan
risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
Kehamilan pada ibu-ibu dengan HIV positif akan berpengaruh buruk
bagi bayinya, karena itu Ibu penderita AIDS atau HIV positif, dianjurkan untuk
tidak hamil atau bila hamil perlu dipertimbangkan secara hukum peraturan
yang memperbolehkan dilakukannya pengguguran kandungan (indikasi medis),
hal ini dengan sendirinya akan menurunkan morbiditas pada anak (Nasution,R.,
1990) Berdasarkan situasi epidemic yang dijelaskan sebelumnya, kita ketahui
bahwasannya Indonesia telah memasuki epidemik terkonsentrasi maka dalam
rangka meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih
intensif, menyeluruh, terpadu, dan terkoordinasi, dibentuklah Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) (Peraturan Presiden/Perpres RI no.75
tahun 2006).
F. Melakukan Demonstrasi HIV/AIDS pada ibu hamil

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBUATAN


ORALIT

1. Definisi : Larutan untuk mengobati diare


2. Tujuan :
- Mencegah kehilangan cairan berlebihan
3. Prosedur dan penilaian :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI


A TAHAP PRA INTERAKSI 0 1 2
1. Memvalidasi perlunya prosedur pada status medis atau
rencana keperawatan
2. Mempersiapkan diri perawat/mahasiswa : penguasaan
konsep dan precaution
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat :
- Sendok
- Gelas
- Garam
- Air
- Gula pasir
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam, memastikan identitas pasien (ex :
nama, tanggal lahir), mengenalkan diri
perawat/mahasiswa
2. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menyampaikan kontrak waktu
4. Memberikan kesempatan klien/keluarga untuk
bertanya
5. Memastikan klien/keluarga telah menyetujui tindakan
yang akan diberikan (menanyakan kesediaan)
C TAHAP KERJA
1. Mendekatkan alat di samping pasien
2. Mencuci tangan
3. Cuci tangan sampai bersih
4. Tuang air masak satu gelas
5. Bubuk oralit 1 bungkus dilarutkan dalam 1 gelas air
masak
7. Aduk sampai semua bubuk larut dengan sendok
D TAHAP TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien (subjektif dan objektif)
2. Memberikan reinforcement positif pada pasien
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan

LEMBAR PENGESAHAN
Kendal, 4 April 2019
Mengetahui,
Mahasiswa Pengampu

Kelompok Ns. Triana Arisdiani, M.Kep.,Sp.Kep.M.B

Anda mungkin juga menyukai