Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap ibu hamil.
Pada proses ini terjadi peregangan dan pelebaran mulut rahim sebagai akibat dari kontraksi
otot-otot rahim untuk mendorong bayi keluar. Kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau
nyeri persalinan pada kala I fase aktif, pada fase ini ibu merasakan sakit yang hebat karna
rahim berkontraksi semakin lama semakin sering untuk mengekuarkan hasil konsepsi.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan, dalam (Marmi, 2016).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala berlangsung
dalam 18-24 jam atnpa komplikasi, baik pada ibu maupun pada janin, (Syaifudin (2002)
dalam Marmi (2016).

2.1.2 Penyebab Bermulanya Persalinan

menurut (Solehati & Kosasih 2017).

a) Faktor Hormonal
b) Teori Pelasenta Menjadi lebih Tua
c) Teori Distensi Rahim
d) Teori Iritasi Mekanik
e) Induksi Partus

2.1.3 Persalinan Kala I

A. Nyeri pada Persalinan Kala I

Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan fase
aktif, pada fase laten terjadi pembukaan serviks sampai 3 cm bisa berlangsung selama 8
jam. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan seiring
bertambahnya intensitas dan frekuensi kontraksi uterus nyeri yang dirasakan akan
bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai
10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 untuk multipara (Martin &
Griffin, 2012). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf
khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi
rahim, dilatasi serviks, dan distensi perenium.

Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas system saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung,
pernafasan dan warna kulit dan apabila tidak ditangani akan meningkatkan rasa
khwatir,tegang, takut, dan stress (Bobak, 2005).

B. Sebab Nyeri pada Persalinan Kala I

Menurut Judha (2012), nyeri persalinan muncul karena :

1) Kontraksi otot Rahim


2) Regangan otot dasar panggul
3) Kondisi psikologi
C. Teknik Pengurangan Rasa Nyeri
Menghilangkan rasa nyeri ialah hal yang penting. Bukan jumlah nyeri yang dialami
wanita yang perlu dipertimbangkan, akan tetapi harapan tentang cara mengatasi nyeri
tersebut dapat terpenuhi. Hal ini mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman
melahirkan sebagai pengalaman buruk atau baik. Untuk mengatasi tersebut perawat dapat
mengajarkan penatalaksanaan nyeri dengan pendekatan farmakologis dan
nonfarmakologis, yaitu :
1. Pendekatan Farmakologis
Umumnya, secara medis cara menghilangkan rasa nyeri persalinan dengan
tindakan seksio sesare adalah dengan pemberian obat-obatan analgesia yang
disuntikkan melalui infus intravena, inshalasi saluran pernafasan atau dengan
memblokade saraf yang menghantarkan rasa sakit, cemas, dan tegang. Selain
analgesia, pemberian obat anastesi juga diberikan kepada klien
2. Pendekatan Nonfarmakologis
Penerapan terpi nonfarmakologi penting karna tidak membahayakan bagi ibu
maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang
kuat, dan tidak mempunyai efek elergi maupun efek obat (Solehati, Kosasih,
2017). Adapun penjelasan terapi nonfarmakologi ini adalah sebagai berikut
menurut (Marmi, 2016).
a). Pengertian Pijatan (Massage)
Massage merupakan sentuhan yang dilakukan pada bagian tubuh yang dapat
mengurangi ketegangan otot dan mempelancar peredaran darah. Massage adalah salah satu
teknik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas saraf otonom, Massage yang lembut
membantu otot untuk rileks, juga membantu klien meringankan rasa nyeri saat persalinan.
Salah satu sentuhan yang terpetik dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan,
ketegangan, dan nyeri adalah Therapy Massage: Counterpressure.
b). Metode Massage
Umumnya ada 2 teknik pemijatan dalam persalinan yaitu Effluerage dan
Counterpressure. Effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan
panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek relaksasi dan
menghilangkan nyeri. Teknik ini biasanya dilakukan selama kontraksi saat proses
persalinan. Teknik Counterpressure dapat dilakukan pada daerah punggung dan sacrum.
Teknik ini dapat mengurangi nyeri pinggang persalinan akibat kontraksi uterus dan
memberikan sensasi menyenangkan yang melawan rasa tidak nyaman pada saat kontraksi
ataupun diantara kontraksi.
2.1.4 . Teknik Counterpressure
1) Definisi Counterpressure
Counterpresurre adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan
atau bagian-bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah
lumbal dimana ia sedang mengalami sakit punggung (Marmi, 2016).
Teknik Massage counterpressure adalah teknik Massage untuk nyeri pinggang
persalinan dengan metode nonfarmakologi, yaitu dengan menekan persarafan pada daerah
nyeri pinggang ibu bersalin, menggunakan kepalan tangan kepinggang ibu selama 20
menit dengan posisi duduk. Penekanan dilakukan bila responden mengalami kontraksi
uterus (yang menimbulkan nyeri pinggang) pada kala I fase aktif.
2) Teknik Massage Counterpressure
Teknik Massage counterpressure dilakukan dengan memberikan penekanan pada
sumber daerah nyeri pinggang persalinan yang dirasakan sehingga dapat melepaskan
ketegangan otot, mengurangi nyeri pinggang persalinan, mempelancar peredaran darah,
dan akhirnya menimbulkan relaksasi.
Teknik Massage counterpresurre selama proses persalinan akan membantu mengatasi
kram pada otot, menurunkan nyeri, mempercepat proses persalinan, menghilangkan
ketegangan otot pada paha diikuti ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot
sekitar pelvis dan memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam membantu
mengurangi rasa nyeri pinggang persalinan (Yuliatun, dkk 2013).
Dengan pemberian Massage counterpressure dapat menutup gerbang pesan nyeri
yang akan dihantarkan menuju medulla spinalis dan otot, selain itu dengan tekanan yang
kuat pada saat memberikan teknik tersebut maka akan mengaktifkan senyawa endorphin
yang berada di sinaps sel-sel saraf tulang belakang, sehingga transmisi dari pesan nyeri
dapat dihambat dan menyebabkan penurunan sensasi nyeri (Yuliatun, dkk 2013).
3) Penatalaksanaan
Tekanan dalam Massage counterpressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau
lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung akibat
persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan
disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karna kontraksi sedemikian
kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh.
Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu, langkah-langkah
melakukan Massage counterpressure yaitu, menurut (Yuliatun, dkk 2013).
a. Memberitahu ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya
b. Menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi
berbaring miring ke kiri ataupun duduk
c. Mencuci tangan
d. Menekan daerah sacrum secara mantap dengan pangkal atau
kepalan salah satu telapak tangan setiap kontraksi selama 20 menit,
lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama kontraksi.
e. Mengevaluasi teknik Massage counterpressure tersebut.
2.1.5 Aromaterapi

A. Definisi

Aromaterapi merupakan salah satu teknik penyembuhan alternatif yang sebenarnya


berasal dari sistem pengetahuan kuno. Aromaterapi merupakan metode pengobatan yang
menggunakan minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan
dan kenyamanan emosional serta mengembalikan keseimbangan badan. Beberapa jenis
minyak bersifat antivirus, anti peradangan, meredakan rasa sakit, antidepresan,
merangsang, membuat rileks, mengencerkan dahak, membantu pencernaan dan juga
mempunyai sifat diuretik. Beberapa minyak esensial umum digunakan diantaranya: kayu
putih (Eucalyptus Globulus) sebagai antiseptik, expektoran dan bersifat anti inflamasi,
rosemary (Rosemarinus Officinalis) sebagai analgesik, antiseptik dan bersifat diuretik,
mawar (Rose Centifoda) sebagai antidepresan dan sedatif, cendana (Santalum Album)
sebagai antidepresan, antiseptik, diuretik dan sedatif, kenanga (Cananga Odorata) sebagai
antidepresan dan bersifat hipotensif (Sharma, 2009).

Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi adalah bunga
mawar. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga mawar
diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil, alhohol, farnesol,
nonil, dan aldehida (Rubkahwati, Purnobasuki, Isnaeni, dan Utami, 2013).

B. Aromaterapi Dalam Persalinan

Aromaterapi sebagai salah satu metode pengobatan alternatif menggunakan minyak


wangi untuk merangsang sistem penciuman dan menginduksi relaksasi termasuk dalam
persalinan (Steflitsch W, 2008). Aromaterapi tidak boleh diberikan kepada ibu hamil pada
usia tiga bulan pertama, hal ini bertujuan untuk menghindari resiko pada janin. Setelah
usia kehamilan lebih dari 20 minggu baru diperbolehkan memakai minyak esensial
tertentu. Itupun hanya beberapa jenis minyak esensial seperti lavender, melati, mawar,
camomile dan kenanga (Jaelani, 2009).

Penggunaan minyak esensial yang benar dalam persalinan dapat mengurangi


kebutuhan seorang ibu akan obat-obatan. Aromaterapi juga bisa digunakan untuk
mengatasi rasa sakit selama dan setelah melahirkan (Lamadah S, 2016). Selain untuk
kecemasan aromaterapi mawar salah satu minyak esensial untuk induksi paling efektif,
namun dalam penelitian bahwa minyak esensial mawar dapat mempercepat kontraksi dan
mengurangi lamanya persalinan untuk ibu hamil. Minyak aromaterapi untuk persalinan
dan kelahiran sangat membantu untuk merangsang dan mempercepat kontraksi dan juga
dapat meningkatkan pereda nyeri dan pereda kecemasan selama persalinan karena kualitas
analgesik dan menenangkan (Hur MH, 2003).

C. Komposisi Minyak Mawar

Minyak mawar esensial umumnya warna kuning muda dan sangat pedas. Komponen
utama minyak mawar yang penting adalah sitronelol. Sitronelol membentuk 30-35%
(dengan volume) minyak atsiri bunga mawar. Dua senyawa lain yang berlimpah dalam
minyak mawar geraniol (15-25%) dan nonadecane (10-25%). Banyak molekul tambahan
yang hadir dalam konsentrasi yang lebih rendah termasuk alkohol phenylethyl,
heptadecane, geranyl asetat, eugenol, alpha-pinene dan nerol. Banyak dari bau yang
menyenangkan bunga mawar berasal dari sekelompok molekul yang disebut
damascenones, yang sering membuat kurang minyak mawar berkadar essential oil
(Loghmani-Khouzani, 2007).

D. Mekanisme kerja aromaterapi rose essential oil

Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua
sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat
mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Rose essential oil
merupakan jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk membantu meringankan
depresi, frigiditas, ketegangan syaraf, sakit kepala dan insomnia (Sharma, 2009).

Zat yang terkandung dalam rose essential oil salah satunya adalah linalool yang
berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi
siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010). Bunga mawar bersifat anti depresan sehingga
dapat membuat jiwa menjadi tenang. Caranya bubuhkan 5-6 tetes minyak atsiri bunga
mawar diatas kassa atau tisu lembut lalu letakkan didada, kemudian hirup wanginya 2-3
kali tarikan nafas dalam secara teratur selama 5 menit (Koensoemardiyah, 2009). Daya
kerja aromaterapi ini bekerja antara 20 menit – 2 jam setelah menghirupnya (Hutasoit,
2002).

Butje & Shattel (2008) menyebutkan bahwa inhalasi terhadap minyak essensial
dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan. Efek positif pada sistem saraf
pusat diberikan oleh molekul-molekul bau yang terkandung dalam minyak essensial, efek
positif tersebut menghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH)
dimana hormon ini adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada
individu. Dampak positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan disebabkan
karena aromaterapi diberikan secara langsung (inhalasi).

Mekanisme melalui penciuman jauh lebih cepat dibanding rute yang lain dalam
penanggulangan masalah emosional seperti stress atau kecemasan termasuk sakit kepala,
karena hidung atau penciuman mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak
yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh aromaterapi. Hidung
sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya memodifikasi suhu dan kelembaban
udara yang masuk. Saraf otak (cranial) pertama betanggung jawab terhadap indera pembau
dan menyampaikan pada sel-sel reseptor. Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang
mudah menguap dari minyak tersebut dibawa oleh udara ke “atap” hidung dimana silia-
silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada
rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektro kimia akan ditransmisikan melalui olfaktori
ke dalam sistem limbik.

Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan
sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan ke bagian otak serta bagian tubuh
yang lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan
senyawa elektrokimia yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif. Sistem limbik ini
terutama digunakan untuk sistem ekspresi emosi (Koensoemardiyah, 2009).

E. Cara penggunaan aromaterapi


1) Inhalasi

Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode aromaterapi
yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu
lewat paru – paru di alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli.

Inhalasi sama dengan metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah
merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan
normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang
tercium akan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis konsumen.
Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan inhalasi tidak langsung.

- Inhalasi langsung diperlakukan secara individual, sedangkan

- inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama – sama dalam satu ruangan.

Aromaterapi inhalasi dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau


lilin diffuser,atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah yang sedikit pada selembar
kain atau kapas. Hal ini berguna untuk minyak esensial relaksasi dan penenang (Walls,
2009)

2) Penguapan

Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara penguapan biasanya
terbuat dari keramik atau tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua untuk
meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti
cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes
minyak esensial (Sharma, 2009).

3) Pijat

Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan, daya penyembuhan yang
terkandung dalam minyak essensial bisa menembus melalui kulit dan dibawa ke dalam
tubuh, kemudian akan mempengaruhi jaringan internal dan organ –organ tubuh. Minyak
essesnsial berbahaya jika dipergunakan langsung ke kulit, maka dalam penggunaanya
harus dilarutkan dulu dengan minyak dasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai, dan
minyak tertentu lainnya.

4) Berendam

Mandi yang mengandung minyak essensial dan berlangsung selama 10-20 menit yang
direkomendasikan untuk masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).
Asuhan Kebidanan Persalinan

a. Kala I
Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak tanggal 5 Juli 2021 jam 10.00 WIB, UK
39-40 minggu, dan keluar cairan dari kemaluan ibu.
Asuhan persalinan dilakukan di RS JIH sesuai dengan pilihan ibu dan keluarga.
Ibu masuk rumah sakit jam 14.00 WIB.

1) Data Subjektif

Pada pengkajian data subjektif didapatkan data berupa

a) Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur sejak jam 10.00 WIB dan keluar
lendir darah sejak pukul 13.00 WIB.

b) Ibu mengatakan makan terakhir tanggal 5 Juli 2021 jam 13.00.

jenis nasi, sayur, lauk. Buang air besar terakhir tanggal 5 Juli 2021 jam 05.00
WIB. Buang air kecil terakhir tanggal 5 Juli 2021 jam 11.30 WIB.

2) Data Obyektif

a) Keadaan umum Ny D dalam keadaan baik dan kesadaran compos mentis.


Tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 37,9 °C, nadi 89 kali/menit, dan nafas 20
kali/menit.

b) Pemeriksaan fisik tidak ada odema pada wajah, sklera mata putih, konjungtiva
pucat. Putting payudara menonjol dan kolostrum sudah keluar.

c) Palpasi leopold didapatkan TFU 4 jari dibawah px, punggung kiri, presentasi
kepala, divergen, TFU (Mc Donald) 34 cm, DJJ 143 kali/menit, TBJ = (34-11) x
155 = 3565 gram. Frekuensi his 1 kali/10 menit, durasi 20 detik, kekuatan lemah,
palpasi suprapubik kosong.

d) Pemeriksaan Dalam dilakukan tanggal 5 Juli 2021 jam 14.00 WIB. Didapatkan
hasil berupa vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio tebal, pembukaan 2
cm, selaput ketuban masih utuh, presentasi kepala, penurunan kepala 4/5.

3) Analisa Ny D usia 32 tahun G2P1Ab0Ah1, hamil UK 39 - 40 minggu, janin


tunggal, hidup, preskep, puki, persalinan kala I fase laten.
4) Penatalaksanaan

a) Memberikan KIE untuk relaksasi.

b) Memberikan KIE untuk berjalan disekitar ruang perawatan dan tidur miring
kiri.

c) Memberikan KIE tentang pentingnya nutrisi untuk tenaga melahirkan.

d) Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan selanjutnya dilakukan 4 jam lagi ( hasil


terlampir dalam lembar observasi).

b. KALA II

Hasil pemeriksaan tanggal 6 Juli 2021 jam 02.00 berdasarkan data dari rekam
medis rumah sakit didapatkan hasil

1) Data Subjektif Ibu mengatakan ingin mengejan dan terasa seperti ingin BAB.

2) Data Objektif

a) Keadaan umum ibu baik dan kesadaran compos mentis. Tekanan Darah 90/60
mmHg, suhu 36,9 °C, nadi 89 kali/menit, dan nafas 20 kali/menit.

b) Terdapat tanda persalinan berupa tekanan anus, vulva membuka, perineum


menonjol. c) Dilakukan periksa dalam dengan hasil vulva uretra tenang, dinding
vagina licin, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, air ketuban jernih, penurunan
kepala 1/5 di hodge III.

3) Analisa Ny D usia 32 tahun G2P1Ab0Ah1, hamil UK 39-40 minggu, janin


tunggal, hidup, preskep, puki dalam persalinan kala II.

4) Penatalaksanaan

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini sudah pembukaan lengkap.

2) Memimpin persalinan Bayi lahir spontan jam 02.15 WIB, menangis kuat, jenis
kelamin perempuan, apgar skor 8/9.

c. KALA III

1) Data Subjektif Ibu mengatakan senang dan lega bayinya telah lahir
2) Data Objektif

a) Keadaan umum ibu baik dan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,9 0C, dan pernapasan 21 kali/menit.

b) Terdapat tanda pelepasan plasenta berupa uterus globuler, tali pusat


memanjang, keluar darah segar sekitar 50 cc.

3) Analisa Ny D usia 33 tahun P2Ab0Ah2 dalam persalinan kala III.

4) Penatalaksanaan

a) Memberitahu ibu bahwa selanjutnya ibu akan dipimpin untuk melahirkan


plasenta.

b) Melakukan PTT Terdapat tanda pelepasan plasenta

c) Mengeluarkan plasenta Plasenta lahir spontan jam 02.30 WIB, lengkap, berat
500 gram, panjang tali pusat 55 cm, penanaman sentralis.

d. KALA IV

1) Data Subjektif Ibu senang bayi dan ari-arinya telah lahir, ibu merasa lelah.

2) Data Objektif

a) Keadaan umum ibu baik dan kesadarn compos mentis. Tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,9 0C, dan respirasi 21 kali/menit.

b) Terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 meliputi perineum dan jaringan perineum.
Perdarahan yang keluar sebanyak 100 cc.

3) Analisa Ny D usia 32 tahun P2Ab0Ah2 dalam persalinan kala IV.

4) Penatalaksanaan

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa terdapat robekan di jalan lahir


sehingga harus dilakukan penjahitan.

b) Melakukan penjahitan perineum derajat 2 dengan anestesi lidokain 1%.


c) Melakukan monitoring kala IV persalinan tiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua (hasil terlampir pada lembar pemantauan kala
IV).
DAFTAR PUSTAKA
Marmi.2016.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solehati.T,dkk.2017. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Marenitas. Bandung: PT Rafika Aditama.

Martin, Griffin, Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC 2012

Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Judha, Muhammad. 2012. Teori pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

Marmi.2016.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliatun, L. 2013, Penanganan Nyeri Persalinan Dengan Metode Nonfarmakologi. Bayu Media Publishing. Malang.

Anda mungkin juga menyukai