TINJAUAN TEORI
Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap ibu hamil.
Pada proses ini terjadi peregangan dan pelebaran mulut rahim sebagai akibat dari kontraksi
otot-otot rahim untuk mendorong bayi keluar. Kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau
nyeri persalinan pada kala I fase aktif, pada fase ini ibu merasakan sakit yang hebat karna
rahim berkontraksi semakin lama semakin sering untuk mengekuarkan hasil konsepsi.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan, dalam (Marmi, 2016).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala berlangsung
dalam 18-24 jam atnpa komplikasi, baik pada ibu maupun pada janin, (Syaifudin (2002)
dalam Marmi (2016).
a) Faktor Hormonal
b) Teori Pelasenta Menjadi lebih Tua
c) Teori Distensi Rahim
d) Teori Iritasi Mekanik
e) Induksi Partus
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh
hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase laten dan fase
aktif, pada fase laten terjadi pembukaan serviks sampai 3 cm bisa berlangsung selama 8
jam. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan seiring
bertambahnya intensitas dan frekuensi kontraksi uterus nyeri yang dirasakan akan
bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif dimana pembukaan lengkap sampai
10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 untuk multipara (Martin &
Griffin, 2012). Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf
khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi
rahim, dilatasi serviks, dan distensi perenium.
Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas system saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung,
pernafasan dan warna kulit dan apabila tidak ditangani akan meningkatkan rasa
khwatir,tegang, takut, dan stress (Bobak, 2005).
A. Definisi
Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi adalah bunga
mawar. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga mawar
diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol, eugenol, feniletil, alhohol, farnesol,
nonil, dan aldehida (Rubkahwati, Purnobasuki, Isnaeni, dan Utami, 2013).
Minyak mawar esensial umumnya warna kuning muda dan sangat pedas. Komponen
utama minyak mawar yang penting adalah sitronelol. Sitronelol membentuk 30-35%
(dengan volume) minyak atsiri bunga mawar. Dua senyawa lain yang berlimpah dalam
minyak mawar geraniol (15-25%) dan nonadecane (10-25%). Banyak molekul tambahan
yang hadir dalam konsentrasi yang lebih rendah termasuk alkohol phenylethyl,
heptadecane, geranyl asetat, eugenol, alpha-pinene dan nerol. Banyak dari bau yang
menyenangkan bunga mawar berasal dari sekelompok molekul yang disebut
damascenones, yang sering membuat kurang minyak mawar berkadar essential oil
(Loghmani-Khouzani, 2007).
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua
sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat
mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Rose essential oil
merupakan jenis aromaterapi yang dapat digunakan untuk membantu meringankan
depresi, frigiditas, ketegangan syaraf, sakit kepala dan insomnia (Sharma, 2009).
Zat yang terkandung dalam rose essential oil salah satunya adalah linalool yang
berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi
siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010). Bunga mawar bersifat anti depresan sehingga
dapat membuat jiwa menjadi tenang. Caranya bubuhkan 5-6 tetes minyak atsiri bunga
mawar diatas kassa atau tisu lembut lalu letakkan didada, kemudian hirup wanginya 2-3
kali tarikan nafas dalam secara teratur selama 5 menit (Koensoemardiyah, 2009). Daya
kerja aromaterapi ini bekerja antara 20 menit – 2 jam setelah menghirupnya (Hutasoit,
2002).
Butje & Shattel (2008) menyebutkan bahwa inhalasi terhadap minyak essensial
dapat meningkatkan kesadaran dan menurunkan kecemasan. Efek positif pada sistem saraf
pusat diberikan oleh molekul-molekul bau yang terkandung dalam minyak essensial, efek
positif tersebut menghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH)
dimana hormon ini adalah hormon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan pada
individu. Dampak positif aromaterapi terhadap penurunan tingkat kecemasan disebabkan
karena aromaterapi diberikan secara langsung (inhalasi).
Mekanisme melalui penciuman jauh lebih cepat dibanding rute yang lain dalam
penanggulangan masalah emosional seperti stress atau kecemasan termasuk sakit kepala,
karena hidung atau penciuman mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak
yang bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh aromaterapi. Hidung
sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya memodifikasi suhu dan kelembaban
udara yang masuk. Saraf otak (cranial) pertama betanggung jawab terhadap indera pembau
dan menyampaikan pada sel-sel reseptor. Ketika aromaterapi dihirup, molekul yang
mudah menguap dari minyak tersebut dibawa oleh udara ke “atap” hidung dimana silia-
silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-molekul itu menempel pada
rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektro kimia akan ditransmisikan melalui olfaktori
ke dalam sistem limbik.
Hal ini akan merangsang memori dan respons emosional. Hipotalamus berperan
sebagai relay dan regulator, memunculkan pesan-pesan ke bagian otak serta bagian tubuh
yang lain. Pesan yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan
senyawa elektrokimia yang menyebabkan euporia, relaks atau sedatif. Sistem limbik ini
terutama digunakan untuk sistem ekspresi emosi (Koensoemardiyah, 2009).
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode aromaterapi
yang paling sederhana dan cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap yang mudah, yaitu
lewat paru – paru di alirkan ke pembuluh darah melalui alveoli.
Inhalasi sama dengan metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah
merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu pernafasan
normal apabila mencium bau yang berbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang
tercium akan memberikan efek terhadap fisik dan psikologis konsumen.
Cara ini biasanya terbagi menjadi inhalasi langsung dan inhalasi tidak langsung.
- inhalasi tidak langsung dilakukan secara bersama – sama dalam satu ruangan.
2) Penguapan
Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara penguapan biasanya
terbuat dari keramik atau tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua untuk
meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti
cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes
minyak esensial (Sharma, 2009).
3) Pijat
Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui pemijatan, daya penyembuhan yang
terkandung dalam minyak essensial bisa menembus melalui kulit dan dibawa ke dalam
tubuh, kemudian akan mempengaruhi jaringan internal dan organ –organ tubuh. Minyak
essesnsial berbahaya jika dipergunakan langsung ke kulit, maka dalam penggunaanya
harus dilarutkan dulu dengan minyak dasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai, dan
minyak tertentu lainnya.
4) Berendam
Mandi yang mengandung minyak essensial dan berlangsung selama 10-20 menit yang
direkomendasikan untuk masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).
Asuhan Kebidanan Persalinan
a. Kala I
Ibu mengatakan kenceng-kenceng sejak tanggal 5 Juli 2021 jam 10.00 WIB, UK
39-40 minggu, dan keluar cairan dari kemaluan ibu.
Asuhan persalinan dilakukan di RS JIH sesuai dengan pilihan ibu dan keluarga.
Ibu masuk rumah sakit jam 14.00 WIB.
1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur sejak jam 10.00 WIB dan keluar
lendir darah sejak pukul 13.00 WIB.
jenis nasi, sayur, lauk. Buang air besar terakhir tanggal 5 Juli 2021 jam 05.00
WIB. Buang air kecil terakhir tanggal 5 Juli 2021 jam 11.30 WIB.
2) Data Obyektif
b) Pemeriksaan fisik tidak ada odema pada wajah, sklera mata putih, konjungtiva
pucat. Putting payudara menonjol dan kolostrum sudah keluar.
c) Palpasi leopold didapatkan TFU 4 jari dibawah px, punggung kiri, presentasi
kepala, divergen, TFU (Mc Donald) 34 cm, DJJ 143 kali/menit, TBJ = (34-11) x
155 = 3565 gram. Frekuensi his 1 kali/10 menit, durasi 20 detik, kekuatan lemah,
palpasi suprapubik kosong.
d) Pemeriksaan Dalam dilakukan tanggal 5 Juli 2021 jam 14.00 WIB. Didapatkan
hasil berupa vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio tebal, pembukaan 2
cm, selaput ketuban masih utuh, presentasi kepala, penurunan kepala 4/5.
b) Memberikan KIE untuk berjalan disekitar ruang perawatan dan tidur miring
kiri.
b. KALA II
Hasil pemeriksaan tanggal 6 Juli 2021 jam 02.00 berdasarkan data dari rekam
medis rumah sakit didapatkan hasil
1) Data Subjektif Ibu mengatakan ingin mengejan dan terasa seperti ingin BAB.
2) Data Objektif
a) Keadaan umum ibu baik dan kesadaran compos mentis. Tekanan Darah 90/60
mmHg, suhu 36,9 °C, nadi 89 kali/menit, dan nafas 20 kali/menit.
4) Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini sudah pembukaan lengkap.
2) Memimpin persalinan Bayi lahir spontan jam 02.15 WIB, menangis kuat, jenis
kelamin perempuan, apgar skor 8/9.
c. KALA III
1) Data Subjektif Ibu mengatakan senang dan lega bayinya telah lahir
2) Data Objektif
a) Keadaan umum ibu baik dan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,9 0C, dan pernapasan 21 kali/menit.
4) Penatalaksanaan
c) Mengeluarkan plasenta Plasenta lahir spontan jam 02.30 WIB, lengkap, berat
500 gram, panjang tali pusat 55 cm, penanaman sentralis.
d. KALA IV
1) Data Subjektif Ibu senang bayi dan ari-arinya telah lahir, ibu merasa lelah.
2) Data Objektif
a) Keadaan umum ibu baik dan kesadarn compos mentis. Tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 88 kali/menit, suhu 36,9 0C, dan respirasi 21 kali/menit.
b) Terdapat laserasi jalan lahir derajat 2 meliputi perineum dan jaringan perineum.
Perdarahan yang keluar sebanyak 100 cc.
4) Penatalaksanaan
Solehati.T,dkk.2017. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Marenitas. Bandung: PT Rafika Aditama.
Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Judha, Muhammad. 2012. Teori pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Yuliatun, L. 2013, Penanganan Nyeri Persalinan Dengan Metode Nonfarmakologi. Bayu Media Publishing. Malang.