:L
ia
A
pr
iy
an
PANDANGAN ISLAM TERHADAP
i~
PRODUK-PRODUK FARMASI
N
isr
(OBAT, KOSMETIK DAN MAKANAN)
in
a
M
as
ik
ah
Pandangan islam
terhadap produk-produk farmasi
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit beserta obatnya dan Dia telah
menjadikan setiap penyakit ada Obatnya, maka berobatlah kalian dan jangan
berobat dengan barang yang haram” (H.R. Abu Dawud).
Power PowerPoint Presentation
Meskipun penggunaan produk halal hukumnya wajib bagi setiap muslim, namun para ulama
We Create
memperbolehkan obat yang haram dalam keadaan darurat. Imam Nawawi menjelaskan bahwa para
ulama fiqih pendukung madzhab Syafi’i menegaskan standarQuality
darurat ialah timbulnya kekhawatiran
Professional
akan kematian jika tidak dilakukan. Demikian pula Imam Suyuthi mendefinisikannya sebagai kondisi
yang jika tidak dilakukan akan mati atau dekat kematian. PPT
Designed
1. OBAT
Namun fakta soal jaminan produk halal pada obat memang masih sangat memprihatinkan.
Bahkan, untuk produk vaksin, sesuai dengan data di MUI (Fatwa MUI No. 06 Tahun 2010)
baru ada tiga vaksin yang memperoleh sertifikasi halal yaitu tiga produk vaksin untuk
vaksinasi meningitis. Bahkan, data dari LPPOM MUI dari 30 ribuan jenis obat yang
terdaftar di BPPOM dan beredar di masyarakat, hanya 34 obat yang bersertifikat halal.
Jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan kenyataan mayoritas masyarakat
Indonesia, pengguna obat-obatan tersebut adalah muslim.
Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis adalah bijak rasanya jika mengambil tanggung
jawab dan kewajiban untuk terus berijtihad melakukan penelitian, hingga mewujudkan
obat yang halal dan thayyib, termasuk obat vaksin untuk imunisasi. khususnya para peneliti
di bidang farmasi untuk melakukan penelitian dan menemukan obat yang berbahan halal
dan suci, sehingga memenuhi standar syar’i untuk digunakan oleh ummat islam
2. kosmetik
Produk kosmetik memang tidak dimakan dan masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, penggunaan kosmetik
biasanya dikaitkan dengan masalah suci dan najis. Unsur kosmetik haruslah terdiri dari zat yang halal, tidak
najis atau menjijikkan dan tidak membahayakan tubuh pemakainya serta jangan sampai kosmetik menjadi
sarana tabarruj yakni berdandan yang berlebihan dan bukan pada tempatnya
Sediaan kosmetik ini terdapat peluang digunakannya bahan aktif atau bahan pembantu dari bahan yang haram
atau diragukan/subhat. Status kehalalan ini kritis terutama pada produk dengan bahan hasil isolasi dari hewan
(kolagen, dll), menggunakan alkohol, menggunakan bagian dari manusia seperti plasenta dan cairan amniotik.
Kenyataan dalam dunia farmasi saat ini terdapat beberapa sediaan farmasi yang dipertanyakan halal dan
haramnya, di antaranya :
1. Sediaan topikal berbahan najis seperti sediaan losio, krim, atau plester. Para ulama sepakat bahwa benda
yang haram hukumnya adalah najis ketika digunakan.
2. Penggunaan bahan dari babi dalam kefarmasian.
3. Penggunaan alkohol dalam kefarmasian
4. Bahan memabukkan lainnya seperti morfin, opium dan obat psikotropika.
5. Penggunaan plasenta dalam kefarmasian. Plasenta sebagai kosmetik mengagumkan dalam meningkatkan
pembaharuan sel (regenerasi sel).
Ketergantungan terhadap
kosmetik
Kosmetik diketahui oleh para arkeolog pertama kali digunakan di Mesir pada 4000 tahun SM yang dibuktikan
dari sisa-sisa artefak yang kemungkinan digunakan untuk tata rias (make up) dan untuk penggunaan salep
pewangi.
Orang yang pertama kali menggunakan kosmetik untuk wajahnya adalah Nabi Yusuf ketika menjabat sebagai
wazir di negeri Mesir. Namun, berbeda dengan tujuan penggunaan kosmetik pada saat ini, Nabi Yusuf justru
menggunakan kosmetik untuk menutupi ‘kecantikan’ wajahnya.
para peneliti menemukan bahwa kosmetik sekarang tidak hanya difungsikan untuk menonjolkan bagian wajah
yang memang dianggap bagus. Tapi juga digunakan sebagai riasan korektif untuk menutupi bagian yang kurang
agar lebih terlihat cantik.
Dan efek pemakaian kosmetik abal – abal akan timbul di kemudian hari. Berbagai macam efek mulai dari
jerawat , kulit kusam, merah, meradang, kasar hingga iritasi tingkat lanjut. Oleh karena itu sebaiknya para
wanita harus selektif memilih kosmetik yang tepat untuk di pergunakan setiap hari dan aman bagi jangka
panjang.
3. Makanan
Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu
melalui mulut, sedangkan makanan ialah segala sesuatu
yang boleh dimakan
1 . Dalam bahasa arab makanan berasal dari kata at-ta’am
ا@@لطع@امdan jamaknya Al - atimah ا@@الطیمھyang artinya
makan- makanan
2 . Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam makanan
ialah segala sesuatu yang boleh dimakan oleh manusia
atau sesuatu yang menghilangkan lapar .
Jauh sebelum kefarmasian Eropa berkembang, para farmasis Islam sudah menyumbangkan ide dan
gagasannya dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Apotek pertama kali muncul di Bagdad, Irak sekitar
abad kedelapan dan sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif didirikan oleh Ibnu Sina, juga di
Bagdad
Sikap Yang Harus Diambil
Kondisi sekarang berbanding terbalik. Dunia kefarmasian Islam
mengalami kemunduran yang dimulai saat Khilafah Islamiyah runtuh
pada tahun 1924. Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi kita selaku
generasi penerus Al Biruni, berusaha untuk mengembalikan kejayaan
kefarmasian Islam. Caranya dengan mendekatkan Al Qur’an dan Hadist
kepada calon farmasis Islam.
Sebagai contoh :
pada produksi obat-obatan sintetis. Sediaan yang berbentuk cair acap kali menggunakan etanol sebagai
pelarutnya, terutama pada obat batuk.
Selain itu, cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin dapat berasal dari tulang atau kulit babi, sapi, atau ikan.
Hormon, enzim, dan vitamin yang merupakan produk hasil bioteknologi bisa menggunakan mikroba maupun
media yang haram.
Plasenta yang terkadang berasal dari manusia mampu meregenerasi sel-sel kulit dan mencegah penuaan,
sehingga dimanfaatkan sebagai kosmetik.
Teknologi kloning yang dimulai pada tahun 1962 juga mengundang kontroversi dan menyebabkan bukan
hanya ilmuwan di bidang rekayasa genetika saja yang berkomentar, melainkan juga melibatkan alim ulama.
Mulai dari