MAKALAH
ASKEP GLOMERULONEFRITIS CRONIK (GNC)
OLEH :
Kelompok VI
Kelas A2/2018
1. Nirmala ( NH0118055)
2. Nurfaujiah (NH0118057)
3. Sonia Titin Rahakratat (NH0118080)
4. Yuni Saraila (NH0118096)
5. Ratna Wati (NH0118063)
6. Asrianto
7. Yohanis A mapada (Nh0118095)
A. Definisi.............................................................................................1
B. Jenis-jenis/karakteristik ..................................................................2
C. Etiologi ............................................................................................3
D. Tanda dan gejala .............................................................................3
E. Patofisiologi ....................................................................................3
F. Manifestasi klinis ............................................................................4
G. Komplikasi ......................................................................................4
H. Pemeriksaan diagnostik ...................................................................4
I. Penatalaksanaan ..............................................................................5
A. Pengkajian .......................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................8
C. Intervensi .........................................................................................8
D. Implementasi ...................................................................................8
E. Evaluasi ...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk menjelaskan
berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi di
glomerulus akibat suatu proses imunologis. Istilah glomerulonefritis akut pasca
infeksi termasuk grup yang besar dari dari glomerulonefritis akut sebagai akibat
dari bermacam-macam agen infeksi. Pada glomerulonefritis pasca infeksi, proses
inflamasi terjadi dalam glomerulus yang dipicu oleh adanya reaksi antigen
antibodi, selanjutnya menyebabkan aktifasi lokal dari sistem komplemen dan
kaskade koagulasi. Kompleks imun dapat terjadi dalam sirkulasi atau in situ
pada membran basalis glomerulus. Sedangkan Glomerulonefritis kronik adalah
peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat
dari glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau imbul secara spontan.
Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan
peradangan glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam
urin) dan proteinuria (protein dalam urin) ringan, yang sering menjadi penyebab
adalah diabetes melitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir dari peradangan
adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnyafungsi glomerulus. Pada
pengidap diabetes melitus yang mengalami hipertensi ringan,memiliki prognosis
fungsi ginjal jangka panjang yang kurang baik. (Dedi, 2014)
Fungsi ginjal pada sebagian besar penderita GN khronis, akan menurun
secara perlahan dan progresif. Pada keadaan ini di mana tanpa gejala awal dari
suatu glomerulonefritis, biasanya pasien yang datang sudah dengan hipertensi,
proteinuria disertai menurunnya fungsi ginjal. Pada pemeriksaan ultrasonografi
biasanya didapatkan ginjal yang mengerut (shrinken). Biopsi tidak dilakukan
pada kondisi seperti ini. Pada pemeriksaan histopatologis dengan mikroskop
cahaya biasanya didapatkan gambaran non spesifik dari suatu penyakit ginjal
tahap akhir, berupa focal atau global glomerulosclerosis disertai dengan fibrosis
tubulointertisial. Sulit menentukan penyebab atau jenis GN yang mengawalinya
bila sudah pada tahap akhir seperti ini. Pemeriksaan dengan mikroskop
1
imunofluresen mungkin bisa membantu, misal pada nefropati IgA. Atas dasar
inilah kemudian GN kronis didiagnosis berdasarkan perkiraan ( presumive
diagnosis). Oleh karena adanya proteinuria, penurunan fungsi ginjal dan
pengerutan/pengecilan gijal/shrunken kidney. (Askandar Tjokroprawiro dkk,
2015).
B. Jenis-jenis glomerulonefritis
1. Glomerulonefritis akut
Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan proses imunologis
lainnya, tetapi pada anak penyebab paling sering adalah pasca infeksi
streptococcus β haemolyticus sehingga seringkali di dalam pembicaraan
GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA pasca streptokokus (Yusria,
L. dkk 2016)
2. Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis kronis seringkali sulit terdeteksi karena dapat
berkembang tanpa menimbulkan gejala. Apabila muncul gejala,
gejalanya dapat serupa dengan gejala yang ada pada glomerulonefritis
akut. Namun, berbeda dengan glomerulonefritis akut, pada
glomerulonefritis kronik dapat terjadi frekuensi buang air kecil yang
meningkat di malam hari. Glomerulonefritis Kronik kebanyakan tipe GN
akan memasuki fase kronik karena pasien tersebut memiliki risiko untuk
mengalami kerusakan glomerular yang berkelaniutan sehingga pada
akhimya akan masuk kepada penyakit ginjal kronik (PGK). Sebagian
besarpasien GN yang mengalami penyakit tersebut di usia muda
biasanyabertranstormasi menjadi PGK di usia dewasa. Progresi ke PGK
pada usia mudadapat diperlambat atau dicegah dengan memperhatikan
proteksi ginjal seiak awal. Penurunan massa nefron akibat kerusakan
awal akan menyebabkan turunnnya LFG. Penurunan ini menyebabkan
hipertrofi dan hiperfiltrasi dari nefronsisa dan akan menginisiasi
hipertensi intraglomerular. Perubahan ini teiadi untuk meningkaikan
LFG dari nefron sisa, sehingga dapat meminimalkan konsekuensi
fungsional dari kerusakan nefion. Namun kerusakan yang terus berlanjut
2
akan menyebabkan terjadinya glomeruloskelrosis sehingga kerusakan
ginjal terusberlanjut. (Yusria, L. dkk 2016)
C. Etiologi
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom nefrotik yang ditandai timbulnya
hematoria,edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Gejala ini timbul
setelah infeksi kuman streptococus beta hemolitikus golonga A disaluran
pernafasan bagian atas atau bagian kulit. Glomerulonefritis terutama menyerang
pada anak laki-laki dengan usia kurung dari 3 tahun.
Glomerulonefritis kronis juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti
keracunan timaah hitam tridion, penyakit amilon, trombosis vena renalis,
purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus (Nuari & Widayanti, 2017)
D. Tanda dan gejala
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis bergantung kepada
jenis penyakit ini, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul,
antara lai:(Lana Yusria, 2016)
3
mikroorganisme yaitu streptokokus A.Reaksi antigen dan antibodi tersebut
membentuk imun kompleks yang menimbulkan respon peradangan yang
menyebabkan kerusakan dinding kapiler dan menjadikan lumen pembuluh darah
menjadi mengecil yang mana akan menurunkan filtrasi glomerulus, insuffisiensi
renal dan perubahan permeabilitas kapiler sehingga molekul yang besar seperti
protein dieskresikan dalam urine / proteinuria (Ike Amalia, 2016).
F. Manifestasi klinis
Glomerulonefritis kronik lain juga menunjukkan gambaran klinis berupa
hematuria makroskopis akut, sembab, hipertensi dan gagal ginjal. Beberapa
glomerulonefritis kronik yang menunjukkan gejala tersebut adalah
glomerulonefritis membranoproliferatif, nefritis lupus, dan glomerulonefritis
proliferatif kresentik. Perbedaan dengan GNAPS sulit diketahui pada awal
penyakit. (Dedi, 2014)
G. Komplikasi
Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu.
Tetapi secara umum, baik glomerulonefritis akut maupun kronis bila tidak
ditangani secara benar, bisa bertambah parah dan memicu penyakit lain.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah: (Lana Yusria, 2016)
Hipertensi.
Sindrom nefrotik.
Gagal ginjal akut.
Penyakit ginjal kronis.
Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang menumpuk dalam
tubuh.
Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium.
Rentan terhadap infeksi.
H. Pemeriksaan diagnostik
Untuk menunjang diagnosis klinis,dilakukan pemeriksaan laboratorium
urinalisis, darah tepi, kimiadarah, dan serologi.1,2 Urinalisis merupakan
pemeriksaan awal yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada
4
pasien tersangka glomerulonefritis akut. Urinalisis menunjukkan hematuria yang
sering disertai penemuan sel torak, proteinuria, dan leukosit polimorfonuklear
(sudung o, Parded, 2016)
I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan menurut (Nuari & widayanti,2017,p,233).
1. Istirahat selama 1-2 minggu
2. Modifikasi diet
3. Pembatasan cairan dan natrium
4. Pembatasan protein bila BUN meningkat
5. Antibiotika
6. Anti hipertensi
7. Pemberian deuretik furesemind intravena (1 mg /kg/BB/kali)
8. Bila aunaria berlangsung lam (5-7 hari) dianjurkan dialisa peritoneal atau
hemodialisa
5
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
6
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil biasanya
dikeluhkan beberapa hari sebelum klien meminta pertolongan
pada tim kesehatan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya keluhan
obstruksi pada saluran kemih (yang meningkatkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi ),tumor kandung
kemih,striktur,hyperplasia prostatic benigna, dan diabetes
mellitus.penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan. Riwayat
infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritemateosus.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah keluarga pasien yang memiliki penyakit serupa
4. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola nutrisi dan metabolic
b. Pola eliminasi
c. Pola aktivitas
d. Pola tidur dan istirahat :
e. Kognitif & perseptual :
f. Persepsi diri :
5. Psikososial spiritual
Meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk
mendapatkan hasil yang jelas terhadap status emosi, kognitif, dan
perilaku klien. Masalah kesehatan pada sistem perkemihan
menimbulkan respon maladaptif terhadap konsep diri klien
sehingga tingkat stres emosional dan mekanisme koping yang
digunakan berbeda-beda.
6. Pemeriksaan Fisik
7
-pemeriksaan head to toe
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada laboratorium didapatkan :
- Hb menurun
- Ureum dan serum kreatinin meningkat.
- Elektrolit serum (natrium meningkat)
- BJ Urine meningkat, albumin
- Pada rontgen :
*IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus
koligentes)
8. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data
dibedakan atas data subyektif dan data obyektif.
B. Diagnosa Keperawatan
yang sangat luas untuk mendapat cakupan besar yang memungkinkan
diagnosa yang dittapkan adalah tepat. Adapun diagnosa keperawatan ini
merupakan suatu hak perawat dalam menentukan kesimpulan dari Diagnosa
merupakan suatu tahap dalam proses keperawatan. Dalam diagnosa ini
diperlukan data keluhan pasien sehingga perawat haruslah memliki
kemampuan dalam bidang ini keperawatan (Yeni, 2019a).
C. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap dalam proses
keperawatan, yang merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh
perawat terhadap diagnosa keperawatan dan diagnosa pasti yang sudah
didapat agar pasien dapat memiliki status kesehatan yang baik. Pengambilan
keputusan dalam memilih intervensi keperawatan ini harus berjalan dan
dapat ditetapkan dengan baik dengan barhasil (Yeni, 2019b).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam
proses keperawatan. Dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan
pelaksanaan yang akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan
8
diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan yang sudah ditetapkan.
Implementasi keperawatan ini juga mengacu pada kemampuan perawat baik
secara praktik maupun intelektual (Yeni, 2019c)
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan suatu tahap yang terdapat dalam proses
keperawatan. Evaluasi dilakukan pada banyak hal yang dapat dinilai
keberhasilan dan ketepatannya agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Perawat sendiri perlu melakukan evaluasi untuk mendapat kesadaran diri dan
membuat peningkatan dari hasil yang sudah didapatkan (Yeni, 2019d)
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
Contoh kasus
“Seorang anak datang ke IGD di antar kedua orang tuanya dengan
keluhan bengkak pada mata dan wajah, kedua kaki, kencing sedikit warna
merah kecoklatan, pucat, lemas, kadang mual, nafsu makan berkurang.”
I. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama : Anak A
2. Tempat tanggal lahir/usia : Jeneponto , 22 juni 2008/10 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : jeneponto
7. Tgl masuk : 14 oktober 2020 pukul 10.00
8. Tgl pengkajiaan : 14 oktober 2020
9. Kewarganegaraan : WNI
10. Nomor RM : 17005667
B. Identitas orang tua
1. Ayah
a. Nama : Ayah S
b. Usia : 45 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : jeneponto
2. Ibu
a. Nama : Ibu K
10
b. Usia : 40 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : -
e. Agama : Islam
f. Alamat : jeneponto
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama : pusing, Bengkak pada mata dan kaki
Diagnosa medis saat ini : Glomerulonefritis cronis + gizi baik
Riwayat keluhan/penyakit saat ini : anak datang ke IGD di antar kedua
orang tuanya dengan keluhan bengkak pada mata dan wajah, kedua kaki,
kencing sedikit warna merah kecoklatan, pucat, lemas, kadang mual, nafsu
makan beerkurang
B. Riwayat kesehatan lalu
1. Riwayat MRS sebelumnya : anak peernah di opname bulan desember
2019
2. Riwayat di oprasi : Tidak ada
3. Riwayat kelainan bawaan : tidak ada
4. Riwayat alergi : tidak ada
5. Riwayat pengobatan : anak pernah mendapat antibiotik
ampicilin
selama 7 hari
III. Riwayat kelahiran
Riwayat kelahiran : (V ) Spontan, ( ) Florcep, ( ) Vacum, ( ) Sectio cesaria
Lahir dibantu oleh : ( ) Dukun, (V) Bidan, ( ) Dokter
Kelainan Bawaan : (V ) Tidak, ( )
Jelaskan.............................................................
Berat badan lahir : 3500 kg, panjang badan lahir, 52 Cm
IV. Riwayat imunisasi ( Imunisasi lengkap)
(V) BCG (V) Hepatitis B I (V) DPT I (V) Campak
(V) Polio I (V) Hepatitis B II (V) DPT II ( ) MMR
(V) Polio II (V) Hepatitis B III (V) DPT III ( ) HIB
11
(V) Polio III ( ) Varicela ( ) Thypus ( ) Influenza
V. Riwayat tumbuh kembang
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat Badan Ideal : 37 kg
2. Panjang Badan : 145 cm.
3. Berat badan sekarang : 40 kg
4. Lingkar kepala : 48 cm
5. Lingkar lengan : 22 cm
B. Perkembangan Anak
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : 9 bulan
3. Merangkak : 10 bulan
4. Berdiri : 12 bulan
5. Berjalan : 14 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
7. Berbicara pertama kali : 1 tahun dengan menyebut : nama
8. Berpakaian tanpa bantu : belum
Masalah pertumbuhan dan perkembangan : (V) Tidak, ( ) Ya, ( ) Down
Syndrome, ( ) cacat fisik, ( ) Autis, ( ) Hiperaktif, ( ) Lain-lain,
Jelaskan.........
VI. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI : eksklutif 6 bulan
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : sudah cukup ASI 2 Tahun
2. Jumlah pemberia : 200 cc 2-4 gelas/hari
3. Cara pemberian : minum dengan gelas
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia samapi nutrisi saat ini
12
1 tahun- sekarang Makanan keluarga
13
lauk sayur tiga kali/ hari, kebiasaan makan sendiri, anak biasa minum 1000-150
Ml/hari, berupa air putih.
Setelah MRS: Nafsu makan berkurang hanya bisa menghabiskan setengah porsi
makanannya, mual, anak mampu 500-600 Ml, anak tampak lemas.
3. Pola eliminasi
Sebelum MRS : anak BAK normal, warna kuning jerni, frekuensinya 8-10
x/perhari.
Setelah MRS : anak BAK sedikit, volumenya 100 ml, warna merah kecoklatan.
4. Pola istirahat/tidur
Sebelum MRS ; anak tidur 10 -12 jam/perhai, terbiasa untuk tidur siang, dan tdk
ada keluhan sulit tidur.
Setelah MRS :anak tidak ada gangguan pola tidur hanya terkadang tidak nyaman
dengan kondisi di rumah sakit.
14
Orang tua anak selalu mengajarkan anaknya untuk beribadah dan berlaku baik
pada
orang lain, anak beragama islam.
11. Pola peran hubungan
Anak dekat dengan kedua orangtuany, biasa anak menyatakan keluhannya pada
sangibu.
XI. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah\
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 150/90 mmHg
b. Denyut nadi : 100x/menit
c. Suhu : 37 C
d. Pernapasa : 30x/menit
4. Berat badan : 40 Kg
5. Tinggi badan : 145 Cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygiene kepala
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : merata
c. Mudah rontok : tidak
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : ada/tidak ada : tidakl ada
Nyeri tekan : ada/ tidak ada : tidak ada
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simestris / tidak : simestris
b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
15
d. Ekspresi wajah : baik
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak ada
Data lain :-
8. Mata
a. Pelpebra : edema
b. Selera : icterus (Tidak)
c. Conjungtiva : Radang (tidak) anemis
d. Pupil : - isokor
-Refleks pupl cahaya : +/+
e. Posisi mata :
Simetris / tidak : iya
f. Gerakan bola mata : baik
g. Penutupan kelopak mata : baik
h. Keadaan bulu mata : baik
i. keadaan visus : normal
j. penglihatan : -kabur (tidak)
:-diplopia (tidak)
Palpasi
Tekanan bola mata : baik
Data lain :-
9. Hidung dan sinus
Inspeksi
10. Telinga
Inspeksi
16
b. Ukuran/bentuk teliga : smestrik kanang dan kiri
c. Aurikel : baik
d. Lubang teliga : bersih
e. Pemakaian alat bantu : tidak
Palpasi
a. Rinne :+/+
b. Weber+/+
c. Swabach : +/+
Pemeriksaan vestibuler
Data lain
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi baik
- Karang gigi karies :tidak
- Pemakaian gigi palsu :tidak
b. Gusi
- Merah radang tidak :tidak
c. Lidah
- Kotor tidak :tidak
d. Bibir
- Cyanosis pucat tidak :tidak
- Basah kering pecah :kering
- Mulut berbau tidak :tidak
- Kemampuan bicara :baik
- Data lain :
12. Tenggoroka
a.warna mukosa :merah muda
17
b.nyeri tekan :tidak
13. leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid
Palpasi
data lain :
data lain :
palpasi
a. vokal fremitus :-
b. b. massa nyeri :-
asukuitasi
data lain
18
15. jantung
Palpasi
Lctus cordis :normal
Perkusi
Pembesaran jantung :
Auskultasi
a.bj I :+
b. bj II :+
c. bj III :-
d. bunyi jantung tambahan
data lain
16. abdomen
Inspeksi
a. membuncit :tidak
b. ada luka tidak :tidak
palpasi
a. hepar :normal tidak teraba
b. lien :tidak berada
c. nyeri tekan :tidak
auskultasi
peristaltic
perkusi
a.tympani :iya
b. redup :
17.genitalia dan anus : normal
18.ekstremitas
Ekstremitas atas
a.motorik
- pergerakan kana/kiri :baik
-pergerakan abnormal :tidak
-kekuatan otot kanan/kiri :baik
-tonus otot kanan/ kiri :baik
19
-koordinasi gerak :baik
b. refleks
-biceps kanan/kiri :+/+
-triceps kanan/kiri :+/+
c.sensori
-nyeri :+/+
-rangsang suhu :+/+
-rasa raba :+/+
Ekstremitas bawah
a.motorik
-gaya berjalan:normal
-kekuatan kanan/kiri :+/+
-tonus otot kanan/kiri :+/+
b.refleks
-kpr kanan/kiri :+/+
-apr kanan/kiri :+/+
-babinsky kanan/kiri :+/+
c.sensori
-nyeri :+/+
-rangsang suhu :+/+
-rasa raba :+/+
19.status neurologi,
Saraf-saraf cranial
20
-penggerakan mata kebawah dan dalam : normal
d. nervus V ( trigeminus)
-sensibilitas/sensori :normal
e. nervus VII
fungsi pendegaran
-suara : normal
h. nervus XI ( Assesorius)
a. Kaku kuduk :-
b. Kerning sign :-
21
c. Reflex brudzinski : -
d. Reflex lasegu :-
Data lain :
22
maknannya,mual,nafsu makan berkurang pemenuhan
nutrisi kurang
Do: hanya bisa menghabiskan setengah porsi dari kebutuhan
maknannya, kadar albumin menurun. tubuh
DIAGOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
23
retensi air 3. Monitor status hipertensi yang
Tidak ada volume cairan dapat
tanda – tanda tiap 1-2 jam, menyebabbkan
hipermatremi monitor urine kerusakan ginjal.
a output Monitoring sangat
(normalnya 1-2 perlu karena
ml/kgBB/jam) perluasan volume
4. Atur pemberian cairan, dapat
diuretik menyebabkan
tekanan darah
meningkat.
Diuretik dapat
meningkatkan
eksresi cairan
2. Setelah diberika 1. Timbang berat Peningkatan BB
asuhan keperawatan badan tiap hari, dapat merupakan
3x24 jam diharapkan monitor output indikasi adnya
volume cairan dalam urine tiap 24 retensi cairan,
batas normal dengan jam penurunan output
Kritea hasil 2. Kaji adanya urine merupakan
Haluaran edema, untuk indikasi
urine rata anak laki-laki munculnya gagal
-rata sebanyak cek ginjal.
1-2 ml/kgBB/ pembengakakan Pembengakakan
jam pada scrotum pada scrotum
Edema 3. Monitor reaksi merupakan
berkurang klien terhadap indikasi adanya
Hasil lab reaksi terapi ascites
normal diuretic Diuretik dapat
4. Monitor dan menyebabkan
catat intake hipokalemia, yang
cairan membutuhkan
5. Kaji warna, penanganan
24
konsentasi, dan pemberian
berat jenis urine potassium klien
6. Monitor hasil mungkin
laboratorium membutuhkan
pembatasan
pemasukan cairan
dan penurunan
laju filtrasi
glomerulus, dan
juga
membutuhkan
pembatasan intake
sodium. Urine
yang keruh
merupakan
indikasi adanya
peningkatan
protein sebagai
indikasi adanya
penurunan perfusi
ginjal peningkatan
nitrogen, ureum
dalam darah dan
kadar kreatin
indikasi adanya
gangguan fungsi
ginjal
3. Setelah dilakukan 1. Sediakan Diet yang tinggi
asuhan keperawatan makan dan karbohidrat
selama 3x24 jam karbohidrat biasanya lebih
diharapkan faktor yang tinggi cocok dan
resiko pemenuhan 2. Sajikan makan menyediakan
nutrisi kurang dari sedikt- sedikit kalori esensial
25
kebutuhan tidak tapi sering menyajikan
terjadi ,termasuk makanan sedikit
makanan sedikit tapi sering,
kesukaan klien memberikan
3. Batsi sodium kesempatan bagi
dan protein klien untuk
sesuai order menikmati
makanannya
Sodium
menyebabkan
tesitensi cairan
pada beberapa
kasus ginjal tidak
dapat
memetabolisme
protein, sehingga
perlu membatasi
cairan
IMPLEMENTASI
26
volume BAK BAK, warna
Mencaatat asupan mulai
cairan dan haluaran kekuningan ,
Memantau hasil Balance cairan
laboratorium terpantau dan
terctat
Hasil lab
diulang setelah
3 hari
3 Sabtu 3 Memberi diet Anak mau
17/10/2020 rendah garam makan, tidak
09:30 Memberi porsi akan ada mual,
kecil tapi sering mampu
Menyajikan menghabiskan
makanan yang ¾ porsinya
disukai anak dan
tampilan menarik
EVALUASI
27
28
DAFTAR PUSTAKA
Askandar Tjokroprawiro dkk, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya :
Airlangga University press.
Ike Amalia. (2016). glomerulonefritis akut di ruang rawat inap RSUD DR.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI.
29
30