Makalah Infeksi Menular Seks
Makalah Infeksi Menular Seks
OLEH:
FITRI AYU NINGSIH
NIM : 91831290610.001
Penulis
Daftar isi
Kata Pengantar……..………....………………………..……………...............…..
Daftar isi .......... ………………………......………..........………………................
Bab I pendahuluan
Bab II Pembahasan
A. Dampak HIV .............................................................................................
B. Metode pencegahan trasnmisi
HIV............................................................
B. Rumusan masalah
1. Apa saja dampak HIV?
2. Bagaimana metode pencegahan transmisi HIV?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak HIV
2. Untuk mengetahui metode pencegahan HIV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dampak hiv
1. Dalam konteks individu
Dampak Virus HIV/AIDS Virus HIV/AIDS menimbulkan dampak
yang sangat luas dan serius bagi si penderita, masyarakat dan keselamatan
bangsa, baik psikis, fisik maupun sosial. Kondisi ini seringkali
mempengaruhi proses kesembuhan yang harus dilakukan oleh
ODHA.Tekanan-tekanan psikologis yang dialami oleh ODHA merupakan
faktor utama penyebab kondisi menjadi lemah kembali. Seperti yang
dikemukakan oleh Richard D. Muma dan kawan-kawan (1997: 279) yang
mengatakan bahwa dampak yang dialami oleh penderita HIV adalah:
1) Kecemasan: rasa tidak pasti tentang penyakit yang diderita,
perkembangan dan pengobatannya, merasa cemas dengan gejalagejala
baru, prognosis, dan ancaman kematian, hiperventilasi, serangan
panik.
2) Depresi: merasa sedih, tidak berdaya, rendah diri, merasa bersalah,
tidak berharga, putus asa, berkeinginan untuk bunuh diri, menarik diri,
memberikan ekspresi pasrah, sulit tidur, dan hilang nafsu makan.
3) Merasa terisolasi dan berkurangnya dukungan sosial, merasa ditolak
oleh keluarga, dan orang lain. Sedikitnya orang yang menjenguk pada
saat ODHA dirawat semakin memperkuat perasaan ini.
4) Merasa takut bila ada orang yang mengetahui atau akan mengetahui
penyakit yang dideritannya.
5) Merasa khawatir dengan biaya perawatan, khawatir kehilangan
pekerjaan, pengaturan hidup selanjutnya dan transportasi.
6) Merasa malu dengan adanya stigma sebagai penderita AIDS,
penyangkalan terhadap kebiasaan seksual.
7) Penyangkalan hidup riwayat penggunaan obatobatan terlarang.
2. Sirkumsisi
Sirkumsisi sudah dilakukan sejak zaman pra sejarah dan
merupakan salah satu tindakan bedah minor yang paling banyak
dilakukan di seluruh dunia. Alasan melakukan sirkumsisi meliputi karena
alasan agama, budaya atau juga alasan kesehatan. Sirkumsisi berasal dari
kata “circumcision” yang terdiri dari kata circum (berarti “sekitar”) dan
coedere (berarti “memotong”).
Sirkumsisi pada laki-laki dilakukan dengan memotong atau
menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau
prepusium yang bertujuan untuk membersihkan penis dari berbagai
kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang
masih ada preputiumnya. Secara umum diperkirakan lebih dari 25% laki-
laki telah melakukan sirkumsisi. Di Amerika Serikat sekitar 1,2 juta bayi
laki-laki disirkumsisi tiap tahunnya, di Australia terdapat 69% lakilaki
yang disirkumsisi sedangkan di Timur tengah sekitar 100.000 bangsa
Yahudi dan 10 juta umat muslim disirkumsisi tiap tahunnya serta di
Afrika sekitar 9 juta lakilaki. Rata-rata usia dilakukan sirkumsisi pada
anak laki-laki adalah sekitar 10-14 tahun dan tersering pada usia 12
tahun.
Sirkumsisi pada perempuan dilakukan dengan tindakan yang
bervariasi, meliputi pemotongan klitoris sebagian atau keseluruhan,
pemotongan klitoris beserta dengan labium minus atau pemotongan
sebagian atau keseluruhan dari genitalia eksterna tersebut disertai dengan
proses penjahitan untuk mempersempit lubang vagina yang dikenal
sebagai infibulasi sehingga hanya menyisakan lubang kecil sebagai
tempat urin keluar. Cara lain sirkumsisi pada perempuan yaitu dengan
melukai klitoris dan/atau labium seperti dengan menggores, menusuk
atau insisi.
Tujuan awal sirkumsisi pada perempuan dikatakan untuk menekan
nafsu seksualnya. Diperkirakan sekitar 130 juta perempuan di dunia telah
disirkumsisi dan sekitar 2 juta anak perempuan disirkumsisi tiap
tahunnya saat mereka berusia 4-12 tahun. Semua metode sirkumsisi yang
digunakan mempunyai prinsip yang sama. Perbedaan dari metode
konvensional dengan metode kauter atau laser hanya terletak pada alat
yang digunakan untuk memotong kulup penis. Untuk mendapatkan
proses dan hasil sirkumsisi yang terbaik sesuai dengan harapan tidak
hanya bergantung pada metode yang dipilih, tetapi sangat tergantung dari
kesiapan anak, orang tua, operator (tenaga medis) serta kesterilan alat.
Anak dengan fisik dan psikis yang tidak siap, berpotensi menghambat
kelancaran proses sirkumsisi dan proses penyembuhannya.
3. Mikrobisida
Mikrobisida merupakan produk kimiawi yang diaplikasikan secara
vagina maupun rektal ntuk mencegah penularan HIV melalui hubungan
seksual. Mikrobisida diformulasikan dalam bentuk gel, krim, supositoria,
film, tablet, barier fisik dan vaginal ring. Variasi sediaan mikrobisida ini
mengijinkan laki – laki dan wanita untuk memilih produk yang paling
sesuai berdasarkan waktu terbaik saat berhubungan seksual serta kesehatan
reproduktifnya.
d. Vaginal Ring
Intravaginal ring (IVRs) menawarkan metode hantaran unik
dibandingkan bentuk solid maupun semisolid. Faktor kontrol utama
IVRs adalah fleksibelnya rangka cincin polimer. Cincin harus mudah
dikompresi saat dimasukkan ke dalam vagina dan diletakkan dalam
sepertiga atas vagina untuk mencegah pengeluaran yang tidak
diinginkan. Vaginal ring mengandung bahan obat, yang secara
homogen tersebar disepanjang matriks. Tiga mekanisme penting
pengeluaran obat adalah disolusi, difusi dan partisi.
Kelebihan sediaan vaginal ring adalah
a. Long acting
Biasanya bekerja hingga 1 bulan atau lebih sehingga
meningkatkan kepatuhan penggunanya.
b. Mudah digunakan dan nyaman
Fleksibel dan mudah dimasukkan ke dalam vagina. Biasanya
tidak disadari oleh pasangan seksualnya.
c. Biaya produksi yang rendah
d. Mudah diterima oleh penggunanya
e. Berpotensi sebagai kombinasi obat
e. Vaginal films
Bentuk dosis film berupa lapisan tipis berbahan polymeric
watersoluble yang akan larut ketika diletakkan di permukaan mukosa
vagina dan segera melepaskan bahan aktifnya.
Keuntungan Vaginal films
a. Mudah dibawa dan disimpan
b. Penggunaannya dapat dilakukan secara rahasia
c. Tidak ada kebocoran
d. Biaya rendah dengan dosis rendah
Film yang tipis dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan stailitas
obat yang rentan terhadap degradasi pada lingkungan berair.
Administrasi melalui vagina perlu pemahaman yang baik mengenai
hidrasi serta disolusi pada volume yang terbatas, yaitu 1mL cairan
vagina. Pemilihan bahan aktif obat yang tepat sangat penting untuk
memahami mekanisme kerja obat. Penggunaan aplikator, model
aplikator untuk film serta menentukan bagaimana membersihkan
aplikator merupakan elemen penting dalam perkembangan aplikator
serbaguna
4. ARV
Pengobatan antiretroviral (ARV) kombinasi merupakan terapi terbaik
bagi pasien terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) hingga saat
ini. Tujuan utama pemberian ARV adalah untuk menekan jumlah virus
(viral load), sehingga akan meningkatkan status imun pasien HIV dan
mengurangi kematian akibat infeksi oportunistik. Pada tahun 2015,
menurut World Health Organization (WHO) antiretroviral sudah
digunakan pada 46% pasien HIV di berbagai negara. Penggunaan ARV
tersebut telah berhasil menurunkan angka kematian terkait HIV/AIDS dari
1,5 juta pada tahun 2010 menjadi 1,1 juta pada tahun 2015. Antiretroviral
selain sebagai antivirus juga berguna untuk mencegah penularan HIV
kepada pasangan seksual, maupun penularan HIV dari ibu ke anaknya.
Hingga pada akhirnya diharapkan mengurangi jumlah kasus orang
terinfeksi HIV baru di berbagai negara.
Untuk mencapai berbagai tujuan pengobatan ARV, dibutuhkan
pengobatan ARV yang berhasil. Keberhasilan pengobatan pada pasien
HIV dinilai dari tiga hal, yaitu keberhasilan klinis, keberhasilan
imunologis, dan keberhasilan virologis. Keberhasilan klinis adalah
terjadinya perubahan klinis pasien HIV seperti peningkatan berat badan
atau perbaikan infeksi oportunistik setelah pemberian ARV. Keberhasilan
imunologis adalah terjadinya perubahan jumlah limfosit CD4 menuju
perbaikan, yaitu naik lebih tinggi dibandingkan awal pengobatan setelah
pemberian ARV. Sementara itu, keberhasilan virologis adalah
menurunnya jumlah virus dalam darah setelah pemberian ARV. Target
yang ingin dicapai dalam keberhasilan virologis adalah tercapainya jumlah
virus serendah mungkin atau di bawah batas deteksi yang dikenal sebagai
jumlah virus tak terdeteksi (undetectable viral load).
Ketidakberhasilan mencapai target disebut sebagai kegagalan.
Kegagalan virologis merupakan pertanda awal dari kegagalan pengobatan
satu kombinasi obat ARV. Setelah terjadi kegagalan virologis, dengan
berjalannya waktu akan diikuti oleh kegagalan imunologis dan akhirnya
akan timbul kegagalan klinis. Pada keadaan gagal klinis biasanya ditandai
oleh timbulnya kembali infeksi oportunistik. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya jumlah limfosit CD4 akibat terjadinya resistensi virus terhadap
ARV yang sedang digunakan.
Kegagalan virologis muncul lebih dini daripada kegagalan imunologis
dan klinis. Karena itu, pemeriksaan viral load akan mendeteksi lebih dini
dan akurat kegagalan pengobatan dibandingkan dengan pemantauan
menggunakan kriteria imunologis maupun klinis, sehingga mencegah
meningkatnya mordibitas dan mortalitas pasien HIV.5 Pemeriksaan viral
load juga digunakan untuk menduga risiko transmisi kepada orang lain,
terutama pada ibu hamil dengan HIV dan pada tingkat populasi.6,7 Pasien
HIV yang dinyatakan gagal pada pengobatan lini pertama, harus
menggunakan pengobatan ARV lini kedua supaya dapat mencapai tujuan
pengobatan ARV seperti disebut di atas. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya perubahan biaya pengobatan karena harga obat ARV lini kedua
lebih mahal dari obat ARV lini pertama
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Dari makalah ini, diharapkan pembaca mengerti dan memahami tentang
determinan dan perubahan perilaku. Pembaca juga diharapkan dapat
mengambil manfaat dari makalah yang telah penulis susun. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk memperbaiki penulisan makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA