Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI BKSM (BALAI KESEHATAN SANTRI DAN


MASYARAKAT) GONTOR PUTRI 1&2 SELAMA 30
HARI

LIA APRIYANI

3920187181466

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR MANTINGAN

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI BKSM (BALAI KESEHATAN SANTRI DAN


MASYARAKAT) GONTOR PUTRI 1 & 2 SELAMA 30 HARI

Disusun Oleh :

(LIA APRIYANI)

(3920187181466)

Laporan ini telah disetuju oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

........................................... ............................................

i
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini,

Nama : Lia Apriyani


Nomor Induk Mahasswa : 3920187181466
Adalah mahasiswa Jurusan Farmasi, Prodi Farmasi UNIDA Gontor
yang melakukan
Praktek kerja lapangan di : BKSM (Balai Kesehatan Santriwati dan
Masyarakat) Gontor Putri 1 dan 2

Menyatakaan dengan sungguh-sungguh dan benar bahwa dalam


mengerjakan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata
memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas,
maka saya siap untuk dikenai sanksi apapun termasuk pembatalan nilai
kerja praktik saya oleh Prodi Farmasi - UNIDA Gontor. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Yang menyatakan,

(Lia Apriyani)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt


atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan laporan kegiatan praktek kerja lapangan (pkl) prodi
farmasi universitas darussalam gontor di bksm (balai kesehatan santri dan
masyarakat) gontor putri 1&2 ini sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan. Penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini guna untuk
memenuhi mata kuliah yang diampuh, serta untuk memberikan penjelasan
mengenai kegiatan-kegiatan dan pengetahuan yang penulis dapatkan dari
hasil pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan.. Maka dari itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Al-Ustadzah Solikah Ana Estikomah.,S.Si.M.Si, selaku dosen


pembimbing PKL yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan
laporan PKL ini.

2. Pihak BKSM (Balai Kesehatan Santriwati dan Masyarakat) di Gontor


Putri 1 & 2, yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan dan telah membimbing
penulis dalam pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan


ini,. tentu masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan
pengalaman serta pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyusunan laporan kegiatan praktik kerja lapangan yang lebih baik lagi.
Semoga dengan laporan kegiatan praktik kerja lapangan ini, dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Ngawi, 29 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN.......... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HASIL.................................. iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
DAFTAR TABEL.................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................ 2
1.3 Manfaat............................................................................................... 3
1.4 Tempat PKL........................................................................................ 3
1.5 Waktu Pelaksanaan PKL.................................................................... 3
BAB II TIJANUAN UMUM
2.1 APOTEK
2.1.1 Definisi......................................................................................... 4
2.1.2 Struktur Organisasi...................................................................... 4
2.1.3 Pusat Informasi Obat.................................................................... 5
2.1.4 Pengelolaan Pembekalan Farmasi................................................. 5
2.1.5 Pengelolaan Pelayanan Kefarmasian............................................ 8
2.2 Pelayanan KIE
2.2.1 Tinjauan Umum Rumah Sakit/ Puskesmas/ Klinik..................... 9
BAB III TINJAUAN INSTASI TEMPAT PKL
3.1 APOTEK
3.1.1 Pengenalan Lokasi dan Profil Apotek.......................................... 11
3.1.1.1 Sejarah dan Perkembangan................................................ 11
3.1.2 Visi dan Misi................................................................................ 11
3.1.3 Struktur Organisasi...................................................................... 12
3.1.4 Pengelolaan Pembekalan Farmasi................................................ 12
3.1.4 Pengelolaan Pelayanan Resep...................................................... 15
BAB IV HASIL KEGIATAN PKL
4.1 Analisis Sistem Berjalan................................................................. 17
4.2 Usulan Pemecahan Masalah........................................................... 18
BAB V TUGAS KHUSUS....................................................................... 19
BAB VI PENUTUP.................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pendaftaran PKL.................................................... 24
Lampiran 2. Lembar Bimbingan dan Kerja Praktek.................................. 25
Lampiran 3. Form Penilaian Praktek Kerja Lapangan.............................. 26
Lampiran 4. Agenda Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapangan............... 27
Lampiran 5. Kegiatan – Kegiatan selama PKL......................................... 28

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan


dapat memberikan perannya dalam pembangunan bangsa dan negara yang
lebih baik. Kajian ilmu dan teori yang didapat dari proses belajar di kampus
harus mampu dipahami oleh mahasiswa agar nantinya dapat diterapkan
dengan baik pada prakteknya didunia kerja

Semua kurikulum pendidikan di perguruan tinggi mencantumkan


kerja praktek atau PKL sebagai mata kuliah yang wajib ditempuh sebelum
menjalankan proses untuk tugas akhir, Praktek Kerja Lapangan (PKL)
adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman
belajar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dan tugas secara langsung di
dunia kerja pada bidang farmasi.

PKL dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan


perkembangan ekonomi yang cepat berubah. PKL akan menambah
kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan
kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan
persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun kenyataan yang
sebenarny.

Oleh karena itu, Sama halnya dengan perguruan tinggi lainnya,


kurikulum di Prodi Farmasi UNIDA Gontor pun mewajibkan mahasiswa/i
Prodi Farmasi UNIDA Gontor untuk mengikuti PKL sebelum menjalankan
tugas akhirnya. Dengan PKL diharapkan secara akademik memberikan
pengalaman kerja yang kongkrit kepada mahasiswa yang akan lulus dari
jenjang pendidikan S1 sehingga pada saat bekerja nanti tidak canggung. Di
sisi yang lain, Prodi Farmasi UNIDA Gontor berkesempatan untuk ikut
andil di dalam menyumbangkan ilmu di bidang farmasi serta menyerap

1
perkembangan baik ilmu ataupun teknologi farmasi yang berkembang di
dunia kerja. Layaknya kegiatan akademik yang lain, maka kegiatan PKL
juga direncanakan, dikelola, dilaporkan, serta dievaluasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya praktek kerja lapangan adalah :

1) Mengaplikasikan praktek mahasiswa diluar akademi agar mahasiswa


mengetahui bagaimana praktek sesungguhnya di dunia kerja.
2) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih mengenai
bidang kefarmasian
3) Menerapkan pengetahuan yang telah didapat dari proses belajar di
bangku perkuliahan pada dunia kerja yang akan dijalani nantinya.
Tujuan kegiatan praktek kerja lapangan adalah sebagai pembanding antara
teori yang diberikan selama proses pendidikan dengan praktek yang
diperolah di lapangan. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan praktek kerja
lapangan sbb:
1) Untuk membekali mahasiwa tentang dunia kerja serta memantapkan
kemampuan atau keahlian dibidangnya.
2) Dapat meningkatkan pribadi mahasiswa dalam melaksanakan tugas
magang yang telah diberikan.
3) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional
dengan tingkat pengetahuan dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntunan lapangan kerja.
4) Memperkokoh “Link and Macth” antara perguruan tinggi dan instasi
dunia kerja.
5) Meningkatkan proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas dan profesional.
6) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses pendidikan.
7) Peserta PKL akan mampu memahami, menetapkan dan
mengembangkan pelajaran yang telah di peroleh secara teori dan
diterapkan di dunia kerja.
8) Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan di lapangan.

I.3. Manfaat

Praktik kerja lapangan ini memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa,


penyelenggara PKL, serta bagi instansi yang dijadikan tempat PKL. Bagi
mahasiswa bermanfaat sebagai sarana untuk menguji sebagian besar
kemampuan mahasiswa yang telah diberikan selama duduk di bangku
kuliah, memperdalam serta mengasah keterampilan mahasiswa pada saat
menghadapi dunia kerja, serta menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman selaku generasi yang dituntut siap terjun langsung di
masyarakat khususnya di dunia kerja. Bagi penyelenggara, kegiatan PKL ini
memiliki kegunaan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai
sejauh mana program atau kurikulum yang telah diterapkan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Bagi instansi, kegiatan PKL memiliki kegunaan
sebagai saran interaksi antar lembaga pendidikan tinggi dengan perusahaan
tersebut.

1.4 Tempat PKL

Penulis melaksanakan kegiatan PKL di BKSM Gontor Putri 1 & 2


dan terbagi pada bagian rawat inap, rawat jalan dan farmasi.

1.5 Waktu Pelaksanaan PKL

PKL pada semester 6 waktu pelaksanaan disesuaikan dengan


kalender akademik Prodi Farmasi UNIDA Gontor Mahasiswa melakukan
PKL minimal selama 30 hari kerja dengan durasi kerja 8 jam per hari.
Untuk jadwal dan jam kerja mahasiswa PKL disesuaikan dengan kebijakan
tempat PKL.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 APOTEK

2.1.1 Definisi

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


1027/Menkes/SK/1X. tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Apotek adalah suatu tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat,
bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah
semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan. [ CITATION Ano04 \l 1057 ].

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, Apotek adalah


sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat, dan obat tradisional [CITATION RID09 \l 1057 ]

2.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi di apotek digunakan untuk mengoptimalkan kinerja


apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan dengan adanya
struktur organisasi dalam apotek maka setiap pegawai memiliki tugas dan
tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan jabatan yang diberikan, serta
untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang maka struktur
organisasi sebuah apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen
setiap orang. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka secara
umum apotek mempunyai struktur oganisasi sebagai berikut :
Fungsi dan Pembagian Tugas

Di dalam sebuah apotek perlu adanya job description (uraian tugas),


sehingga setiap pegawai yang bekerja mengetahui apa tugas dan tanggung
jawabnya.

2.1.3 Pusat Informasi Obat

Pusat Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan


oleh seorang Apoteker untuk memberikan secara akurat, tidak bias dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.

2.1.4 Pengelolaan Pembekalan Farmasi

Adapun Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah
sediaan farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1) Perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan.
2) Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
3) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai di Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di
Puskesmas.
b. Permintaan
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

5
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pemerintah daerah setempat.
c. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis paka iadalah
suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan.
Tujuan penerimaan adalah agar sediaan farmasi yang diterima
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
d. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Tujuan penyimpanan adalah agar mutu sediaan farmasi yang
tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Bentuk dan jenis sediaan
2) Kondisi yang dipersyarakan dalam penandaan di kemasan sediaan
farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
3) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4) Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5) Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
e. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuan pendistribusian adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub di puskesmas dan jaringannya antara lain :
1) Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas
2) Puskesmas pembantu
3) Puskesmas keliling
4) Posyandu
5) Polindes
f. Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Tujuan pengendalian adalah agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian sediaan farmasi terdiri dari :
1) Penegendalian persediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak, dan kadaluarsa

g. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan


medis habis pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk :

1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam


pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan

7
2) Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai

3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

[ CITATION 20116 \l 1057 ]

2.1.5 Pengelolaan Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan yang


juga memiliki bagian-bagian dan fungsi sendiri, meliputi mengkaji instruksi
pengobatan atau resep pasien; mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan alat kesehatan; mencegah dan mengatasi
masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; memantau
efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan pasien;
memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga;
memberi konseling penggunaan obat kepada pasien/keluarga, melakukan
konseling kepada pasien/keluarga; melakukan pencampuran obat suntik;
melakukan penyiapan nutrisi parenteral; melakukan penanganan obat
kanker; melakukan penentuan kadar obat dalam darah; melakukan
pencatatan setiap kegiatan; melaporkan setiap kegiatan. [CITATION Ind10 \t \l
1057 ]

a. Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan bagian dari
upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri dapat menjadi
masalahterkait obat (Drug Related Problem) akibat terbatasnya
pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya [ CITATION Har17 \l
1057 ] Dasar hukum swamedikasi adalah peraturan Menteri
Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993. Menurut [ CITATION Nin14 \l
1057 ] swamedikasi merupakan salah satu upaya yang sering
dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit
yang sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi
kepada dokter.
b. Pelayanan Resep
Pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan pelayanan
kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker guna meningkatkan
pelayanan kesehatan.Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.Paradigma pelayanan
kefarmasian mengharuskan ada perluasan dari yang berorientasi
kepada produk (drug oriented) menjadi yang berorientasi pada
pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care). Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan
sumber daya (sumber daya manusia, sarana prasarana, sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan
farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah meningkatkan
kualitas pelayanan farmasi, yaitu dengan perbaikan waktu tunggu
pelayanan resep. Alur pelayanan resep meliputi skrining resep,
penyiapan obat dan peracikan obat, penulisan etiket, pengemasan
serta penyerahan obat kepada pasien [CITATION Kem14 \l 1057 ]

2.2. Pelayanan KIE

2.2.1 Tinjauan Umum Rumah Sakit/ Puskesmas/ Klinik

a. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
b. Klasifikasi

9
Melalui rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan
semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu
organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4
macam yakni:Puskesmas tungkat desa.

1. Puskesmas tingkat desa


2. Puskesmas tingkat kecamatan.
3. Puskesmas tingkat kawedana.
4. Puskesmas tingkat kabupaten.

Kemudian, pada rakernas ke-2 tahun 1969, puskesmas dibagi


menjadi 3 kategori:

1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh.


2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter secara tidak penuh.
3. Puskesmas tipe C dipimpin oleh para medis.
c. Struktur Organisasi

Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Unit : I-III Puskesmas Unit : IV - VII


Pelaksanaan teknis Pembantu Pelaksanaan Teknis
d. Formularium

Formularium adalah daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan


digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
Penyusunan Formularium Nasional dilakukan dengan tahapan yaitu :
pengusulan; seleksi administratif; kompilasi usulan; pembahasan teknis;
rapat pleno; finalisasi; dan penetapan

BAB III

TINJAUAN APOTEK/ RUMAH SAKIT/ PUSKESMAS/KLINIK/


PBF/ INDUSTRI

3.1 APOTEK
3.1.1 Pengenalan Lokasi dan Profil Apotek
3.1.1.1 Sejarah dan Perkembangan
Sejarah panjang BKSM Pondok Modern Darussalam Gontor Putri
dimulai sejak adanya secara fisik perkembangan pondok yang signifikan
terjadi sejak tahun 1990 dan dibawah naungan Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri. Pada tahun tersebut, Pondok Modern Darussalam Gontor
mulai membangun Pondok Cabang bernama Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 1 di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten
Ngawi.
BKSM Gontor Putri memiliki pelayanan yang cukup lengkap
meliputi pelayanan medis mecakup, Ruang Isolasi, Pelayanan Rawat Jalan
dan Pelayanan Rawat Inap.
Terkait fasilitas kesehatan, Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat
(BKSM) antara lain terdiri dari 15 kamar rawat inap, satu ruang isolasi,
dengan dua dokter.
Berdiri sebagai balai Kesehatan santri Perkembangan sebagai wujud
dari bentuk kepedulian terhadap kesehatan santri dengan adanya ruangan
tambahan dalam rentang 2th terakhir dikarenan banyaknya jumlah santri
yang berobat. Perkembangan lain ada kursi dental tpi belum ada dokter sp.
Gigi. Sedangkan Program perkembangan rancangan kedepan ialah dengan
pengajuan Proposal pendirian klinik pratama yang mana akan
mengembangkan gedung bksm lagi.
3.1.2 Visi dan Misi
- Visi

11
Mengkondisikan terciptanya kesadaran santriwati dan masyrakat dalam
menjaga kesehatan jasmani dan rohani demi terpenuhinya harapan hidup
kehidupan yang sehat melalui pencegah, perawatan dan pengobatan.
- Misi
Memberi pelayanan dan penanganan kesehatan Santriwati dan masyarakat
secara professional demi terciptanya tujuan pendidikan di Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri Kampus1
3.1.3 Struktur Organisasi

Pimpinan Pondok Modern


Darussalam Gontor Putri

DOKTER

Perawat
Ustadzah

3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan


harga dengan tujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebututuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat.

Perencanaan obat di BKSM Gontor Putri biasanya untuk perencananan


pembelian obat di Latansa pusat dengan memesan 1 minngu sekali/duakali ,
dipesan ketika hari selasa dan dikirim hari rabu malam atau kamis tetepi jika
untuk obat injeksib dibeli diluar sesuai resep dokter

b. Pembelian
Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, pengadaan
merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan
perencanan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan
yang ada. Pengadaan barang meliputi proses pemesanan, pembelian dan
penerimaan barang.
Anggaran Obat disusun oleh Ustadzah atas
persetujuan musyrifah/dokter

Obat yang dibeli atas permintaan perawat

Perawat menulis barang yang akan dipesan di surat


pesanan

Surat pesanan diserahkan kepada PBF

Gambar.1 Alur proses pemesanan barang BKSM Gontor Putri

c. Penyimpanan

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, penyimpanan


adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima di tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.

Penyimpanan obat di BKSM Gontor Putri masih belum disimpan


bedasarkan golongan dan masih belum standar. Obat-obatan seperti vaksin
dan obat mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari
es tetapi lemari es masih dikatakan belum standar disebabkan penggunaan
tidak dengan fungsinya dan obat-obatan dalam lemari es tergolong sedikit.

d. Penerimaan barang

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, penerimaan


merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

13
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian melalui pembelian langsung,
tender atau sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin
perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu,
jumlah dan waktu kadaluarsa.

Ustadzah BKSM menerima barang pesanan dan


melakukan pengecekkan keadaan fisik obat, sesuai
dengan permintaan jenis dan jumlah obat

Salesman datang membawa barang sesuai pesanan


disertai struktur pembelian 1 lembar untuk PBF, 1
lembar untuk apotek)

Jika sesuai, maka bukti ditandatangani oleh Ustadzah

Jika sudah selesai, Obat Pesanan yang datang ditata


oleh perawat

Gambar.2 Alur proses Penerimaan barang BKSM Gontor Putri

e. Pendistribusian

Menurut KepMenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, dsitribusi


merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di apotek untuk
pelayanan individu serta untuk menunjang pelayanan medis.

Ustadzah BKSM melakukan pemesanan barang atau


obat

Pihak PBF akan mengirimkan barang sesuai dengan


surat pemesanan disertai dengan faktur pengiriman
barang

Pada saat barang diterima, pengecekan dilakukan oleh


ustadzah BKSM untuk disesuaikan dengan faktur,
surat pesanan dan barang, baik dari jumlah, jenis
barang dan tanggal kadaluarsanya
Setelah pengecekkan selesai faktur ditanda tangani
dan diberi stempel Apotek

Gambar.3 Alur Distribusi dari Latansa Pusat ke BKSM Gontor Putri

Pasien datang ke apotek

AA akan melayani pasien untuk pembelian obat


bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek
maupun alat keesehatan

Pasien membayar sesuai harga obat

Gambar.4 Alur Distribusi dari BKSM Gontor Putri ke pasien

3.1.3 Pengelolaan Pelayanan Resep

a. Rawat Inap
i. Distribusi rawat inap
Pasien telebih dahulu melakukan pendaftaran atau
registrasi kemudian melakukan konsultasi dengan dokter
mengenai gejala dan keluhan yang dialami oleh pasien lalu
melakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, langkah
selanjutnya pengambilan obat di apotek diruang farmasi
kemudian pasien bisa masuk ke ruang ranap yang terakhir
pasien melakukan pembayaaran
ii. Penyimpanan
Penyimpanan, pemusnahan & kerahasiaan, rekam medis
pasien rawat inap di BKSM wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari
tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.

15
b. Rawat Jalan
i. Pelayanan non resep
Pelayanan Rawat Jalan BKSM Gontor Putri terlebih
dahulu melakukan pendaftaran atau sudah terdaftar maka
memeriksa terlebih dahulu rekam medis pasien jika
pelayanan non resep pastikan telebih dahulu kepada pasien
bahwa obat yg digunakan tergolong obat bebas dan tidak
disalahgunakan setelah itu melakukan dilakukan konseling
oleh AA langkah terakhir malakukan pembayaran.
ii. Pelayanan resep
Pelayanan Rawat Jalan BKSM Gontor Putri terlebih
dahulu melakukan pendaftaran atau registrasi setelah itu
melakukan konsultasi dengan Dokter lalu melakukan
pemeriksaan kemudian untuk pengambilan obat dengan resep
yang dokter berikan
BAB IV

HASIL KEGIATAN PKL

4.1 Analisis Sistem Berjalan

Kelebihan pelayanan BKSM Gontor Putri yaitu obat yang diperlukan


pasien cepat tersedia karena letak pelayanan kesehatan didalam pondok
tanpa harus keluar pondok dan tidak memakan biaya transportasi
pengobatan kecuali pada pengobatan dan beberapa penyakit tertentu yang
tidak bisa ditangani oleh pelayanan BKSM Gontor Putri maka akan dirujuk
ke tempat lain yang bisa menangani.

Kekurangan dari Pelayanan BKSM Gontor Putri yaitu kurangnya tenaga


kesehatan seperti dokter gigi, apoteker, asisten apoteker, dan nutrisionis.
Kemudian kurang besarnya ruang pelayanan obat dan tempat penyimpanan
obat sehingga dapat mengganggu aktifitas perawatan, membutuh dana besar
untuk membuat ruang penyimpanan obat-obatan seperti obat narkotika yang
harus disimpan pada lemari yang cukup kokoh dan kuat, membuat ruangan
khusus untuk kantor dokter dan tenaga medis lainnya untuk menjaga
ketentraman dan tidak menganggu dalam berjalannya aktifitas perawatan di
BKSM Gontor Putri.

Setiap obat yang keluar akan dicatat dalam buku khas yang dipantau oleh
perawat dan AA ( Asisten Apoteker), tetapi dalam pemberian obat tidak
adanya interaksi langsung antara farmasis dengan pasien karena obat
diserahkan oleh perawat.

Adapula obat yang telah kadaluarsa biasanya obat untuk lansia dan obat
penambah darah dan obat yang kadaluwarsa di BKSM Gontor Putri ini

17
ketika kadaluarsa di hancurkan, diencerkan lalu dibuang ke air mengalir
bukan di buang ke dalam closet atau toilet.

4.1 Usulan Pemecahan Masalah

Dari masalah yang didapat di hasil analisis sistem berjalan didapat solusi
dari masalah kurangnya tenaga kesehatan seperti dokter gigi, apoteker,
asisten apoteker dan nutrisionis yaitu bisa dilakukanya open reqruitment di
sosial media gontor sesuai kriteria yang diinginkan sehingga orang diluar
tau bahwa BKSM Gontor Putri membutuhkan tenaga medis, Masalah
tentang kurang besarnya ruang pelayanan obat dan tempat penyimpanan
obat sehingga dapat mengganggu aktifitas perawatan, solusi yang bisa
diambil yaitu melakukan perombakan ruangan atau bisa diperbesar ruangan
pelayanan obat agar tidak mengganggu proses aktifitas perawat dan terlebih
dahulu dibicarakan atau didiskusikan terlebih dahulu ke ustadzah BKSM
Gontor Putri. Lalu untuk masalah dana besar dalam kurangnya tempat
penyimpanan obat-obatan narkotika dan obat-obatan lainnya, solusi dari
permaslahan tersebut yaitu bisa berdiskusi ke ustadzah BKSM atau
Musyrifah BKSM untuk solusi yang akan diambil. Perlunya tenaga farmasi
dalam pemberian obat agar pasien bisa berinteraksi langsung perihal
penggunaan obatnya secara benar dan baik. Adanya obat yang kadaluarsa
sebaiknya sebagai tenaga medis kita mengikuti peraturan pembuang obat
yang baik dan benar sesuai yang sudah terlampir di peraturan menteri
kesehatan.
BAB V

TUGAS KHUSUS

1. PEMENKES 74 Bab II (2016)


Menurut Pemenkes Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :
- Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan
jumlah sediaan farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan.
- Permintaan
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah daerah setempat.
- Penerimaan
Penerimaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai adalah
suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis
habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil
pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan
yang telah diajukan.
- Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi
yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
- Pendistribusian

19
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan
jaringannya.
- Pengendalian
Pengendalian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
adalah suatukegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai denganstrategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di
unit pelayanan kesehatan dasar
- Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan Evaluasi sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan salah satunya yaitu
untu mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan.
(Permenkes Nomor 74 Tahun 2016)
2. Contoh dari obat salep mata, salep kulit, dan tetes telinga
- Contoh salep mata : Ciprofloxacin : golongan antibiotik quinolol,
Gentamicin, Erythomycin, Bucitracin, Tobramycin.
- Contoh salep kulit : Desoximethasone : golongan kortikosteroid,
bucitracin : antibiotik polipeptida.
- Contoh obat tetes telinga : Polymyxin kombinasi (otopain),
Chlorampenicol Kombinasi.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Perencanaan obat di BKSM Gontor Putri 1 biasanya untuk


pembelian obat dilakukan di Latansa pusat dengan memesan 1
minggu sekali/duakali , dipesan ketika hari selasa dan dikirim hari
rabu malam atau kamis tetepi jika untuk obat injeksi dibeli diluar
sesuai resep dokter. Untuk di BKSM Gontor Putri 2 untuk
pemesanan obat sama di Latansa pusat hanya beda pada pemesanan
obat dan waktu sampai, jika BKSM Gontor Putri 2 pemesanan obat
pada hari ahad, selasa dan obat datang pada hari jum’at..
2) Dalam Pembelian obat biasanya penganggaran obat disusun oleh
ustadzah atas persetujuan musyrifah/dokter, Obat yang dibeli atas
permintaan perawat Perawat menulis barang yang akan dipesan di
surat pesanan Surat pesanan diserahkan kepada PBF.
3) Penyimpanan obat di BKSM Gontor Putri masih belum disimpan
bedasarkan golongan dan masih belum standar dan lemari es masih
dikatakan belum standar disebabkan penggunaan tidak dengan
fungsinya dan obat-obatan dalam lemari es tergolong sedikit.
4) Alur pendistribusian obat dari Latansa pusat ke BKSM Gontor Putri
dilakukan oleh ustadzah BKSM yaitu pemesanan barang atau obat
kemudian pihak PBF akan mengirimkan barang sesuai dengan surat
pemesanan disertai dengan faktur pengiriman barang, Pada saat
barang diterima, pengecekan dilakukan oleh ustadzah BKSM untuk
disesuaikan dengan faktur, surat pesanan dan barang, baik dari
jumlah, jenis barang dan tanggal kadaluarsanya, Setelah

21
pengecekkan selesai faktur ditanda tangani dan diberi stempel
BKSM Gontor Putri.
5) Pengelolaan pelayanan resep terbagi 2 yaitu : Rawat inap dan Rawat
jalan

B. Saran

1) Tetap pertahankan pelayanan yang prima dan berkualitas


2) Penambahan fasilitas ruangan untuk tempat kantor tenaga medis dan
fasilitas ruang pelayanaan obat
3) Jumlah persediaan obat lebih dilengkapi agar tidak kehabisan saat
pasien mencari obat yang diinginkan
4) BKSM Gontor Putri diharapkan dapat terus berkembang dan dapat
meningkatkan terus pelayanannya, sehingga dapat meningkatkan
kepuasan dan kenyamanan pasien dibidang pelayanan kesehatan
5) Agar kualitas pelayanan dan PIO di BKSM Gontor Putri dapat lebih
optimal dibutuhkan penambahan sumber daya manusia yang
kompeten dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Nomor


1027/Menkes/SK/1X.

Depkes. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Laporan praktek...., Emma Rachmanisa,
FFar UI.

Depkes, 2., & No.51, P. P. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Laporan praktek...., Emma
Rachmanisa, FFar UI.

Depkes, R. (2004). Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.


Luspyantrini FMIIPA UI.

Depkes, R. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Tentang Pekerjaan kefarmasian, Departemen Kesehatan
RI : Jakarta.

Depkes, R. (2010). Kepmenkes RI No 1197/Menkes/SK/XI/2004.


Pelayanan informasi...,Tiiz Luspyantrini FMIIPA UI.

Harahap, N. A. (2017). Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas


Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Penyambung. Jurnal Sains dan
Klinis.

Kemenkes. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun.


Departemen Kesehatan RI.

23
Kepmenkes, R. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Ningrum, P. P. (2014). Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Obat


Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral pada Etnis Thionghoa. Jurnal
Farmasi Komunitas, Vol. 1, No.2,(2014) 36-40.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rak Penyimpanan Obat


. 2 Rak Penyimpanan Rekam Medis

25
3. Alat-Alat Medis
4. Ruang Periksa

27

Anda mungkin juga menyukai