Anda di halaman 1dari 1

Penyebab:

1. Gangguan Migrasi Sel Krista Saraf,


Adanya gangguan atau penghentian pada
Pengertian:
perpindahan sel krista saraf (neural crest)
Megacolon Congenital atau disebut juga
menuju ke usus menyebabkan Hirschsprung
penyakit Hirschsprung adalah suatu
disease. Kondisi ini biasanya terjadi pada
penyakit tidak adanya ganglion saraf
usia gestasi 5-12 minggu. Semakin awal
parasimpatis pada lapisan mukosa dan
terhentinya proses migrasi dari sel, bagian
submukosa usus besar mulai anus hingga
usus yang mengalami kondisi aganglionik
usus di atasnya.
juga akan semakin panjang.
2. Faktor Genetik, Hirschsprung memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan
kelainan kongenital dan sindrom lain, serta Manifestasi klinis:
gangguan pada kromosom. Selain itu, risiko Keterlambatan pengeluaran meconium
Hirschsprung disease meningkat dalam (>24 jam) atau sedikitnya jumlah
keluarga dan beberapa studi menunjukkan meconeum yang keluar menjadi salah satu
adanya pola pewarisan secara mendel. gejala klinis utama untuk dilakukan
3. Faktor Resiko, Riwayat keluarga dengan pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan
Hirschsprung disease, kelainan kongenital, Hirschsprung’s disease (>80% dari
sindroma kongenital, obesitas maternal keseluruhan kasus). obstruksi usus
saat kehamilan, kondisi hipotiroid ibu saat fungsional dan mulai usia 2 hari. Pada usia
hamil, paritas > 3. lebih tua dapat juga ditemukan distensi
abdomen(konstipasi, diare, dan
keterlambatan pertumbuhan).
Patofisiologi:
Secara normal, neural crest-derived
neuroblast terlihat pada perkembangan Penatalaksanaan :
esofagus pada masa gestasi minggu ke-5. Pre operatif: diet, terapi farmakologik.
Sel ini akan mengalami migrasi ke arah Operatif: tindakan bedah sementara,
craniocaudal kemudian memasuki fase tindakan bedah definitif
perkembangan usus pada usia gestasi Post operatif.
minggu ke-5 sampai ke-12 (Amiel, et al.,
2001; Georgeson, et al., 2010).
Abnormalitas seluler dan molekuler dalam Klasifikasi:
perkembangan enteric nervous system, 1. Ultra short segment, ganglion tidak ada
yaitu tidak sempurnanya migrasi neural pada bagian yang sangat kecil dari rectum
crest cells adalah penyebab utama 2. Short segment, ganglion tidak ada pada
Hirschsprung’s disease. rectum dan sebagian kecil dari calon.
3. Long segment, ganglion tidak ada pada
rectum dan sebagian besar colon.
Pemeriksaan penunjang: 4. Very long segment, ganglion tidak ada
Laboratorium: pada seluruh colon, rectum, dan kadang
Darahlengkap • Radiologi: BOF,Barium sebagian usus kecil.
enema
• Anorektal manometri
• Biopsi Daftar pustaka:
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Diagnosa keperawatan: Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
D.0036 Risiko ketidakseimbangan cairan Indonesia
D.0019 Defisit Nutrisi Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar
D.0077 Nyeri akut Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
D.0142 Risiko infeksi Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Rencana Tindakan Keperawatan:
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
D.0036 Risiko ketidakseimbangan cairan
Indonesia
1. Manajemen Cairan (I.03098)
*Observasi
Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi,
kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, Megacolon Kongenital Rencana Tindakan Keperawatan:
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan D. 0077 Nyeri akut
darah) 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
Monitor berat badan harian *Observasi
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
(mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin kualitas, intensitas nyeri
, BUN) Identifikasi skala nyeri
Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, Identifikasi respon nyeri non verbal
CVP, PCWP jika tersedia) Identifikasi faktor yang memperberat dan
*Terapeutik memperingan nyeri
Catat intake output dan hitung balans *Terapeutik
cairan dalam 24 jam Berikan teknik nonfarmakologis untuk Rencana Tindakan Keperawatan:

Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, D.0142 Risiko Infeksi
1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
Berikan cairan intravena bila perlu hypnosis, akupresur, terapi musik,
*Observasi
*Kolaborasi biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu teknik imajinasi terbimbing, kompres Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
2. Pemantauan cairan (I.03121) hangat/dingin, terapi bermain) Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan

*Observasi Control lingkungan yang memperberat rasa kesehatan


*Terapeutik
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
Monitor frekuensi nafas kebisingan) Dokumentasikan informasi vaksinasi
Monitor tekanan darah *Edukasi Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Monitor berat badan Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu *Edukasi

Identifikasi factor resiko nyeri Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur Jelaskan strategi meredakan nyeri
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, Anjurkan memonitor nyri secara mandiri Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit
luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, Anjurkan menggunakan analgetik secara namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
peradangan pankreas, penyakit ginjal dan tepat Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus

kelenjar, disfungsi intestinal). Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
*terapeutik mengurangi rasa nyeri
Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
Atur interval waktu pemantauan sesuai *Kolaborasi menyediakan vaksin gratis
dengan kondisi pasien Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. MANAJEMEN IMUNISASI/ VAKSIN (I. 14508)
Dokumentasi hasil pemantauan 2. Pemberian analgetik (I.08243) *Observasi

*Edukasi *Observasi Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi


Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, kesehatan
D.0019 Defisit Nutrisi intensitas, frekuensi, durasi) *Terapeutik
1. Manajemen Nutrisi (I.03119) Identifikasi riwayat alergi obat Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral

*Observasi Identifikasi kesesuaian jenis analgesik Dokumentasikan informasi vaksinasi


Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Identifikasi status nutrisi (mis. Narkotika, non-narkotika, atau
*Edukasi
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
nutrient Monitor tanda-tanda vital sebelum dan samping
Identifikasi perlunya penggunaan selang sesudah pemberian analgesik Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah

nasogastrik Monitor efektifitas analgesik Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit


namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
Monitor asupan makanan *Terapeutik
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
Monitor berat badan Diskusikan jenis analgesik yang disukai Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium untuk mencapai analgesia optimal, jika mengulang jadwal imunisasi kembali
perlu Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, menyediakan vaksin gratis
atau bolus opioid untuk mempertahankan
Evaluasi:
kadar dalam serum
1. Frekuensi pernapasan normal
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
2. Pola eliminasi, warna feses dan bau feses
mengoptimalkan respon pasien
pasien dalam batas normal serta tidak
Dokumentasikan respon terhadap efek
menyengat
analgesic dan efek yang tidak diinginkan
3. Penyembuhan jaringan, daya tahan
*Edukasi
tubuh pasien baik, konjungtiva tidak
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
anemis.
*Kolaborasi
4. Berat badan pasien stabil, mata tidak
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
cekung, membran mukosa lembab
analgesik, sesuai indikasi
5. Nyeri pasien dapat teratasi
6. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi

Anda mungkin juga menyukai