Anda di halaman 1dari 7

RESUME WAWANCARA

HUKUM TATA NEGARA

Oleh :

Muh. Jusrin

Nim : G120020

Prodi : Ilmu Hukum

Dose pengampu

Andi Akbar Herman, S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA

SULAWESI TENGGARA

2021

1
NARASUMBER : 1

Menurut bapak Apa Alasan Perlunya Pengujian Undang-Undang?

Indonesia menganut konstitusionalisme, dimana konstitusi diletakkan sebagai hukum tertinggi.


Konstitusi mengandung semangat atau gagasan dibalik pasal-pasalnya.

Ada gagasan pembatasan kekuasaan didalamnya. Pembatasan kekuasaan dilakukan dengan cara
separation of power (pemisahan kekuasaan). Pemisahan kekuasaan ini diturunkan dalam sebuah
kekuasaan membentuk undang-undang.

Tap ternyata hal ini mengandung tirani yang mayoritas yang belum tentu sesuai dengan
masyarakat. Untuk itu perlu dikontrol dengan pengujian undang-undang. Meskipun dihasilkan
oleh proses demokrasi dan transparan. Tetep aja ada kemungkinan bertentangan dengan
kepentingan umum.

NARASUMBER : 2

Menurut anda, Apa Arti Pentingnya Undang-Undang Sebagai Instrumen Utama Dalam
Negara Hukum Indonesia?

2
Arti penting dari UU NRI sebagai instrumen utama dalam negara Indonesia ialah terbagi menjadi
dua dan ini sebagai paparan utamanya.

• Membatasi kekuasan pemerintah secara tegas dan jelas, baik dengan cara menerapkan prinsip
pembagian kekuasaan secara vertikal maupun horizontal.

• Melindungi dan membatasi hak-hak dasar manusia. Apabila dalam suatu negara HAM
terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang ditimbulkannya tidak dapat
diatasi secara adil, maka negara yang bersangkutan tidak dapat disebut sebagai negara hukum
dalam arti sesungguhnya.

NARASUMBER : 3

Indonesia sudah lama merdeka. Indonesia sekarang sudah menjadi negara maju. Sebagai
negara maju baru, sudah selayaknya Indonesia mempunyai hukum yang ditegakkan
secara adil. Tapi, apakah hukum di Indonesia adil?

Pertanyaan ini sangat relevan pada kondisi Indonesia saat ini. Banyak kasus-kasus yang
telah terjadi dan bisa diakses informasinya oleh masyarakat umum. Dan diera digital seperti ini
yang jejak digital yang sangat mudah diakses, baik Masyarakat di daerah manapun dapat
mengakses informasi secara digital terkait kasus-kasus di Indonesia.

Ada beberapa contoh kasus yang kadang membuat masyarakat merasa keadilan itu
“mustahil” di Indonesia.

3
pencuri tiga buah kakao, Pencuri dua ekor bebek di Tangerang, buruh pabrik mencuri sandal
milik perusahaan di Tangerang.

Kasus-kasus tersebut pelakunya dihukum dan dijerat secara maksimal. Dalam memutuskan
sanksi, hakim terlalu normatif, kurang melihat dari aspek sosiologis.Mencuri itu memang tindak
pidana dan memang salah. Pencuri juga memang layak diberi sanksi. Tetapi, keadilan itu dirasa
kurang merata bagi masyarakat.Coba kita bandingkan dengan pelaku korupsi. Koruptor ketika
tertangkap tetap tersenyum, di hadapan wartawan si pelaku koruptor tetap menjawab pertanyaan
dengan mudah dan tanpa ada penyesalan. Perlakuan penegak hukum juga berbeda.

Koruptor tidak diperlakukan seperti ketika masyarakat kecil yang terkena kasus hukum.
Koruptor mendapat perlakuan istimewa. Koruptor, ketika sudah menjadi terpidana, dipenjara
dengan fasilitas istimewa. Penjara berfasilitas mewah. Dalam proses menjalani hukuman penjara
pun mereka sering mendapatkan remisi.

Sekarang, koruptor dan maling ayam sanksi penjaranya hampir sama. Padahal koruptor sangat
merugikan masyarakat. Negara atau pemerintah di Indonesia tidak memperhatikan aspirasi dan
kepentingan masyarakat nya itu sendiri. Dan Pemerintah Indonesia terlalu memihak kepada
penguasa. Oligarki menguasasi negara.

Selayaknya Indonesia harus memperhatikan keadilan hukum.Indonesia masih mengutamakan


kepastian hukum,sebaiknya Indonesia mengutamakan keadilan.Masyarakat merasa tidak puas
atas penegakan hukum di Indonesia. Penegak hukum belum memberikan sanksi yang
sebagaimana mestinya. Hukum tidak hanya tajam ke bawah,tapi tumpul kea atas, itulah istilah
yang cocok untuk hukum yang berlaku di Indonesia sekarang ini.

Mengapa hukum di Indonesia masih tajam kebawah tumpul keatas?

Jawabannya adalah karena "Hukum itu Ekslusif", hal ini berdasarkan kondisi budaya hukum
secara empiris, dimana hanya yang berduitlah yang bisa mengaksesnya secara maksimal. Ini
merupakan sebuah opini dari saya, tentang mengapakah hukum indonesia terlihat tajam kebawah
dan tumpul ke atas.

4
NARASUMBER : 4

Bagaimana penerapan nilai-nilai atau sila-sila Pancasila dalam kehidupan berbangsa?

Sekali lagi kita kembali siapa yang ditanya, adalah misalnya para pejabat atau pemerintah
yang mengeluarkan kebijakan, menerapkan kebijakan,bahkan mengawasi kebijakan yang ada. Itu
mereka nanti akan mengatakan bahwa apa yang mereka keluarkan ataupun yang diterapkan itu
sdh sesuai dengan Pancasila,dan apabila kita kembali bertanya kepada oposisi maka mereka akan
menjawab itu tidak sesuai dengan Pancasila.

Kemudian yang kedua. Saya secara pribadi ketika melihat fakta yang ada sekarang itu banyak
hal yang TDK sesuai dengan Pancasila,itu dalam tatanan dari pandangan sya pribadi.terlepas dari
pandangan orang lain setuju atau tidak,saya melihat nya masih banyak yang belum sesuai dari
nilai Pancasila.contoh misalanya, ketika BBM dinaikkan apakah itu sesuai dengan nilai
Pancasila, menurut saya ketika BBM naik beribu-ribu,itu tidak sesuai nilai Pancasila.itu salah
satu contoh tidak sesuai dengan Pancasila. Kalau kita bicara tentang Pancasila katanya Pancasila
itu didasarkan pada kedaulatan rakyat, disebut sendiri didalam UU, kemudian selanjutnya, terkait
BBM tadi kita sebagai rakyat tidak setuju dengan atas dinaikkan nya bbm, banyak rakyat juga
tidak setuju dengan naiknya BBM, Dan itu tidak sesuai dengan kedaulatan rakyat dan karna itu
TDK sesuai dengan Pancasila,ini salah satu bukti tidak diterapkan nya nilai-nilai dari sila-sila
Pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa.

Apa penyebab ketidakadilan hukum di Indonesia?

5
Dikarenakan oleh beberapa faktor Tingkat jabatan, adanya praktik nepotisme, ketimpangan dan
tumpang tindih pasal-pasal, adanya intervensi penguasa, ketidakpercayaan publik, dan rendahnya
kesadaran masyarakat akan hukum juga merupakan faktor-faktor yang melatar belakangi
ketidakadilan dalam menegakkan hukum dan kesenjangan hukum di negeri ini.

NARASUMBER : 5

Menurut anda, apakah boleh wacana presiden menjabat 3 periode?

Menurut saya pribadi wacana presiden menjabat 3 periode atau 3×5 tahun itu tidak perlu,
mengapa demikian saya mengatakan hal tersebut karena kita bangsa Indonesia atau negara
Indonesia tidak akan pernah kekurangan akan sosok pemimpin bangsa ini,bahkan saya bisa
mengatakan bahwa ada puluhan nama dan bahkan ratusan nama yang akan memimpin negara
NKRI. Salah satu contoh nama yang akan memimpin negara Indonesia ialah tak asing lagi kita
dengar, ialah bapak Prabowo, ada pak Jusuf Kalla (JK),ada pak Anis dan berbagai nama lain nya.
Dan saya juga ingin menegaskan bahwa bahwa biarkan lah anak-anak bangsa Indonesia sebagai
penerus bangsa diberikan kesempatan untuk memimpin negara NKRI ini.

Dan ada beberapa alasan mengapa wacana presiden menjabat 3 periode itu tidak usah lagi
diusulkan, yang pertama rakyat akan mengatakan bahwa pak Jokowi ingin menjabat lebih dari 2
tahun,dan saya pribadi pernah membaca artikel, bahwasanya pak Jokowi hanya ingin menjabat 2
periode saja dan tidak ingin menjabat melebihi dari 2 periode tersebut.

Kemudian, yang kedua sebagai mana yang telah saya paparkan diawal bahwa negara Indonesia
(NKRI), tidak akan kekurangan akan sosok pemimpin, karena masih ada banyak nama yang bisa
memimpin negara kita ini.dan menurut saya pribadi masa jabatan presiden tidak usah diubah-

6
ubah, tetapi itu menurut diri saya pribadi dan masih banyak pakar-pakar yang mampu
menjelaskan secara detail dan jelas.

Kemudian,bagaimana dengan peraturan perundang-undangan terkait dengan masa jabatan


presiden ?

Peraturan perundang-undangan mengenai masa jabatan presiden ialah pasal 7 UUD 1945 yang
masih berlaku saat ini yang secara tegas menyatakan bahwa masa jabatan presiden dan wakil
presiden selama lima tahun, dan hanya boleh dipilih kembali untuk jabatan yang sama untuk satu
kali masa jabatan.

Yang artinya,masa jabatan presiden itu hanya dua periode saja. Jadi, jikalau ada segelintir orang
yang ngotot untuk mencalonkan lagi seseorang seperti bapak Jokowi yang telah menjabat 2
periode,itu sudah tidak sesuai dengan konstitusi yang berlaku. Mungkin sekian dari saya.
Mungkin ada yang lebih berhak dan berwenang untuk persoalan ini,saya hanya menyampaikan
apa yang patut saya sampaikan.sekian!

Anda mungkin juga menyukai