Bangsa Afganistan dijuluki sebagai salah satu bangsa di dunia yang paling menderita
akibat perang atau peperangan. Penderitaan terjadi karena banyak orang tidak tahu apa-apa,
tapi nyawa hilang ditelan perang. Penderitaan berkepanjangan, sebab setelah peperangan
dengan bangsa lain berakhir, muncul perang baru yaitu perang saudara. Selain penderitaan,
perang Afganistan tercatat sebagai satu-satunya perang di dunia yang meliputi begitu banyak
tentara asing. 1
berlanjutnya perang saudara. Sedangkan tentara asing yang tewas sudah hampir mencapai
10.000 orang. Total waktu yang digunakan bangsa Afganistan untuk berperang sudah lebih
dari seratus tahun atau satu abad. Tapi karena ada jedanya, maka total waktu perang,
Dengan rincian, sekitar 70 tahun selama abad pertengahan (tahun 1800-an hingga 1900-
an) dan sisanya selama 30 tahun diabad modern yang dimulai 1919. Perang di abad moden
sangat berbeda, ada kekuatan internal Afganistan yang sengaja mengundang kekuatan asing
untuk masuk. Kekuatan internal itu biasanya politisi, mereka yang haus kekuasaan tetapi
berpura-pura menjual gagasan, dalam rangka membela kedaulatan bangsa, membela keadilan
dan kebenaran.2
Invansi Uni Soviet ke Afganistan pada tahun 1979 merupakan bagian dari perang Soviet-
1
Saiful Bahri, Perang di Afghanistan Telah Berlangsung selama 100 Tahun, 2016, Dikutip 02 Desember 2020
dari Dakwatuna: https://www.dakwatuna.com/2014/02/16/46363/perang-di afghanistan-telah-berlangsung-
selama-100-tahun/#axzz6hBXlkYCt.
2
Susanne Schmeidl. Security Dilemmas: Long-Term Implications of the Afghan Refugee Crisis, Third World
Quarterly, Volume 23, No.1, hal. 7-29, 2002, www.jstor.org/stable/3993574.
mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari
banyak negara antara lain Amerika Serikat dan Pakistan. Pasukan Soviet pertama kali sampai
di Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979 dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada
tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka
Invansi Soviet di Afganistan yang dimulai pada akhir Desember 1979 merupakan
langkah Soviet ikut campur dalam perpolitikan Afganistan untuk menumpas pemberontak
dan berakhir dengan usaha menguasai Afganistan. Pada bulan April 1978 pemerintahan
Mohammad Daud Khan dikudeta oleh militan sayap kiri pimpinan Nur Muhammad Taraki.
Uni Soviet memiliki ide lain, pada tanggal 24 Desember 1979 dikirim sebanyak 30.000
tentara untuk menduduki Afganistan dan menjadikannya negara bawahannya. Amerika tidak
tinggal diam, pihak Amerika ikut andil dalam menangkis usaha soviet dengan
Soviet. Penambahan 100.000 tentara dilakukan oleh Soviet sebagai upaya pendudukan
Afganistan. Taktik gerilya mereka gunakan untuk menumpas pasukan Mujahidin. Akhirnya
para Mujahid berhasil menggempur balik Soviet menggunakan senjata-senjata canggih dan
misil anti pesawat tempur pemberian Amerika yang dikirim via Pakistan. Tercatat lebih dari 4
juta warga mengungsi menuju negara tetangga yakni Pakistan untuk menghindari perang. 5
Desember 1979 saat Uni Soviet masih menjadi salah satu kekuatan komunis di dunia,
menginvasi Afganistan. Kini ketiga provinsi sudah menjadi negara merdeka, bersamaan
dengan bubarnya Uni Soviet. Tapi invansi Soviet mendapat perlawanan rakyat yang tidak
3
Nuria Reny Hariyati dan Hespi Septiana, Radikalisme dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis, Gresik,
Graniti, 2019, hal. 40.
4
Sulistyo Adi, Mengenal Afghanistan, dalam al-Jami’ah, Yogyakarta, IAIN Sunan Kalijaga, No. 36, 1988,
hal. 56.
5
Iwan Hadibroto et al., Perang Afghanistan: di Balik Perseteruan AS vs. Taliban, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002, hal. 87.
punya kekuatan persenjataan, khususnya dari kelompok Mujahidin. Invansi ini juga
memancing ketidaksukaan Amerika Serikat yang ketika itu sedang bermusuhan dengan Uni
Amerika Serikat yang sudah menelan kekalahan di Vietnam Selatan tahun 1975 segera
mendekati Mujahidin dengan bantuan dana persenjataan. Amerika Serikat yang dipimpin
Jimmy Carter khawatir, kalau Afganistan menjadi ‘’Vietnam kedua’’ yaitu seluruh wilayah
Vietnam menjadi komunis. Tapi saat yang sama, kekuatan Islam lainnya, ikut memerangi
Soviet, diantaranya Taliban. Setelah sepuluh tahun (1989), Mujahidin berhasil mengusir
Soviet dari Afganistan. Hanya saja keberhasilan ini, tidak membuat persatuan antara sesama
bangsa Afganistan. Yang terjadi justru perang saudara, karena Mujahidin dan Taliban sama-
Pada tahun 1996, Taliban yang didukung Pakistan, tetangga Afganistan, akhirnya
berhasil mengalahkan pemerintahan Mujahidin yang berpusat di Kabul. Namun baru dua
Taliban. Sebab Islam Taliban tidak bersepaham dengan dunia barat. Kekuasaan Taliban
hanya berlangsung selama lima tahun (1996-2001). Taliban dijatuhkan oleh Amerika Serikat
bersamaan dengan perburuannya terhadap Osama bin Laden yang dituduh Washington
sebagai otak penyerangan menara WTC 11 September 2001. Sejak itu yang berkuasa di
Kobul, Ibukota Afganistan, bermunculan kelompok Islam yang melawan kehadiran Amerika
Serikat dan sekutu Baratnya. Semua kelompok perlawanan itu menggunakan bendera
Taliban. Sampai detik ini tidak ada yang bisa memprediksi apalagi memastikan, kapan perang
Afganistan berakhir.
6
Iwan Hadibroto et al., Loc Cit., hal. 88.
7
Iwan Hadibroto et al., Loc Cit. hal. 89.
2. Keberadaan Pengungsi Afganistan di Indonesia.
Persecution, serta terhentinya masyarakat setempat. Hal tersebut membuat banyak warga sipil
mengambil keputusan untuk mencari perlindungan ke Negara atau benua lain. Negara yang
dituju adalah Australia, Eropa, Amerika Serikat. Namun Australia membatasi jumlah
pengungsi yang boleh masuk pertahun sebanyak 18.750 orang, Tapi pembatasan tersebut
fleksibel jika dibutuhkan, sesuai keadaan internasional. 8 Penyebaran pengungsi tidak merata
ke seluruh dunia, menurut data UNHCR, akibat perang dan konflik bersenjata di Suriah,
Afganistan, Burundi dan Sudan Selatan jumlah pengungsi tahun 2020 mencapai 79,5 juta
orang.9
negara penampung adalah negara miskin, yang tidak mampu memberikan bantuan
pengungsi, melainkan ketimpangan, bahwa negara paling kaya menerima dan menampung
pengungsi paling sedikit dan memberikan bantuan paling sedikit juga. Sekretaris Jenderal
dan orang-orang tidak mendapatkan makanan cukup’’. Per Juli 2020, terdapat 13.653
pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar oleh UNHCR di Indonesia, dimana 3375 orang
merupakan pencari suaka dan 10.278 orang merupakan pengungsi. Dari jumlah tersebut,
terdapat 73% laki-laki dan 27% perempuan. Di antara pengungsi dan pencari suaka yang
8
Reuters, CNN Indonesia, Australia Akan Terima Lebih Banyak Pengungsi Irak dan Suriah, 2015 diakses 02
Desember 2020, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150907065532-113-76995/australia-akan-
terima-lebih-banyak-pengungsi-irak-dan-suriah.
9
Hidayat Kusumadinata, Swarakyat.id, UNHCR Catat Pengungsi Asing di Indonesia Capai 13.653 Orang,
diakses pada 02 Desember 2020, https://swarakyat.id/unhcr-catat-pengungsi-asing-di-indonesia-capai-13653-
orang.
terdaftar, terdapat 28% anak-anak, Afganistan, Myanmar, Sri Lanka, Pakistan, Iran, dan Irak
merupakan negara-negara asal utama para pengungsi dan pencari suaka yang terdapat di
Indonesia.10
Para korban ini kebanyakan tidak berhasil mencapai negara tujuannya dan terdampar di
telah kehilangan nyawa sebelum mencapai tujuan. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia memfasilitasi para korban ini dengan pihak imigrasi yang
Imigrasi tidak dapat langsung mengambil tindakan untuk melakukan prosedur secara
internasional karena Indonesia belum meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol
1967.
Meskipun bukan menjadi bagian dari Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967
tentang Pengungsi, Indonesia tetap harus mematuhi standar perlindungan pengungsi yang
ditetapkan dalam konvensi tentang pengungsi telah menjadi bagian dari hukum internasional
Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar
Negeri (Perpres 125/2016). Perpres ini menyatakan bahwa Pemerintah memberikan izin
tinggal bagi pengungsi dan pencari suaka di Rumah Detensi Imigrasi (RUDENIM) hingga
prosedur Refugee Status Determination (RSD) selesai. Rumah Detensi Imigrasi adalah unit
sementara bagi orang asing yang melanggar Undang-Undang Imigrasi yang telah direvisi.
Bab III Undang-Undang ini menyatakan mengenai di mana Rumah Detensi Imigrasi
(Rudenim) bisa dibangun, kondisi yang menyebabkan seseorang ditempatkan dalam rumah
detensi dalam jangka waktu penahanan yang tidak ditentukan, kondisi ini memberikan efek
10
UNHCR, Indonesia Data Report, 2020, diakses dari https://www.unhcr.org/id/figures-at-a-glance.
penumpukkan pengungsi dan pencari suaka di Indonesia.11
Konvensi Tahun 1951 dan Protokol Tahun 1967 tentang Pengungsi dijelaskan bahwa
setiap pengungsi wajib dilindungi dan dipenuhi hak-hak dasarnya, hak seperti terhindar dari
diskriminasi oleh pemerintah setempat, hak untuk bebas beragama, hak untuk mendapatkan
tempat tinggal, hak untuk dilindungi oleh hukum setempat, hak untuk karya seni
perindustrian, hak berserikat, hak untuk mendapatkan akses ke pengadilan, hak untuk
bekerja, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan surat identitas dan
dokumen perjalanan, hak untuk memiliki aset yang bergerak maupun berupa properti.12
Aturan di Indonesia untuk para pengungsi dan pencari suaka hanya diberikan hak untuk
tinggal dan menunggu proses penanganan diselesaikan oleh UNHCR, dan akses terhadap
hak-hak mereka yang sesuai dengan Konvensi Tahun 1951 dan Protokol Tahun 1967 tentang
berpotensi menimbulkan friksi antara aturan dalam Konvensi Tahun 1951 dengan Protokol
Tahun 1967 dengan aturan yang berlaku di Indonesia karena dalam pelaksanaannya UNHCR
akan memberikan penanganan yang sesuai dengan standar Konvensi Tahun 1951 dan
Protokol Tahun 1967 yang tidak berlaku dalam aturan penanganan pengungsi di Indonesia.13
Berdasarkan hasil penelitian, maka data dan informasi yang penulis dari hasil wawancara
dengan salah satu staff UNHCR, di Jakarta, penulis peroleh mengenai peranan UNHCR
(United Nations High Commision For Refugees) dalam merelokasi pengungsi Afganistan di
berdasarkan jumlah dan kedatangan pengungsi di Indonesia dan proses merelokasi dari
11
Novianti, Implementasi Perpres No. 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri,
November 2019, NEGARA HUKUM, Vol. 10, No. 2,hal 4.
12
Fadli Afriandi dan Yusnarida Eka Nizmi, Op Cit. hal. 2.
13
Ibid
Indonesia ke Australia. Jumlah kedatangan pengungsi di Indonesia dari tahun 2016-2020
mengalami peningkatan. Dan menurut Any Maymann sebagai Kepala Perwakilan UNHCR di
Indonesia per juli 2020 ada sekitar 13.653 pengungsi di Indonesia. Hal yang menjadi
penyebab adanya kenaikan jumlah pengungsi tersebut adalah kondisi negara asal pengungsi
Menurut hemat penulis dengan jumlah kedatangan pengungsi yang terus mengalami
peningkatan, sudah sepantasnya upaya yang diberikan guna melindungi para pengungsi harus
sesuai dengan jumlah dan kebutuhan dari para pengungsi tersebut. Upaya dan perlindungan
yang dibutuhkan oleh para pengungsi diharapkan dapat diberikan oleh negara maupun oleh
lembaga internasional seperti UNHCR. Upaya dan perlindungan bisa dilakukan dengan
adalah bagian terakhir penanganan pengungsi yang dilakukan oleh UNHCR. Upaya dan
perlindungan yang diberikan pun harus sesuai dengan prosedur dan aturan yang sudah
diberlakukan baik dari pihak negara yang ingin merelokasi pengungsi maupun negara ketiga.
Dalam periode akhir tahun 2019, sebanyak 663 pengungsi di Indonesia telah menjalani
Pemberian status pengungsi juga didasarkan pada kemanusiaan terhadap para pencari
suaka yang telah mengalami persekusi. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bahwa
selama dalam penentuan apakah pencari suaka dapat diberikan status pengungsi sesuai
dengan definisi yang ada, maka negara dimana pencari suaka itu datang berkewajiban untuk
menerima pencari suaka tersebut di negaranya dan tidak diperbolehkan untuk mengusir
mereka kembali ke negara asalnya, hal tersebut adalah sesuai dengan prinsip yang ada dalam
14
Supra catatan kaki nomor 83.
15
Suwanti, Antara News, 663 Pengungsi Transit di Indonesia Jalani “Ressettlement” selama 2019, diakses
pada 02 Desember 2020, https://www.antaranews.com/berita/1269265/663-pengungsi-transit-di-indonesia-
jalani-resettlement-selama-2019.
Non-refoulement: Tidak ada negara pihak yang akan mengusir atau mengembalikan
(refouler) pengungsi dengan cara apa pun ke perbatasan wilayah- wilayah di mana hidup atau
kebebasannya akan terancam karena ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjabarkan mengenai prosedur untuk merelokasi
belum memiliki status sebagai pengungsi, namun statusnya adalah sebagai pencari suaka.
Yang harus dilakukan oleh para calon pengungsi agar mendapatkan status sebagai pengungsi
adalah para calon pengungsi harus datang terlebih dahulu ke kantor UNHCR untuk
diregistrasi. Setelah pencari suaka diregistrasi, mereka akan mendapatkan sebuah sertifikat
yang menyatakan bahwa mereka adalah Asylum seekers. Kemudian mereka akan diberikan
jadwal untuk kembali ke kantor UNHCR untuk dilakukan wawancara (interview). Interview
artinya proses penentuan status pengungsinya dimulai. Jadwal untuk dilakukannya interview
bisa menunggu sampai waktu berbulan bulan karena jumlah pengungsi dan pencari suaka di
Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 13.653 orang. Setelah calon para pengungsi datang
interview, mereka akan diinterview oleh staff UNHCR yang melakukan penentuan status
pengungsi, dibantu dengan penerjemah dengan bahasa calon para pengungsi berasal karena
penentuan status pengungsi harus mendalam dan mendetail yang disebut sebagai Penentuan
Status Pengungsi atau Refugee Status Determination (RSD). Setelah selesai interview, calon
Informasi yang detail dan mendalam maksudnya adalah para calon pengungsi harus
memenuhi lima persyaratan sebagai pengungsi yakni ras, agama, kebangsaan, pendapat
politik dan kelompok sosial. Jika dari hasil interview tidak ada tanda tanda dari kelima hal
tersebut maka hasil interviewnya memutuskan bahwa calon para pengungsi tidak
16
Pasal 33 ayat (1) Konvensi 1951 mengenai Status Pengungsi.
mendapatkan status pengungsi atau di reject. Calon para pengungsi yang di reject mempunyai
kesempatan lagi untuk dilakukannya banding untuk diulang sekali lagi interviewnya. Jika
sudah dua kali interview dan hasilnya adalah ditolak permintaan sebagai pengungsi, mereka
dikatakan bukan sebagai pengungsi dan masalahnya akan ditutup (case closed) dan mereka
akan dikembalikan kepada negara, dalam hal ini imigrasi untuk kemudian akan
ditindaklanjuti. Biasanya kalau yang mendapatkan 2 kali penolakan itu terbukti adalah
migran ekonomi dan bukan alasan karena penganiayaan di negara mereka berasal. Mereka
pergi dari negaranya karena untuk mencari kesempatan ekonomi yang lebih baik dan bisa
dipulangkan karena keadaan negaranya aman. Bagi mereka yang mendapatkan status
pengungsi, UNHCR akan mencarikan satu dari tiga solusi jangka panjaang. Solusi yang dapat
diberikan adalah penempatan di negara ketiga. Namun penempatan di negara ketiga ini
sangat kecil karena menurut UNHCR jumlah pengungsi di dunia sebanyak 79,5 Juta
pengungsi, dan untuk resettlement space hanya ada 1%. UNHCR hanya menyampaikan
sebatas masalah (case) pengungsi kepada calon negara penerima atau negara ketiga dan
hanya 27 Negara di dunia yang mau menampung pengungsi dari negara lain yang me-
resettlement. Negara yang me-resettlement dari Indonesia hanya sebagian kecil yakni
Australia,Amerika Serikat, New Zealand, dan Kanada yang di Eropa yaitu di Jerman,
Norwegia, Swedia.Australia saat ini membatasi jumlah pengungsi yang mereka terima
menjadi 13750 orang pertahun nya .17 Jika case itu diterima oleh negara penerima, UNHCR
akan melakukan analisa dan melakukan penelitian (Research) untuk mengetahui apakah
negara ketiga menerima atau tidak. Seandainya pengungsi ditolak di negara ketiga, UNHCR
akan mengajukan ke negara lain, sampai ada negara yang mau menerima pengungi di
Organization for Migration). Pasal 1 dari konstitusi IOM memberikan mandat bagi IOM
17
Eri Hendly, Abc News, Aktivis Pertanyakan Keputusan Australia Mengurangi Penerimaan Pengungsi, 2020,
diakses pada 02 Desember 2020, https://www.abc.net.au/indonesian/2020-10-07/australia-mengurangi-
jumlah-pengungsi-di-tengah-pandemi-covid-19/12739420.
untuk memusatkan perhatiannya para pemindahan pengungsi lokal dan internasional dan
pengaturannya dapat dapat diatur antara IOM dan Negara-negara yang bersangkutan,
terutama ke Australia, Selandia Baru dan Jerman. Dalam hal ini UNHCR bekerja sama
dengan IOM . Bantuan resettlement IOM meliputi juga pemeriksaan kesehatan dan bantuan
Selain Resettlement, ada opsi lain yang bisa ditawarkan oleh UNHCR yakni integrasi
lokal. Namun integrasi lokal di Indonesia tidak ada kerangka hukum yang mengatur secara
jelas mengenai hal ini dan pemerintah Indonesia tidak mengizinkan adanya integrasi lokal.
syaratnya harus negara yang bersangkutan sudah aman dan ancamannya sudah tidak ada. Jika
ancamannya masih ada, UNHCR tidak akan membiarkan pengungsi kembali ke negaranya,
artinya opsinya sangat terbatas. Jika terjadi pemulangan kembali ke negara pengungsi.
permukiman lokal, dan pemukiman kembali di negara ketiga. Penangan melalui repratiasi
sukarela sangat bergantung pada faktor kondisi di negara asal yang kondusif.18
wilayah pedesaan maupun kota kepada pengungsi. Bagi pengungsi yang tidak dapat kembali
ke negara asal atau tidak merasa aman di negara yang menampungnya, satu-satunya solusi
adalah dimukimkan di negara ketiga. Pada tahun 1996 sekitar 35.000 pengungsi dari sekitar
18
Joko Setiyono, Kontribusi UNHCR dalam Penanganan Pengungsi Internasional di Indonesia, Masalah -
Masalah Hukum, Jilid 46 No. 3, Juli 2017, hal. 275-281.
19
Ibid.
UNHCR mengidentifikasi berbagai faktor penyebab terjadinya pengungsian
dan aparat keamanan penyebab terjadinya berbagai pelanggaran HAM, yang pada akhirnya
Utamanya yang terkait dengan miskinnya suatu negara, krisis ekonomi berkepanjangan,
kelaparan, wabah penyakit meluas, kriminalitas meningkat tajam, dan berbagai dampak
negatif lainnya, membuat rakyat lebih memilih untuk meninggalkan negara asalnya dan
mencari penghidupan tempat di negara lain sebagai tempat mengungsi. Faktor agama juga
sebagaimana terjadi pada pengungsi Palestina, Afghanistan, Etnis Rohingya, dan pengungsi
eks Timor Timur. Selain itu, perang juga merupakan faktor terbesar penyebab pengungsian
perang yang berkepanjanjangan ke negara lain yang aman, seperti halnya peperangan yang
Indonesia mulai menghadapi persoalan pengungsi yang serius pada tahun 1975, dimana
negara lain, sebagai akibat dari pergantian rezim di wilayah tersebut. Kebanyakan dari
mereka, terutama dari Vietnam, menggunakan jalan laut sampai di wilayah Indonesia. Terkait
hal tersebut, setelah berkoordinasi dengan UNHCR, pemerintah Indonesia menjadikan Pulau
Galang sebagai tempat penampungan para pengungsi. Peran UNHCR atas pengungsi
tersebut, dilakukan untuk mencari solusi efektif melalui fungsi inisiator, fasilitator, dan
determinan.
Peran dan tanggung jawab UNHCR terkait dengan pemulangan sukarela telah
dikembangkan selama beberapa dekade melalui teks, instrumen, dan praktik. Dalam proses
ini, mandat UNHCR telah disempurnakan dan diperpanjang, dari pertimbangan awal bahwa
tanggung jawab UNHCR berakhir ketika para repatrian melintasi perbatasan kembali ke
negara asalnya, hingga keterlibatan substantif terkait dengan mengamankan perlindungan dan
memberikan bantuan kepada para pengungsi yang kembali di negara tersebut. asli.20
Beberapa instrumen yang menjadi asal mandat UNHCR untuk pemulangan sukarela,
seperti Konvensi 1951 yang Berkaitan dengan Status Pengungsi, memiliki kekuatan hukum
dan mengikat negara-negara yang menandatangani dan meratifikasi mereka. Lainnya, seperti
Resolusi Majelis Umum yang relevan dan Kesimpulan Komite Eksekutif, termasuk dalam
kategori "hukum lunak". Meskipun tidak mengikat secara hukum, mereka tetap menandakan
konsensus internasional.21
UNHCR tidak bisa ikut mengintervensi atau keputusan ada pada negara penerima atau
negara ketiga apakah permintaan meresettle pengungsi diterima atau ditolak. Dan kesulitan
lain secara global adalah karena hanya ada 25 sampai 27 negara saja yang mau menerima
pengungsi. dari 21 juta pengungsi hanya 1% tempat untuk merelokasi. Jadi artinya sangat
sedikit pengungsi bisa mendapatkan tempat di negara ketiga. Dan juga setiap negara punya
kebijakan sendiri dan punya pertimbangan masing-masing. Banyak negara-negara yang mau
menerima pengungsi tapi berbanding lurus dengan negara-negara yang tidak mau menerima
pengungsi. negara-negara yang tidak mau menerima pengungsi biasanya alasannya karena
khawatir akan mengancam national security negara ketiga atau negara penerima.
untuk memberi perlindungan dan memberikan rasa aman dan nyaman terhadap para
20
UNHCR, Handbook, Voluntary Repatriation: International Protection, United Nations High Commissioner
For Refugees Geneva, 1996.
21
Ibid
pengungsi yang ke luar dari negaranya karena tidak mendapat perlindungan sebagaimana
mestinya. Patut dikemukakan bahwa kedudukan sebagai pengungsi tidak berlaku abadi,
artinya bisa berhenti, persoalan yang timbul adalah jangan sampai pengungsi itu bisa
dirugikan statusnya sebagai pengungsi secara sewenang-wenang. Oleh karenanya pula, maka
setiap pengungsi berkewajiban untuk mematuhi semua hukum dan peraturan atau ketentuan-
ketentuan untuk menciptakan ketertiban umum di negara dimana dia berada atau
ditempatkan. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 telah menentukan siapa yang dapat diakui
sebagai pengungsi. Penetapan status sebagai pengungsi sangat penting, untuk dapat
menikmati hak-hak yang ditentukan Konvensi 1951 dan Protokol 1967 atau tunduk pada
kewenangan UNHCR.