1. Proses gasifikasi menggunakan reaktor downdraft.
Gasifikasi adalah teknologi konversi termokimia yang mengubah bahan bakar padat menjadi gas mampu bakar (Higman dan Burgt, 2008). Proses gasifikasi merupakan proses pembakaran parsial bahan bakar padat dengan melibatkan reaksi antara oksigen dengan bahan bakar padat. Hasil pembakaran berupa uap air dan karbon dioksida direduksi menjadi gas yang mudah terbakar. Gas hasil proses gasifikasi ini disebut dengan gas produser. Umumnya kandungan dari gas produser yaitu karbon monoksida (CO), hidrogen (H2) dan methan (CH4), gas-gas ini dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak untuk berbagai keperluan seperti menggerakkan mesin tenaga penggerak (diesel dan bensin), yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, menggerakkan pompa, mesin penggiling dan lainnya. Selain itu gas ini juga dapat dibakar langsung untuk mesin pengering, oven dan sebagainya yang memerlukan pembakaran yang bersih. Untuk melakukan gasifikasi diperlukan sebuah reaktor yang disebut dengan gasifier. Gasifier yang digunakan pada praktikum ini adalah tipe reaktor down draft. Reaktor ini termasuk dalam tipe fixed/moving bed gasifier, yang merupakan tipe gasifier yang paling tua dan simple, serta biasa digunakan untuk aplikasi dalam skala kecil. Down draft gasifier banyak digunakan untuk gasifikasi biomassa. Pada gasifier tipe downdraft terdapat empat zona diurut dari bagian atas gasifier hingga bawah yaitu pengeringan, pyrolisis, oksidasi, dan reduksi. Pada tipe ini bahan bakar (biomass) dan udara dimasukkan dari bagian atas gasifier melalui laluan hopper dan mengalir turun ke grate yang merupakan tempat abu. Downdraft gasifier dirancang untuk membatasi kandungan minyak dan tar yang terbawa bersama gas produser. Pada downdraft gasifier, udara dimasukkan ke dalam aliran bahan bakar pada (packed bed) pada atau di atas zona oksidasi. Aliran udara ini searah (co-current) dengan alran bahan bakar yang masuk ke dalam gasifier. Bahan bakar dimasukkan pada bagian atas gasifier. Bahan bakar tersebut akan mengalami proses pengeringan (drying) dan pirolisis akibat panas yang dihasilkan pada reaksi oksidasi. Pada tahap pirolisis bahan bakar, dihasilkan uap dan tar. Uap dan tar yang dihasilkan tersebut kemudian akan melalui unggun arang panas dan mengalami perengkahan menjadi gas yang lebih sederhana atau arang. Perengkahan ini menghasilkan pembakaran stabil yang menjaga temperatur pada 800-1000°C. Jika temperatur naik melebihi rentang temperatur tersebur, maka reaksi endotermik akan mendominasi dan menjaga gas agar tetap panas. Tahap selanjutnya adalah reaksi reduksi, yang terjadi pada zona dekat dengan grate. Pada tahap ini, gas produser dihasilkan. Gas produser ini kemudian tertarik keluar menuju bagian bawah gasifier. a. Kelebihan dan kekurangan reaktor down draft. Kekurangan o Rendahnya efisiensi keseluruhan akibat rendahnya pertukaran panas dalam sistem o Kesulitan dalam menangani kelembapan dan kadar abu yang tinggi. Kelebihan o Adanya kemungkinan menghasilkan gas bebas tar, sehingga masalah lingkungan yang ditimbulkan lebih kecil (lebih rendah 10% dibandingkan dengan hasil updraft gasifier). o Waktu yang dibutuhkan untuk penyalaan bahan bakar dan pengoperasian sistem pada kondisi optimal sekitar 20-30 menit, yang lebih singkat jika dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan oleh updraft gasifier. b. Analisis metoda yang digunakan pada praktikum ini. Dengan membandingkan metode yang digunakan pada praktikum ini terhadap jurnal- jurnal lain dengan kegiatan serupa (gasifikasi biomassa dengan reaktor downdraft dengan bahan bakar tongkol jagung), berikut adalah poin-poin yang dapat menjadi perhatian: Bahan bakar yang digunakan untuk praktikum (Limbah tongkol jagung) Pada praktikum ini, bahan bakar yang digunakan adalah limbah tongkol jagung sebesar 700 gram. Berdasarkan studi literatur, tongkol jagung cocok dijadikan bahan bakar gasifikasi karena mudah ditemukan dan kandungan airnya sebesar 9% yang menghasilkan syngas dengan H2 dan CO2 tinggi. Tongkol jagung juga merupakan limbah yang produksinya sangat banyak dan pemanfaatannya masih kurang di Indonesia. Maka, pemilihan bahan bakar ini cukup tepat. Namun, penting untuk praktikan untuk mengetahui kinerja bahan bakar biomassa yang lain (sekam padi, batok kelapa, serbuk gergaji, dll) agar praktikan dapat mengetahui bahan bakar mana yang paling efektif untuk gasifikasi biomassa sebagai energi alternatif. Dalam praktikum di lapangan (offline) percobaan dengan bahan bakar yang berbeda-beda dapat dilakukan oleh kelompok yang berbeda, sehingga nanti praktikan dapat saling membandingkan hasil praktikum. Dalam praktikum online yang kebanyakan hanya berupa studi literatur, praktikan dapat mengetahui perbedaan gas hasil gasifikasi dari bahan bakar yang berbeda dari jurnal-jurnal yang tersedia di internet. Laju alir udara masukan yang sama Pada step ke-22 dalam langkah kerja, praktikan diminta untuk melakukan kembali percobaan dengan laju alir udara masukan yang sama. Dari hasil studi literatur, laju alir udara masukan berpengaruh terhadap temperatur pembakaran gas hasil gasifikasi, lama waktu penyalaan awal, dan waktu nyala efektif yang dihasilkan. Hal ini dapat dijadikan pembelajaran yang penting untuk praktikan, untuk mengamati pengaruh laju alir udara masuk agar dapat mengetahui hasil yang paling baik untuk gasifikasi biomassa ini. c. Kesimpulan. Berdasarkan studi literatur mengenai proses gasifikasi biomassa dengan reaktor tipe downdraft dan analisis terhadap metode yang digunakan, berikut adalah beberapa saran yang dapat saya berikan: Melakukan variasi bahan bakar gasifikasi biomassa agar dapat mengetahui bahan bakar mana yang paling efektif untuk digunakan sebagai energi alternatif. Melakukan variasi laju alir udara masuk agar dapat mengetahui pengaruhnya pada gas hasil gasifikasi. Melakukan variasi tipe reaktor agar praktikan dapat memahami tiap-tiap proses dalam reaktor-reaktor yang berbeda.