Rvs Fix Nabila Rizky
Rvs Fix Nabila Rizky
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
NABILA RIZKY
NIM : 17031061
NIM : 17031061
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
NIM : 17031061
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proposal ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
(Nabila Rizky)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya serta
nikmat kesehatan yang dilimpahkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran Penerapan Protokol Kesehatan Pada
Mayarakat” yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan di STIKes Hang Tuah Pekanbaru Program Studi Sarjana Keperawatan.
Selama penyusunan proposal ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan, tetapi berkat
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari semua pihak, proposal ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Dikesempatan ini peneliti menyampaikan Terima Kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Ahmad Hanafi, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Yecy Anggreni, M.Kep selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu, memberikan
masukan serta arahan yang begitu berharga dalam penyusunan proposal ini.
4. Ibu Sekani Niriyah, S.Kep., Ners belaku Pembimbing II yang juga telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing peneliti, memberikan ilmu, memberikan
masukan yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang membangun bagi
peneliti.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta staf pengajar di Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti
dalam proses penyelesaikan proposal ini.
6. Kepada kedua orang tua tercinta yaitu ibunda Yernetty Bachtiar, serta seluruh
keluarga besar yang telah memberikan semangat, dukungan dan doanya kepada
peneliti dalam menjalani perkuliahan di Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru serta dalam penyusunan proposal ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru angkatan 2017 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dari skripsi ini.
Peneliti
Nabila Rizky
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................................x
DAFTAR SKEMA..............................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................40
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Kasus COVID -19 di Indonesia pertama kali terkonfirmasi pada tanggal 02 Maret 2020 di
Depok, Jawa Barat. Pada tanggal 10 April 2020 virus ini telah menyebar dengan cepat di
34 Provinsi yang ada di Indonesia. Maka dari itu keluarlah Keputusan Presiden (Keppres)
no 12 Tahun 2020 di tetapkan tentang penetapan bencana non alam penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID- 19) sebagai bencana nasional, dan karena itulah pemerintah
pusat menghimbau kepada gubernur, walikota serta bupati untuk menjadi ketua gugus
penanganan COVID-19 didaerah masing-masing. Pada tahun 2020 kasus COVID -19 di
Indonesia meningkat dengan cepat yaitu mencapai angka 406.945 kasus, dengan jumlah
kasus pasien yang telah sembuh mencapai 334.295 kasus, sedangkan sejumlah 13.782
kasus pasien yang meninggal akibat virus ini (Kemenkes RI, 2020).
Penyebaran yang terjadi oleh COVID-19 melalui manusia ke manusia lain membuat
penyebaran dengan cepat dan membuat penyakit ini menjadi sangat agresif, sampai saat
ini belum ditemukan pengobatan khusus untuk COVID-19 maka dari itu masyarakat
dapat melakukan perilaku-perilaku pencegahan seperti mencuci tangan dengan bener dan
secara teratur dengan menggunakan sabun dan air mengalir bahkan bisa juga dengan
menggunakan handsanitaizer, menggunakan masker apabila keluar rumah atau ketempat
umum, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain yang di sebut dengan (social
distancing), serta menerapkan etika batuk dan bersin, membatasi interaksi ataupun kontak
langsung dengan orang lain, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk
mengendalikan serta menekan angka penyebaran dan memutus mata rantai virus COVID-
19 tersebut. (KemenKes RI, 2020).
Kasus COVID-19 di Riau pertama kali tercatat pada tanggal 18 Maret 2020. Pasien
pertama yang positif COVID-19 dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Provinisi Riau. Sampai bulan Januari 2021, terkonfirmasi bahwa angka COVID-19 di
Riau mencapai 24.932 kasus, dengan rincian 23.083 pasien yang sembuh, 583 pasien
meninggal, 799 pasien isolasi mandiri, dan 467 di rawat di rumah sakit. Belum ada
penurunan pasien yang terkena COVID-19 di Riau, setiap hari mengalami peningkatan.
Pemerintah Provinsi Riau berusaha untuk menekan angka penyebaran COVID-19 di
Riau. (corona.riau.go.id)
Berdasarkan hasil penelitian Pinasti (2020) menyatakan bahwa sebanyak 52,3% dan
56,9% peserta tidak mencuci tangan sebelum makan dan tidak membawa hand sanitizer
saat bepergian sebagai bentuk self protection. Berdasarkan hasil kuesioner, menunjukkan
bahwa masyarakat belum menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Bahkan sebagian
besar masyarakat tidak melakukan protokol untuk menjaga kebersihan tangan.
Kasus COVID-19 di Dumai pertama kali muncul pada tahun 2019 dengan total yang saat
ini sebanyak 2.448 kasus positif Covid-19 di Kota. Pemerintah Kota Dumai bersama
Satgas berharap agar masyawakat Dumai mematuhi protokol kesehatan yaitu
menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak lebih dari 1 meter, mencuci tangan
dengan air dan sabun atau menggunakan handsanitizer serta menghindari kerumunan.
Walikota dan pemerintah Kota Dumai berusaha untuk menekan angka penyebaran
COVID-19 di Kota Dumai serta menghimbau masyarakat Kota Dumai selalu mematuhi
protokol kesehatan yang sudah di anjurkan oleh pemerintahan Indonesia. (Dinkes,2020).
COVID-19 diKota Dumai, yaitu salah satu kota di Indonesia yaitu terkonfirmasi 5.994
dengan kasus isolasi mandiri 312 orang, total rawat di rumah sakit 21 orang, total sembuh
512 orang dan total meninggal 18 orang. Dari beberapa Kelurahan yang ada di Dumai
terdapat satu kecamatan dengan kejadian Covid-19 tertinggi yaitu Kecamatan Dumai
timur terkonfirmasi 1049 kasus, sembuh 10 dan 5 meninggal per tanggal 22 april 2021
(Dinas Kesehatan Dumai, 2021).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Negara-negara di berbagai belahan dunia, seperti
mengharuskan warga memakai masker, melakukan jaga jarak, mencuci tangan secara
rutin, pemberlakuan karantina wilayah dan juga melakukan tes masal. Namun, upaya-
upaya yang dilakukan oleh pemerintah tidaklah cukup untuk memutuskan rantai
penularan COVID-19 karena diperlukan pemahaman dan juga pengetahuan yang baik
dari seluruh pihak terutama masyarakat. Dalam hal penanganan COVID-19, pengetahuan
masyarakat sangat diperlukan karena hal tersebut menentukan perilaku masyarakat.
(Purnamasari dan Raharyani,2020).
Pemerintah sudah memberikan protokol kesehatan yang sesuai dengan standar WHO
namun kenyataannya, masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan protokol
kesehatan, seperti tidak menggunakan masker, tidak menjaga jarak, dan tidak menjaga
kebersihan tangan, ketidakpatuhan terhadap penerapan protokol kesehatan sangat
berpotensi untuk memperluas penyebaran COVID-19 di masyarakat. Kepatuhan
merupakan suatu sikap yang akan muncul pada seseorang apabila yang memiliki reaksi
terhadap suatu peraturan yang telah ditetapkan untuk ditaati serta dijalankan sesuai
prosedur yang sesuai demi keamanan bersama. (Azwar s.2020).
Protokol kesehatan merupakan salah satu aturan dan ketentuan yang telah di tetapkan oleh
pemerintah yang perlu diikuti oleh segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada
saat pandemi COVID-19 di luar rumah. Selama masa pandemi protokol kesehatan wajib
diterapkan oleh masyarakat (Buana,2020). Masker pelindung wajah merupakan salah satu
bentuk self protection selama masa pandemi Corona virus. Pernyataan tersebut juga yang
telah diperkuat oleh World Health Organization (WHO) melalui panduan sementara yang
diumumkan pada tanggal 06 April 2020 mengenai anjuran mengenaikan masker (World
Health Organization, 2020b). Masalah masker medis dan masker respiratori sangat
terbatas. Menanggapi hal tersebut maka masyarakat mulai menggunakan masker kain
sebagai masker non-medis melalui panduan interm 05 Juni 2020, World Health
Organization (WHO) juga telah menghimbau bagi penggunaan masker medis ataupun
non-medis bagi masyarakat umum (World Health Organization, 2020a).
Menjaga kebersihan tangan salah satu kunci dari pencegahan virus yang terjadi sekarang
dengan menjaga kebersihan tangan merupakan salah satu langkah yang perlu dilakukan
dan sangat penting. World Health Organization (WHO) juga telah menjelaskan bahwa
kebersihan tangan dapat menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi COVID-19 (World
Health Organization), 2020d). Namun, mencuci tangan tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan oleh masyarakat Mencuci tangan dengan menggunakan sabun cair
dilakukan selama 20 detik atau lebih menggunakan air mengalir dan sangat dianjurkan
untuk diterapkan oleh masyarakat. (Khedmat, 2020).
Sosial Distancing adalah salah satu kebijakan pemerintah yang diterapkan masyarakat
Dunia selama masa COVID-19. Kebijakan pemerintah Indonesia menerapkan beberapa
kegiatan sosial distancing dengan menerapkan kegiatan seperti belajar dan bekerja dari
rumah, tidak melakukan kegiatan diluar atau berkumpul-kumpul, membatasi jam
operasional di tempat umum Selanjutnya penerapan protokol kesehatan juga wajib
diterapkan bagi masyarakat ketika sebelum dan sesudah berpergian keluar rumah
ditempat dan fasilitas umum. (Yanti et al., 2020).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 28 April
2021 dengan 10 responden masyarakat di Puskesmas Jaya Mukti Kota Dumai.
Didapatkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada responden bahwa 3 dari 10
responden mengatakan bahwa selama masa Pandemi COVID-19 jumlah masyarakat yang
datang ke Puskesmas mengalami peningkatan, awal ketika pandemi COVID-19 masyakat
dianjurkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan yang sudah di tetapkan oleh
pemerintah dan sekarang sudah terbiasa dan tidak mengganggu aktivitas responden dan 3
dari 10 responden mengatakan bahwa sewaktu pandemi COVID-19 ini meningkat untuk
kepatuhan terhadap protokol kesehatan yaitu menggunakan masker bila keluar rumah atau
ketempat umum, mencuci tangan dengan bener menggunakan air menggalir dan sabun,
serta menjaga jarak atau physical distancing untuk menghindari dari kerumunan agar
memutuskan mata rantai dari penyebaran COVID-19 yang terjadi saat ini dikarenakan
penularan yang sangat cepat sehingga harus mematuhi terhadap prosedur dan program
pemerintah tentang protokol kesehatan, hal ini tentunya akan berdampak dan berpengaruh
kepada masyarakat rasakan. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih dalam tentang “Gambaran Kepatuhan Protokol Kesehatan
pada Masyarakat di Masa Pandemi di Puskesmas Jaya Mukti Kota Dumai”.
Virus Corona merupakan sebuah Virus menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, berdasarkan
bukti ilmiah COVID-19 ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin
(droplet) (Putri, 2020). Menurut (Kemenkes RI, 2020) Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah teridentifikasi
sebelumnya pada manusia. Terdapat dua jenis coronavirus yang dapat menimbulkan gejala berat
yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Pada awal terjadinya COVID-19 menurut WHO gejala yang muncul pada COVID-19 yang paling
umum adalah demam, kelelahan, dan disertai batuk kering pada sejumlah pasien yang mengalaminya.
Beberapa pasien kemungkin mengalami sakit yang di sertai dengan nyeri pada bagian tertentu,
hidung yang tersumbat, pilek, sakit tenggorokan bahkan diare. Gejala-gejala ini bersifat ringan dan
terjadi secara perlahan dan bertahap. Corona virus Disease-19 (COVID-19) merupakan salah satu
penyakit menular yang sangat berbahaya disebabkan oleh virus SARS-COV 2 atau Virus Corona
yang menyerang system pernafasan dan bahkan belum teridentifikasi dan belum ditemukan nya obat
untuk penyakit tersebut. COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi dunia atau bencana non alam yang
menyerah seluruh dunia dengan menyebarnya COVID-19 oleh WHO dan ditetapkan Pemerintah
sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang perlu dilakukan langkah-langkah
penanggulangan harus tepat, tepat sasaran dan terpadu termasuk keterlibatan seluruh komponen-
komponen masyarakat yang ada di Indonesia.
2.1.1.2 Epidemiologi
Diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui muncul pertama kali di wilayah
Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al, 2020). Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi, diduga ada hubungannya dengan pasar seafood di Wuhan atau pasar tradisional yang
ada di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa
penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Walaupun berasal dari famili yang sama, SARS-CoV-2 lebih
menular ketimbang SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan yang begitu
cepat membuat WHO menetapkan pada tanggal 30 Januari 2020 COVID-19 sebagai
KKMMD/PHEIC. Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi
yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan pemeriksaan
laboratorium (Kemenkes RI, 2020). Sampai tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan sekitar
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang
paling banyak melaporkan kasus COVID-19 diantaranya Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan
United Kingdom, dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom,
Italia, Perancis, dan Spanyol. Peta sebaran COVID- 19 di dunia dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2. 1. Peta Sebaran COVID-19
Di Indonesia sendiri kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020 dan
jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan
melaporkan 56.385 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus pasien COVID-19 yang
meninggal tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus yang paling
banyak terjadi di rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi di usia 0-5 tahun. Angka
kematian tertinggi terdapat pada pasien dengan usia 55-64 tahun. Peningkatan angka kematian juga
dipengaruhi oleh adanya penyakit bawaan pada pasien. Tingkat 10,5% ditemukan pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular, 7,3% pada pasien dengan diabetes, 6,3% pada pasien dengan penyakit
pernapasan kronis, 6% pada pasien dengan hipertensi, dan 5,6% pada pasien dengan kanker.
(Kemenkes RI,2020).
2.1.1.3 Etiologi
Coronavirus tergolong dari ordo Nidovirales, keluarga dari Coronaviridae. COVID-19 ini merupakan
virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Ada 4 genus yaitu
alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya dan
munculnya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E
(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1
(betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes RI,
2020).
Gambar 2. 2. Struktur Coronavirus
Hasil dari analisis filogenetik diketahui bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan pandemi SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas
dasar ini, Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan,
tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. COVID-19 termasuk dalam
genus betacoronavirus, yang biasanya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. COVID-19 dapat bertahan dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda-beda
(seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam di permukaan plastik dan stainless
steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti pada virus corona
yang lain, SARS-COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas.
Gambar 2. 3. Gambaran Mikroskopis SARS-CoV-2
Sumber: CDC (2020) International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia, Coronavirus ini merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Adapun, hewan yang menjadi penyebab penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
(Kemenkes RI, 2020). Masa inkubasi COVID-19 kurang lebih 5-6 hari, dengan jarak antara 1 dan 14
hari namun bisa mencapai lebih dari 14 hari. Resiko penularan tertinggi didapatkan pada hari-hari
pertama penyakit yang disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Proses penularan
nya seseorang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini. COVID-19 dapat
menyebarkan terutama mulai dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut
yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin atau berbicara satu sama lain dan
bahkan bila bersentuhan atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Orang yang
dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup atau terkena percikan orang yang terinfeksi virus ini. Oleh
karena itu, penting bagi kita semua untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain. Percikan-
percikan tersebut ini dapat menempel di benda dan bahkan dipermukaan lainnya di sekitar orang
yang terinfeksi jika sudah tersentuh seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang yang
dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut yang sudah tersentuh oleh orang
yang terinfeksi tersebut, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka sekalipun. WHO
terus mengkaji dan meneliti setiap perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan
akan menyampaikan temuan-temuan terbarunya yang ditemukan. Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) terutama menyebar melalui percikan saluran pernapasan yang dikeluarkan oleh
seseorang yang batuk atau memiliki gejala lain seperti demam atau rasa lelah. Karena itu, COVID-
19 dapat menular dari orang yang hanya bergejala ringan, seperti batuk ringan, tetapi merasa sehat
bahkan bisa menular dengan orang yang tidak ada gejala sama sekali yang sangat dikhawatirkan
menyebarkan virus tersebut. Beberapa laporan menunjukkan bahwa orang yang tanpa gejala dapat
menularkan virus ini namun belum diketahui seberapa jelas dan sering penularan dengan cara
tersebut yang terjadi saat ini.
Istilah pada status orang yang diduga terinfeksi COVID-19 yang berlaku di Indonesia yaitu antara
lain; Pasien Dalam Pengawasan yang disebut dengan (PDP), Orang Dalam Pemantauan yang disebut
(ODP), dan Orang Tanpa Gejala yang disebut dengan (OTG). Pasien Dalam Pengawasan yang
disebut dengan (PDP). Pasien Dalam Pengawasan yang di sebut dengan (PDP) yaitu Orang dengan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang disebut dengan (ISPA) yaitu dengan disertai demam (≥38 0C)
atau riwayat demam sebelumnya; disertai salah satu gejala atau tanda penyakit pada sistem
pernapasan seperti: batuk atau sesak pada saat nafas terasa sakit pada tenggorokan disertai dengan
pilek dan pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lainnya berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan
atau tinggal di negara atau wilayah yang melaporkan transmisi lokal pada wilayah tersebut. 2) Orang
dengan demam (≥38 ℃) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala yang memiliki riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi COVID-19. 3) orang yang
mengalami gangguan ISPA berat bahkan pneumonia berat yang membutuhkan perawatan yang lebih
lanjut dirumah sakit dan serta di pantau mengenai perkembangan lebih lanjut yang akan di tindak
lanjuti oleh tenaga kesehatan. Tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran secara klinis dan
rincian untuk meyakinkan penularan. Sedangkan ODP, yaitu merupakan Orang yang mengalami
demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek hingga
terasa sakit ditenggorokan dan disertai batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan. Selain itu, ODP adalah Orang yang mengalami gejala gangguan sistem
pernapasan seperti pilek yang terasa sakit ditenggorokan bahkan batuk dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19. Dan OTG yaitu
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-19. Orang
yang memiliki tanpa gejala disebut dengan (OTG) merupakan kontak erat dengan kasus yang telah
terkonfirmasi COVID-19.(Kemenkes RI,2020).
Penularan COVID-19 ter dapat beberapa jenis yang paling umum di jumpai adalah demam,
batuk kering, dan disertai dengan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin
dialami beberapa pasien lain yang meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada
kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat
ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki
gejala ringan.
Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan
khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan
bernafas. Orang-orang yang lanjut usia dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti
tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami sakit yang lebih serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi
COVID-19 dan mengalami sakit yang serius. Orang dari segala usia yang mengalami demam
dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan dada, atau
kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak harus segera mencari pertolongan medis. Jika
memungkinkan, disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan yang tepat.
(Kemenkes RI,2020)
Langkah untuk mencegah diri dari penularan COVID-19 adalah mempraktikkan kebersihan
tangan dan pernapasan (menggunakan masker). Apabila memungkinkan, jaga jarak dengan
orang lain minimal 1 meter terutama jika berada di dekat orang yang batuk atau bersin. Karena
beberapa orang yang terinfeksi mungkin belum menunjukkan gejala atau gejalanya masih
ringan, menjaga jarak fisik dengan semua orang adalah upaya terbaik jika Anda berada di
daerah di mana COVID-19 menyebar. Hal ini merupakan cara terbaik untuk melindungi orang
lain dan diri sendiri.
Upaya pencegahan penularan COVID juga dilakukan dengan melakukan isolasi mandiri dan
karantina mandiri. Karantina berarti membatasi kegiatan atau memisahkan orang yang tidak
sakit tetapi mungkin terpajan COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran
penyakit pada saat orang tersebut baru mulai mengalami gejala. Selama karantina mandiri,
pantau gejala-gejala yang dialami. Karena orang yang terinfeksi COVID-19 dapat menularkan
secara cepat ke orang lain, segera mengarantina diri dapat mencegah orang lain tertular infeksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat karantina mandiri sebagai berikut :
1. Sediakan kamar sendiri yang besar dengan sirkulasi udara yang baik dan dilengkapi
sarana mencuci tangan dan toilet.
2. Jika tidak memungkinkan, pisahkan tempat tidur dengan orang lain dengan jarak
minimal 1 meter.
4. Pantau terus secara rutin gejala dan perkembangan yang dialami setiap hari.
6. Jika merasa mengalami gangguan pada saat bernafas langsung hubungi penyedia
layanan kesehatan terdekat dan hubungi kerabat terdekat untuk memastikan tindakkan
lebih lanjut yang adakan dilakukan.
2.1.1.5 Gerakan 5 M
1. Mencuci Tangan
Rutin mencuci tangan hingga bersih adalah salah satu protokol kesehatan yang cukup efektif untuk
mencegah penularan COVID-19. Untuk hasil yang maksimal, cucilah tangan setidaknya selama 20
detik beberapa kali sehari, terutama saat:
Lebih dari 1000 jenis kuman, baik bakteri, virus dan jamur dapat terbawa ke tangan, tangan yang
sering menyentuh dan memegang benda bisa saja menularkan. Apabila tangan kita sudah terpapar
dan tangan kita memegang mata, hidung dan mulut, dipastikan virus akan masuk ke tubuh. Sejumlah
studi menyebutkan bahwa virus dapat bertahan sampai dengan 72 jam di atas permukaan plastik dan
steinless steel atau besi tahan karat. Sedangkan pada permukaan tembaga, virus dapat bertahan 4 jam,
dan kurang dari 24 jam pada kertas karton. WHO menyarankan tujuh langkah cuci tangan yang
benar, yaitu selama 20 detik. (Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)
Menjaga kebersihan diri selama masa pandemi Corona virus seperti mencuci tangan merupkan salah
satu langkah yang perlu dilakukan masyarakat. World Health Organization (WHO) menjelaskan
bahwa menjaga kebersihan tangan mampu menyelamatkan nyawa manusia dari infeksi Corona virus
(World Health Organization, 2020). Meski demikian, mencuci tangan tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan oleh masyarakat. Mencuci tangan dengan benar dalam waktu 20 detik atau lebih
menggunakan air mengalir dan sabun cair merupakan cara efektif yang dianjurkan dan sangat perlu
masyarakat terapkan (Khedmat, 2020). Melalui tindakan mencuci tangan siklus transmisi dan resiko
penyebaran Corona virus antara 6% dan 44% dapat dikurangi.
Adapun langkah-langkah cuci tangan yang benar menurut Kementerian Kesehatan RI (2020) dalam
upaya pencegahan penularan COVID-19 yaitu:
WHO merekomendasikan untuk rutin mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir atau
menggunakan antiseptik (handsanitizer) sebelum dan sesudah menyentuh benda apapun. Adapun
langkah-langkah mencuci tangan yang benar adalah :
a. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan, kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan bilas dengan air mengalir
dan keringkan.
2. Memakai Masker
Pada awal pandemi COVID-19 tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan
bahwa penggunaan masker hanya direkomendasikan untuk orang sakit, bukannya orang sehat.
Namun, virus corona jenis SARS-CoV-2 benar-benar baru, sehingga protokol kesehatan bisa
berubah-ubah seiring bergulirnya waktu. Protokol kesehatan virus corona terkait masker pun semakin
digalakkan di beberapa negara. Di Amerika Serikat (AS), Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), memperbarui pedoman terkait penggunaan masker. CDC mengimbau masyarakat AS harus
memakai masker meski berada di dalam rumah pada kondisi tertentu. Menurut CDC, penggunaan
masker di dalam rumah perlu dilakukan ketika:
Manfaat paling penting dari penggunaan masker secara terus menerus adalah memberi perlindungan
dan mencegah sebaran virus dari penderita asimptomatik, bergejala ringan dan pra-pembawa gejala
(Leung, 2020).
1. Pastikan kebersihan tangan sebelum, saat berganti dan sesaat membuka memakai masker.
2. Tempatkan masker dengan hati-hati, pastikan menutupi mulut dan hidung, dan ikat dengan erat
untuk meminimalkan celah di antara wajah dan masker.
3. Hindari menyentuh bagian selain tali pengkat atau belakang masker saat memakainya.
4. Ganti masker segera setelah lembab dengan masker baru yang bersih dan kering.
5. Lepaskan masker menggunakan teknik yang sesuai: jangan sentuh bagian depan masker tetapi
lepaskan dari belakang atau dari tali pengikat.
6. Setelah melepas atau setiap kali memakai kembali masker bekas bersihkan dengan sabun atau
antiseptik berbasis alkohol dan air jika tangan terlihat kotor (WHO, 2020).
Cara mencuci dan merawat masker kain antara lain:
1. Cuci masker kain dengan sabun dan air panas (setidaknya 60 derajat) setidaknya sekali dalam satu
hari.
2. Jangan berbagi masker anda dengan orang lain jika telah digunakan.
3. Ganti masker anda jika kotor atau basah. Jika anda perlu menggunakannya kembali, simpan di
dalam kantong yang bersih, atau kantong plastik yang dapat ditutup kembali (WHO, 2020).
4. Membuat atau memilih membeli masker kain yang dapat melindungi diri dari paparan infeksi
Covid-19 haruslah benar.
Jangan gunakan masker kain yang hanya memiliki satu lapisan. WHO menyarankan tentang
komposisi kain masker harus memiliki 3 lapisan (lapisan dalam dari bahan penyerap seperti kapas,
lapisan tengah dari bahan bukan tenunan seperti polypropylene, dan lapisan luar dari bahan non-
penyerap, seperti campuran poliester atau poliester) (WHO, 2020).
Masker pelindung wajah merupakan salah satu bentuk self protection selama masa pandemi Corona
virus. Pernyataan tersebut juga telah diperkuat oleh World Health Organization (WHO) melalui
panduan sementara yang diumumkan pada tanggal 06 April 2020 mengenai anjuran mengenaikan
masker (World Health Organization, 2020)
Menggunakan masker keluar rumah adalah salah satu cara pencegahan penularang COVID-19.
Masker dapat membatasi droplet yang keluar dari mulut kita atau bisa juga mencegah masuknya
droplet lawan biacara kita. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020) Ada beberapa macam masker
yang dapat digunakan untuk pencegahan penularan COVID-19 diantaranya:
Adapun cara cara penggunaan masker yang benar menurut Swaesti (2020) adalah:
a. Bersihkan tangan menggunakan handsanitizer atau cuci tangan dengan sabun sebelum
memegang masker
b. Pakailah masker dengan cara memegang talinya. Pastikan masker yang di pakai menutupi
bagian hidung dan mulut hingga tidak ada celah antara wajah dan masker
c. Hindari menyentuh masker ketika diguanakan. Jika tidak sengaja tersentuh, bersihkan
tangan kembali menggunakan handsanitizer atau mencuci tangan dengan sabun
e. Saat membuka masker, hindari menyentuh bagian depan/luar masker. Bukalah dari tali
belakang lalu lipat kedalam agar kuman yang berada di masker bagian luar tidak berpindah.
3. Menjaga Jarak
Protokol kesehatan lainnya yang perlu dipatuhi adalah menjaga jarak. Protokol kesehatan ini dimuat
dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI dalam Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan
Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. Menjaga jarak minimal 1
meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau
bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Bila tidak memungkinkan
melakukan jaga jarak, maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
Physical distancing atau dapat diartikan sebagai pembatasan kontak fisik merupakan serangkaian
tindakan dalam pengendalia infeksi non-farmasi yang bertujuan untuk menghentikan atau
memperlambat penyebaran penyakit menular. Tujuan utama dari kebijakan pembatasan ini adalah
untuk mengurangi kemungkinan kontak fisik antara orang yang terinfeksi dan orang lain yang tidak
terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit, virus, morbiditas, dan akibat
buruk lainnya yang dapat berakibat kepada kematian (Yunus & Rezki, 2020).
Physical distancing efektif dilakukan untuk mencegah penularan infeksi virus yang dapat ditularkan
melalui kontak fisik yang meliputi kontak seksual, kontak fisik tidak langsung misalnya dengan
menyentuh permukaan yang terkontaminasi,atau transmisi melalui udara,atau dapat juga mengenai
percikan atau droplet yang berasal dari batuk atau bersin. Masyarakat dapat menerapkan physical
distancing dengan melakukan beberapa cara seperti, tidak meninggalkan rumah kecuali untuk kondisi
yang sangat genting seperti membeli kebutuhan pokok atau berobat, menyapa orang lain dengan
melambaikan tangan tidak berjabat tangan, rutin melakukan kegiatan olahraga dirumah minimal 30
menit sehari untuk menjaga daya tahan tubuh, memanfaatkan fasilitas gadget yang tersedia dirumah
agar tetap dapat bekerja atau belajar dari rumah (Yunus & Rezki, 2020).
Menjaga jarak dengan orang lain juga sangat penting demi terhindar dari COVID-19. Untuk
sementara jabat tangan diganti dengan senyum atau gerakan lain yang tidak bersentuhan karena, kita
tidak tahu orang yang kita temui tersebut sehat atau tidak (Satgas COVID-19, 2021).
4. Menjauhi Kerumunan
Menjauhi kerumunan merupakan protokol kesehatan yang juga harus dilakukan. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), masyarakat diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada
di luar rumah. Semakin banyak bertemu orang, maka kemungkinan terinfeksi virus corona semakin
tinggi. Hindari tempat keramaian terutama bila sedang sakit atau berusia di atas 60 tahun (lansia).
Menurut riset lansia dan pengidap penyakit kronis memiliki risiko yang lebih tinggi terserang virus
Corona (Kemenkes, 2020).
Setiap orang bisa menjadi carrier virus Corona dan tidak diketahui tanda secara fisik bila tanpa gejala.
dr. Achmad Yurianto mengatakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19
adalah hindari kerumunan. Karena dalam kerumunan tersebut tidak diketahui siapa yang tertular
Covid-19. Hal yang semakin membahayakan adalah bahwa orang yang membawa virus tidak bisa
dilihat atau diketahui tandanya secara fisik, terlebih jika orang tersebut tidak memiliki gejala. Dalam
kerumunan orang yang berada di sekitar kita, bisa saja ada orang yang sebenarnya membawa virus
corona atau terinfeksi dan tidak memiliki gejala, atau yang sering disebut OTG (Orang Tanpa
Gejala). Selain itu, menghindari kerumunan di tempat tertutup akan menjadi lebih efektif untuk
mengurangi penularan COVID-19. Dengan menghindari kerumunan, ini sama artinya kita melindungi
diri sendiri dan orang lain, terlebih orang lanjut usia dan orang-orang dengan penyakit bawaan
(Kemenkes, 2020).
5. Mengurangi Mobilitas
Jika mobilitas penduduk tinggi di suatu waktu, jumlah kasus Covid-19 semakin banyak pada waktu
tersebut. Mobilitas yang tinggi akan menyebabkan lonjakan kasus sementara mobilitas yang rendah
itu akan menekan laju penularan. Peningkatan kasus yang terjadi di berbagai negara menjadi
kewaspadaan bersama. Pakar Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan mengatakan, ada korelasi antara pergerakan (mobilitas)
penduduk dengan tingginya penambahan kasus positif Covid-19.
Kementerian Kesehatan Rebuplik Indonesia (2020) telah menghimbau bagi warga yang negaranya
terkena pandemi, termasuk Indonesia untuk tetap tinggal dirumah agar terlindungi dari bahaya
COVID-19. Jika terpaksa harus berpergian dan menggunakan kendaraan umum, wajib menerapkan
protokol kesehatan seperti:
a. Memakai masker
b. Membawa handsanitizer
c. Hindari menyentuh pintu atau pegangan dengan telapak tangan. Hal ini bisa diatasi
dengan menggunakan sarung tangan
d. Makan makanan yang aman dan bergizi serta minum air putih. Lebih sehat lagi jika
membawa bekal dari rumah
e. Menjaga jarak dengan penumpang lain ketika berada di dalam angkutan umum
f. Jangan berbagi makanan dan minuman dari wadah yang sama
Setelah pulang dari berpergian juga harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Bukalah sepatu/sendal yang di pakai di depan pintu
b. Semprotkanlah disinfektan pada sepatu/sendal yang baru saja kita pakai. Semprotkan
juga pada barang atau peralatan yang kita bawa seperti tas misalnya
c. Buanglah semua yang tidak lagi dibutuhkan misal kertas, atau struktur belanja
d. Sebelum masuk rumah cucilah tangan dengan sabun dan bilas dengan air yang mengalir
selama 20 detik
e. Setelah itu masuk ke rumah dan jangan menyentuh apapun yang ada di dalam rumah
f. Lepaskan pakiian yang kita pakai dan langsung masukkan ke dalam tempat cucian
g. Mandilah sebelum bersantai atau berkumpul bersama keluarga
Demi membantu masyarakat untuk memahami dan mempraktekkan pencegahan penularan
COVID-19, WHO dan beberapa negara, termasuk Indonesia menerbitkan protokol kesehatan
COVID-19 pada banyak situasi. Protokol kesehatan diperlukan sebagai panduan bagi
masyarakat untul melaksanakan aktivitas di luar rumah namun tetap aman dari COVID-19.
Sehingga kegiatan perekonomian, social, termasuk akademik tidak terhambat karena adanya
pandemic. Kondisi ini menyebabkan berlakunya aktivitas normal baru yang dinamakan “new
normal” di Indonesia. (Kemenkes RI,2020).
Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala pihak agar dapat
beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-19 ini. Protokol kesehatan dibentuk dengan
tujuan agar masyarakat tetap dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan keamanan atau
kesehatan orang lain. Jika masyarakat dapat mengikuti segala aturan yang tertera di dalam protokol
kesehatan, maka penularan COVID-19 dapat diminimalisir. Protokol kesehatan terdiri bari beberapa
macam, seperti pencegahan dan pengendalian. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol
kesehatan pencegahan dan pengendalian secara spesifik melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi
Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Dalam protokol kesehatan tersebut, dipaparkan aturan-aturan yang
perlu dilakukan oleh segala pihak yang berada di tempat atau fasilitas umum.
2.1.2 Kepatuhan
2.1.2.1 Konsep Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan,
mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai
paling yang tidak dirasaka. Perilaku merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. Sedangkan menurut Wawan, Perilaku merupakan suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. (Wawan A. & Dewi
M. 2011)
Kepatuhan cukup erat kaitannya dengan perilaku. Kepatuhan adalah suatu sikap yang akan
muncul pada seseorang yang merupakan suatu reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam
peraturan yang harus dijalankan. Sikap tersebut muncul apabila individu tersebut dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Berdasarlan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kepatuhan diartikan sebagai sikap yang sesuai dengan peraturan yang telah
diberikan. Menurut WHO dalam konfrensi bulan Juni, 2001 menyebutkan bahwa patuh atau
kepatuhan merupakan kecenderungan untuk melakukan instruksi medikasi yang dianjurkan.
Kepatuhan didefinisikan oleh Chaplin sebagai pemenuhan, mengalah tunduk dengan kerelaan;
rela memberi, menyerah, mengalah; membuat suatu keinginan konformitas sesuai dengan
harapan atau kemauan orang lain. Menurut Milgram kepatuhan terkait dengan ketaatan pada
otoritas aturan-aturan. Kepatuhan terhadap aturan pertama kali dipublikasikan Milgram pada
tahun 1963, salah satu dari beberapa eksperimen psikologi terkenal pada abad 20. Dari hasil
penelitiannya didapat bahwa kepatuhan muncul bukan karena adanya keinginan dari pelaksana
perintah untuk menyesuaikan diri, tetapi lebih karena didasarkan akan kebutuhan untuk menjadi
apa yang lingkungan harapkan atau reaksi yang timbul untuk merespon tuntutan lingkungan
sosial yang ada.
Dengan demikian kepatuhan dapat dirumuskan sebagai sikap yang tunduk pada aturan-aturan
dan nilai dalam kelompok social masyarakat dalam bentuk lisan maupun tulisan agar setiap
individu menjalankan perannya secara terstruktur dan seluruh kegiatannya berjalan dengan baik
serta meninggalkan apa yang menjadi larangannya agar terhindar dari sanksi hukuman.( Buana,
D. R.2020)
b. Kepercayaan
Suatu perilaku yang ditampilkan individu kebanyakan berdasarkan pada keyakinan yang
dianut. Sikap loyalitas pada keyakinannya akan memengaruhi pengambilan keputusan.
Suatu individu akan lebih mudah mematuhi peraturan yang didoktrin oleh kepercayaan
yang dianut. Perilaku patuh berdasarkan kepercayaan juga disebabkan adanya
penghargaan dari hukuman yang berat.
c. Lingkungan
Nilai- nilai yang tumbuh dalam suatu lingkungan nantinya juga akan memengaruhi
proses internalisasi yang dilakukan oleh individu. Lingkungan yang kondusif dan
komunikatif akan mampu membuat individu belajar tentang arti sebuah aturan dan
kemudian menginternalisasi dalam dirinya dan ditampilkan lewat perilaku. Kepatuhan
yang dibentuk pada lingkungan kondusif akan membuat individu merasakan manfaat
yang besar dan melakukannya dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tabel 2.1
Keterangan Penelitian sekarang Arum Dian Pratiwi (2020) Desy Ria Simanjuntak Feri Agustin(2020)
(2020)
Topik Gambaran Gambaran penggunaan Gambaran kepatuhan Hubungan kepengetahuan
kepatuhan protokol Masker di masa pandemi masyarakat menerapkan sikap dan perilaku dengan
penelitian
kesehatan pada COVID-19 pada protokol kesehatan kepatuhan ibu rumah
masyarakat di masa Masyarakat di Kabupaten COVID-19 di tempat tangga dalam pencegahan
pandemi di Muna umum periode September COVID-19 RT 02 RW 05
puskesmas Jaya 2020 di DKI Jakarta Kabandungan 1 Desa
Mukti kota Dumai Sirnagalih Bogor
Desain Deskriptif cross sectional Deskriptif cross sectional
Variabel Penerapan Dependen: Budaya Dependen : Dependen: Intensitas
kepatuhan Kepatuhan Masyarakat Budaya Kepatuhan Kepatuhan Masyarakat
masyarakat Independen: -Kepatuhan Masyarakat Independen: Budaya
Efektif Independen: Kepatuhan Masyarakat
-Kepatuhan Efektif
Transformasional
-Kesadaran Individu
Subjek Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat
Tempat Puskesmas Jaya Kabupaten Muna Tempat Umum di DKI RT 02 RW 05
Mukti Jakarta Kabandungan 1 Desa
Sirnagalih Bogor
Analisis Univariat Univariat, Bivariat Univariat, Bivariat Univariat, Bivariat
Skema 2.1
Kerangka teori
COVID-19
Skema 2.1
Kerangka Konsep Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Maret 2021
sampai bulan Juli 2021.
Populasi merupakan keseluruhan dari suatu objek atau subjek yang memiliki karakteristik dan
kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat di Puskesmas Jaya Mukti Kota Dumai, dengan jumlah populasi 973
orang pada orang dewasa.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti, bila populasi besar maka tidak
memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti keseluruhan dari populasi sehingga pentingnya
pengambilan sampel dari populasi (Sugiyono, 2018). Sample ditetapkan berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Terdapat dua jenis kriteria yaitu kriteria inklusi dan ekslusi, Kriteria inklusi adalah
ciri-ciri atau kriteria yang dipenuhi oleh populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri atau kriteria dari anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sample.
Kriteria inklusi :
1. Responden tinggal di kelurahan Jaya Mukti yaitu Masyarakat yang berobat (Lk/Pr)
Kriteria eksklusi :
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi tercapai, dalam pengambilan
sample harus sedemikian rupa sehingga dapat mewakili populasi (repsesentative) (Saryono, 2011).
Semua masyarakat yang ada di Puskesmas Jaya Mukti Kota Dumai, dimana besar sample dapat
dibuat dengan menggunakan rumus Slovin dibawah ini (Nursalam, 2011):
n= N
1+N(d)²
n= 973
1 + 973 ( 0,05 ) ²
n= 973
2435
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
Sehingga jika berdasarkan rumus tersebut maka sampel yang didapatkan adalah 400 orang. Sehingga
pada penelitian ini setidaknya penulis harus mengambil data dari sampel sekurang-kurangnya
sejumlah 390 orang. Jumlah sampel untuk masing-masing wilayah kerja dihitung oleh proporsional
dengan rumus:
Dengan keterangan:
Berdasarkan formasi diatas, diperoleh jumlah sampel masing-masing bagian tampak pada tabel
berikut.
Tabel 3.1 Sampel penelitian
Teknik sampling merupakan cara yang dipilih oleh peneliti untuk mentapkan atau memilih sejumlah
sampel yang ada di populasinya. Pada peneliti ini menggunakan teknik purposive sampling.
Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik
pengambilan pribadi peneliti sendiri. (Notoatmodjo,2010).
Jenis data dalam penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder. Data primer merupakan
data yang diperoleh langsung dari responden yang berkaitan dengan penilaian responden mengenai
penerapan kepatuhan masyarakat. Data sekunder merupakan hasil pencatatan dan pelaporan dari
pihak menejemen puskesmas.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang
kita butuhkan. Data ini biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen yang dapat digunakan untuk
melengkapi dan menunjang data primer (Bungin, 2017), dan data-data jumlah masyarakat dari
Puskesmas Jaya Mukti.
Awal pengumpulan data pada penelitian ini dengan memasukkan surat izin dari Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru dan memasukkan surat ke DPMPTSP Kota Dumai lalu
memasukan surat ke Puskesmas Jaya Mukti untuk izin melakukan survey awal untuk data penelitian.
Pengumpulan data pada penelitian ini diawali dengan mengajukan surat izin kepada Program Studi
Sarjana Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru dan melanjutkan pengajuan surat kepada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu terkait dengan permohonan izin penelitian.
Setelah itu, peneliti melanjutkan surat rekomendasi penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu kepada bagian Tata Usaha (TU) Puskesmas Jaya Mukti untuk izin
melakukan penelitian kepada masyarakat yang berada di Puskesmas Jaya Mukti. Setelah izin
diperoleh barulah peneliti melakukan penelitian. Waktu pengumpulan data awal memakan waktu
kurang dari 4 minggu dikarenakan mengurus surat yang lama.
3.7.3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpulan data yang digunakan saat penelitian yang
berguna untuk memberikan suatu pertanyaan maupun pernyataan secara tertulis kepada responden
penelitian untuk dijawabnya. Instrumen ini berguna untuk mengobservasi, mengukur atau menilai
suatu fenomena saat ini. Data yang nantinya didapatkan dari suatu pengukuran akan di analisis dan
dijadikan sebagai bukti (evince) dari sebuah penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur adalah
suatu hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian (Siswanto, Susila & Suryanto,2017).
Skala yang digunakan yaitu skala Likert dengan alternatif jawaban
Selalu (SL) : Setiap kejadian yang akan digambarkan pada pernyataan pasti dilakukan
Sering (SR) : Setiap kejadian yang akan digambarkan pada pernyataan lebih banyak dilakukan dari
pada tidak dilakukan.
Jarang (JR) : Setiap kejadian yang digambar pada pernyataan, kadang-kadang dilakukan
Tidak Pernah : Setiap kejadian yang digambarkan sama sekali tidak pernah dilakukan
(Sugiyono,2016)
Untuk menetukan skor masing-masing responden, semua pertanyaan setiap itemnya dengan bobot
nilai setiap jawaban sebagai berikut :
Dalam kuesioner terdiri dari dua jenis pernyataan yaitu, pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable). Pernyataan tentang memakai masker positif (favorable) terdapat pada item
nomor (1,3,6,7,8,9,10). pernyataan negatif (unfavoravle) terdapat pada item nomor (2,4,5).
Pernyataan tentang mencuci tangan positif atau (favorable) terdapat pada item nomor (1,4,5,6,7).
pernyataan negatif (unfavorable) terdapat pada item nomor (2,3,8,9). Pernyataan tentang menjaga
jarak positif (favorable) terdapat pada item nomor (1,2,4,6,7). Pernyataan negatif (unfavorable)
terdapat pada item nomor (3,5,8). Pernyataan tentang menghindari kerumunan positif (favorable)
terdapat pada item nomor (2,3,6,7). Pernyataan negatif (unfavorable) terdapat pada item nomor
(1,4,5). Pernyataan tentang membatasi mobilitas (favorable) terdapat pada item nomor (1,2,4,6).
Pernayataan negatif (unfavorable) terdapat pada item nomor (3,5,7).
Tabel 3.3
Skor item alternatif jawaban responden
Positif Negatif
Jawaban Skor Jawaban Skor
Selalu 4 Selalu 1
Sering 3 Sering 2
Jarang 2 Jarang 3
Tidak pernah 1 Tidak pernah 4
Tabel 3.2
Kisi kisi kuesioner
Indicator Pertanyaan Pertanyaan Jumlah
Favorabel Unfavorabel
Memakai masker 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10 2, 3, 4 10
Mencuci tangan 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 3, 9, 10 10
Menjaga jarak 1, 2, 4 3, 5 5
Menghindari 2, 3,11,12 1, 4, 5,13,14 9
kerumunan /
physical
distancing
Uji validitas merupakan suatu pengukuran yang digunakan pada masing-masing alat ukur yang akan
digunakan pada saat penelitian ini dilaksanakan. Alat ukur yang sudah dinyatakan valid dapat
digunakan untuk mengukur variabel yang seharusnya diukur (Notoatmodjo, 2018). Uji validitas ini
diperlukan untuk menentukan kelayakan dan juga kualitas dari alat ukur yang hendak digunakan.
Pehitungan pada uji validitas penelitian ini menggunakan rumus korelasi pearson product moment
atau yang biasa disebut dengan korelasi pearson dengan taraf signifikansi 0,05%, pernyataan
dikatakan valid apabila nilai r hasil ≥ r tabel (r = 0,443). Pada penelitian ini akan dilakukan uji
validitas pada masyarakat di Puskesmas Simpang Tiga, Kota Pekanbaru.
Uji Reliabilitas merupakan kesesuaian alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat
ukur dikatakan reabilitas apabila alat ukur menunjukkan hasil yang sama walaupun digunakan pada
waktu yang beda. Reabilitas dilakukan dengan melihat alpha > 0.60 maka alat ukur dikatakan
reabiable (Donsu, 2017).
3.8 Pengolahan data
Melakukan analisa data sebaiknya data diolah terlebih dahulu agar mengubah data menjadi sebuah
informasi. Informasi yang didapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan. Menurut Hidayat
(2014), langkah-langkah pengolahan data ialah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan data (Editting)
Data yang telah didapatkan dalam hasil wawancara maupun kuesioner yang dibagikan akan
dikumpulkan dan perlu diedit terlebih dahulu. Jika ternyata masih terdapat data ataupun
informasi yang kurang lengkap, dan tidak mungkin untuk dilakukan wawancara kembali, maka
kuesioner tersebut akan di keluarkan (drop out).
2. Coding
Coding merupakan kegiatan untuk mempermudah pengolahan data dengan cara pemberian kode
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategorik.
3. Scoring
Scoring merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara pemberian nilai untuk tiap kuesioner
yang telah dikerjakan oleh responden.
4. Transfering (memindahkan data)
Transfering merupakan kegiatan dimana data yang diperoleh yang telah dimasukkan ke dalam
formulir pengumpulan data dan kemudian dimasukkan kedalam tabel.
5. Entry Data
Entry Data merupakan kegiatan dengan memasukkan data kedalam database komputer agar
mudah dijumlahkan, kemudian disajikan dan dianalisis univariat dan bivariat.
3.9 Analisis Data
3.9.1 Analisa Univariat
Analisa Univariat ditujukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikam karakteristik pada setiap
variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018).
Analisa Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang memiliki hubungan atau korelasi
(Notoatmodjo, 2018).
3.10 Etika Penelitian
Pada saat melakukan penelitian beberapa resiko yang mungkin timbul pada responden dan peneliti
selama penelitian yaitu kehilangan waktu dari responden, kehilangan privasi dan fisik yang lemah
serta biaya transportasi. Beberapa prinsip yang harus digunakan pada saat penelitian diantaranya :
1. informed Consent
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed Consent bertujuan untuk
agar respnden mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian dan mengetahui dampak dari
penelitian yang akan dilakukan. Jika subjek bersedia untuk menjadi responden maka harus
menandatangani lembar persetujuan yang telah tersedia, jika subjek tidak bersedia maka
penulis harus menghargai keputusan dari subjek tersebut.
2. Anonimity
Pada saat melakukan penelitian menjaga kerahasiaan dari identitas dan informasi yang
diberikan oleh responden merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Peneliti tidak
mencatumkan nama dari responden pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberi
kode berupa angka pada setiap masing-masing lembar tersebut.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Menjaga kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan menjamin kerahasiaan oleh
peneliti, dan bukan melaporkan data yang didapat secara keseluruhan sebagai hasil riset, dan
hanya kelompok tertentu yang akan disajikan.
4. Prinsip manfaat
Pada prinsip ini segala penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk kepentingan manusia, dengan tidak menimbulkan kekerasan pada manusia, dan tidak
menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
5. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak untuk selalu dimuliakan yang harus dihormati, karena manusia
memiliki hak untuk menerima atau menolak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
6. Prinsip keadilan
prinsip yang dilakukan untuk menunjang tinggi keadilan manusia dengan cara menghargai
hak untuk memberikan pengobatan secara adil dan tidak berpihak dalam setiap perlakuan
terhadap manusia.
3.11 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah langkah-langkah kegiatan dari awal menyusun proposal penelitian, hingga
sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap
kegiatan tersebut (Notoadmodjo, 2012)
Baru Press
Buana, D. R. (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus
Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya
Syar-i, 7(3), 217-226.
Di Gennaro, F., Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N., & Smith, L.
(2020). Coronavirus diseases (COVID-19) current status and future persepctives: A
Nnarrative review. International Journal of Envirinmental Research and Public Health, 17
(8). https://doi.org/10.3390/ijerph17082690
Dinas Kesehatan Kota Dumai, 2020. Profil Data Covid-19 Kesehatan Kota Dumai Tahun 2020. Riau.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
Isbaniah, F. et al. (2020) Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Khedmat, L. (2020). New Coronavirus (2019-nCoV): An Insight Toward Preventive Actions and
Natural Medicine. International Travel Medicine Center of Iran, 8(1), 44–45.
https://doi.org/10.34172/ijtmgh.2020.07
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (cetakan 3). Jakarta: PT.
Notoatmodjo, Soekijdo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Pinasti, F. D. A. (2020). Analisis Dampak Pandemi Corona Virus Terhadap Tingkat Kesadaran
Masyarakat dalam Penerapan Protokol Kesehatan. Wellness And Healthy Magazine, 2(2), 237–
249. https://doi.org/10.30604/well.022.82000107
Purnamasari, I. dan Raharyani, A.E (2020). Tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat Kabupaten
Wonosobo tentang COVID-19 . jurnal Ilmiah kesehatan .pp. 33-42.
Rineka Cipta.
Siswanto, Susila, & Suryanto. (2017). Metodologi Penelitian Kombinasi Kualitatif Kuantitatif
Kedokteran dan Kesehatan. Bosscript.
Wawan A. & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia
Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika
World Health Organization (WHO).2020. Question and Answer Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) [Internet]. Diakses pada 20 februari 2021. Available from:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public
World Health Organization. (2020a). Anjuran Mengenai Penggunaan Masker dalam Konteks
COVID-19. World Health Organization. https://www.who.int/infectionprevention/
campaigns/clean-hands/en/
World Health Organization. (2020b). Anjuran Mengenai Penggunaan Masker dalam Konteks Covid.
In World Health Organization (Issue April). https://www.who.int/docs/defaultsource/
searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-dalam-kontekscovid- 19.pdf?
sfvrsn=8a209b04_2
World Health Organization. (2020d). Hand Hygiene in Health Care First Global Patient Safety
Challenge Clean Care is Safer Care. In World Health Organization (Vol. 30, Issue 1).
https://doi.org/10.1086/600379
World Health Organization. 2020. Transmisi SARS-Cov-2: Implikasi Terhadap Pencegahan Infeksi.
WHO/2019-nCoV/Sci_Brief/Transmission_modes/2020.3
Yanti, B., Mulyadi, E., Wahiduddun, Novika, R. G. H., Ariana, Y. M. D., Martani, N. S., & Nawan.
(2020). Community Knowledge, Attitudes, and Behavior Towards Social Distancing Policy
As Prevention Transmission of Covid-19 in Indonesia. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia, 8(1), 4–14. https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020.4-14
PEKANBARU
Kepada
Yth. Bapak / Ibu
di Tempat.
Dengan Hormat,
NIM : 17031061
No. HP : 082285720885
adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah
Pekanbaru, Mohon kesedian Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang
berjudul:“Gambaran Kepatuhan Protokol Kesehatan Pada Masyarakat di masa Pandemi di
Puskesmas Jaya Mukti .”
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
menerapkan protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19.
3. Informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan. Semua data akan disimpan dengan baik
4. dan terjaga kerahasiaannya. Selain itu data bapak/ibu akan ditampilkan hanya dalam bentuk
kode responden untuk menjaga kerahasiaannya.
5. Apabila selama proses pengisian lembar kuesioner dan observasi. Bapak/ibu tidak dapat
melanjutkan atau berhenti karena alasan kurang sehat, maka peneliti akan bersedia menerima
penolakan tanpa ada sanksi apapun.
6. Keikut sertaan bapak/ibu diharapkan berlangsung hingga penelitian ini berakhir mengingat
besarnya manfaat penerapan protokol kesehatan di masyarakat. Keikutsertaan Bapak/ibu telah
membantu pengembangan kualitas pelayanan keperawatan.
7. Apabila bapak/ibu menyetujui mengikuti proses penelitian ini, maka mohon kesediaan
bapak/ibu untuk menandatangani lembar persetujuan dan dapat bekerjasama dalam proses
penelitian. Apabila bapak/ibu tidak berkenan untuk menjadi responden dalam penelitian ini,
maka bapak/ibu dapat menolak mengikuti proses penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.
Demikian permohonan ini, atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu diucapkan banyak terima kasih.
Pekanbaru,......................2021
Peneliti
Nabila Rizky
Lampiran 2
PEKANBARU
Setelah membaca dan memahami penjelasan penelitian yang diberikan oleh peneliti, saya
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama/Inisial :
Usia/Jenis kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru. Adapun penelitian
ini dilakukan oleh Nabila Rizky dengan judul “Gambaran Kepatuhan Protokol Kesehatan Pada
Masyarakat di masa Pandemi di Puskesmas Jaya Mukti”
Responden
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Data Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata-mata untuk keperluan akademis, mohon dijawab dengan jujur !
2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan !
3. Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar !
Memakai Masker
No Pernyataan SL SR JR TP
Mencuci tangan
No Pernyataan SL SR JR TP
Menjaga jarak
No Pernyataan SL SR JR TP
1. Saya menjaga jarak saat beraktifitas di luar rumah atau
diluar ruangan
Menghindari kerumunan
No Pernyataan SL SR JR TP
Membatasi mobilitas
No Pernyataan SL SR JR TP
4.
5.
4