PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai
komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat
lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.
Pada orang dewasa, osteomilitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran darah,
namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomielitis sangan resisten terhadap
pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan
drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.
1
5. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
6. Apa yang menjadi factor resiko dari osteomielitis?
7. Apa manifestasi klinis dari osteomielitis?
8. Apa pemeriksaan penunjang dari osteomielitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari osteomielitis?
10. Bagaimana komplikasi yang dapat di timbulkan dari osteomielitis?
11. Bagaimana asuhan keperaawatan yang di berikan ke pasien dengan osteomielitis?
1.3TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi tulang.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari osteomielitis.
4. Untuk mengetahui apa etiologi dari osteomielitis.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari osteomielitis.
6. Untuk mengetahui apa yang menjadi factor resiko dari osteomielitis.
7. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari osteomielitis.
8. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang dari osteomielitis.
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari osteomielitis.
10. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi yang dapat di timbulkan dari osteomielitis.
11. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperaawatan yang di berikan ke pasien dengan
osteomielitis.
2
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1ANATOMI FISIOLOGI
1. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan
humerus, Ujung tulang panjang dinamakan epifisis. Plat epifisis memisahkan epifisis
dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada
orang dewasa mengalami klasifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago
artikular pada sendi-sendinya. Sedangkan, daearah batas disebut diafisis dan daerah
yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu
daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena
daerah ini merupakan daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh
darah. Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan
menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. Tulang panjang disusun untuk menyagga
berat badan dan gerakan.
2. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vetebra dan tulang-tulang karpal
3. Tulang pipih
Yang termaasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang
pelvis.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan
bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh
periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal dari orang dewasa, yang memungkinkan
penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
3
.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1. Osteoblast
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim yang
sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas dapat
memproduksi sunstansi organik intraseluler atau matriks, dimana kalsifikasi terjadi di
kemidian hari. Tulang baru dibentuk oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan
mineral pada matriks tulang bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
terperangkap dalam matriks tulang yg mengandung mineral.
2. Osteosit
3. Osteoclast
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengan
sifat dan fungsi resorpsi serta mengeluarkan tulang.
4
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang dinamakan periosteum.
Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan memungkinkannya tumbuh selain sebagai
tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan
sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sum-sum tulang
panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas melarutkan tulang untuk
memelihara rongga sum-sum terletak dekat endosteum dan dalam lakuna howship.
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum tulang panjang
dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di dalam sternum vertebra
dan rusuk pada tulang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.
Pada orang dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning.
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama,
yaitu:
2.2 DEFINIS
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves, 2001).
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur). (Arif mansjoer, 2002).
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis. (Price
and wilson, 2005). Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002)
5
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (M. tuberkulosa, jamur ). Menurut perjalanan
waktunya, osteomielitis dikategorikan atas akut, sub-akut, atau kronik dengan pembagian
pada tiap tipe berdasarkan onset penyakit (timbulnya infeksi). Osteomielitis akut berkembang
dalam dua minggu setelah onset penyakit, sedangkan osteomielitis sub-akut dalam dua
minggu sampai tiga bulan dan osteomielitis kronik setelah lebih dari tiga bulan.
2.3 KLASIFIKASI
Ross dan Cole (1985) membagi lesi-lesi ini sebagai yang bersifat agresif atau rongga
di dalam daerah metafisis atau diafisis. Klasifikasi ini membantu dalam perencanaan
pengobatan sebagai lesi yang sifatnya menyerang yang seharusnya diobati dengan
pembedahan untuk mendiagnosisnya.
6
Gledhill mengklasifikasikan osteomyelitis subakut berdasarkan gambaran
radiologinya (1973), dan klasifikasi ini telah dimodifikasi oleh Robert, dkk pada tahun 1982.
Klasifikasi ini berguna untuk pelaporan hasil pengobatan berdasarkan lokasi dan ini bukan
merupakan suatu prognosis atau rencana pengobatan.
2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organism
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen
subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokusaureus dan umumnya berlokasi
dibagian distal femur dan proksimal tibia.
3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga
dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi padatulang. Bakteri
penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75%), atau E.colli,
Proteus atau Pseudomonas
2.4 ETIOLOGI
8
Organisme spesifik yang diisolasi dari osteomielitis seringkali dihubungkan dengan
usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang menyertainya (trauma atau riwayat operasi).
Staphylococcus aureus terlibat pada kebanyakan pasien dengan osteomielitis hematogenous
akut dan bertangguang jawab atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat. Penyebab
osteomielitis pada anak-anak ialah Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%),
Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella typhi dan Escherichia coli (1-2%). Bakteri
penyebab osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus (75%), atau Escherichia coli,
Proteus atau Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab
utama osteomielitis kronik pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implan.
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses spesifik, oleh jamur
seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat kronik. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh virus.
2.5 PATOFISIOLOGI
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama( akut
fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
supervisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peingkatan tekanan jaringan dan medulla. Inveksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan kebawah poriesteum dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya. Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses
pada tulang.
9
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan
abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
PATHWAY
osteomilitis
fagositosis
Osteomielitis biasanya tidak membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi beberapa orang
memiliki resiko lebih untuk terkena penyakit ini, resiko tersebut adalah :
11
Diabetes mellitus
Pasien yang mendapat hemodialisis
Orang yang daya tahan tubuhnya lemah/buruk
Sickel cell disease
Penyalahguna obat – obatan IV
Orang tua.
Alkoholisme
Penggunaan steroid jangka panjang
Penyakit sendi kronik
Trauma (pembedahan ortopedi atau fraktur terbuka)
Pemakaian prosthetic ortopedi
Pada awal penyakit, gejala sistemik seperti febris, anoreksia, dan malaise menonjol,
sedangkan gejala lokal seperti pembengkakan atau selulitis belum tampak. Pada masa ini
dapat terjadi salah diagnosis sebagai demam tifoid. Nyeri spontan lokal yang mungkin
12
disertai nyeri tekan dan sedikit pembengkakan serta kesukaran gerak dari ekstremitas
yang terkena, merupakan gejala osteomielitis hematogen akut. Pada anak – anak,
seringkali orang tua baru menyadari setelah anak tampak tidak mau menggunakan salah
satu anggota geraknya atau tidak mau disentuh. Mungkin saja sebelumnya didapatkan
riwayat infeksi seperti kaki yang terluka, nyeri tenggorokan, atau keluarnya cairan dari
telinga.
Pada bayi baru lahir, bayi tampak gelisah, dan irritable. Biasanya lebih sering terjadi
pada bayi dengan ’risiko tinggi’ seperti prematur, berat badan kurang, bayi riwayat
persalinan yang sulit atau pemasangan kateter arteri tali pusat.
Pada orang dewasa, predileksi tempat tersering adalah pada vertebra thorakolumbal.
Dapat saja menyerang penderita dengan riwayat masalah pada traktus urinarius. Nyeri
lokal bukanlah gejala yang menonjol, dan pemeriksaan x ray baru akan berarti beberapa
minggu kemudian. Tulang pada daerah lain biasanya terlibat pada penderita Diabetes
Mellitus, malnutrisi, ketergantungan obat, dan imunodefisiensi.
Bentuk kronik dari osteomielitis seringkali timbul pada dewasa. Umumnya infeksi
tulang ini merupakan infeksi sekunder dari luka terbuka, dan paling sering pada trauma
terbuka pada tulang dan jaringan sekitarnya. Biasanya terdapat riwayat osteomilitis pada
penderita. Nyeri tulang yang terlokalisir, kemerahan, dan drainase disekitar area yang
terkena seringkali timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau
sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan, deformitas, instabilitas, dan tanda-tanda dari
gangguan vaskularisasi, jangkauan gerakan, dan status neurologis. Mungkin dapat
ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar.
13
2.8PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah : Sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai peningkatan
laju endap darah ; pemeriksaan titer antibody anti- stafilo- kokus; pemeriksaan kultur
darah untuk menentukan jenis bakterinya ( 50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas. Selain itu, harus diperiksa adanya penyakit anemia sel sabit yang
merupakan jenis osteomielitis yang jarang terjadi.
Pemeriksaan feses: Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan bila terdapat kecurigaan
infeksi olehh bakteri Salmonela.
Pemeriksaan biopsy
Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama, tidak ditemukan kelainan
radiologis yang berarti, dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah 10 hari (2 minggu). Pemeriksaan
radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah lesi.
Diagnosis dari osteomielitis pada awalnya didasarkan pada penemuan klinik, melalui
data dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium memberikan
data dimana respon terapi dapat diukur. Lekositosis, peningkatan laju endap darah, dan C-
reaktif protein harus diperhatikan. Kultur darah akan positif pada setengah dari anak-anak
dengan osteomielitis akut.
Jika tulang teraba, maka evaluasi mikrobiologi dan histologi langsung dilakukan
untuk mengkonfirmasi terdapatnya osteomielitis, setelah itu pengobatannya. Pemeriksaan
penunjang lainnya tidak diperlukan lagi.
14
1. Radiografi
Dalam osteomielitis pada ekstremitas, foto radiografi polos dan scintigrafi tulang
adalah alat pemeriksaan utama. Bukti radiograf dari osteomielitis tidak akan muncul sampai
kira-kira dua minggu setelah onset dari infeksi.
Kuman biasanya bersarang dalam spongiosa metafisis dan membentuk pus sehingga
timbul abses. Pus menjalar ke arah diafisis dan korteks, mengangkat periost dan kadang-
kadang menembusnya. Pus meluas di daerah periost dan pada tempat-tempat tertentu
membentuk fokus skunder. Nekrosis tulang yang timbul dapat luas dan terbentuk sekuester.
Periost yang terangkat oleh pus kemudian akan membentuk tulang di bawahnya, yang dikenal
sebagai reaksi periosteal. Juga di dalam tulang itu sendiri dibentuk tulang baru, baik pada
trabekula dan korteks, sehingga tulang terlihat lebih opak dan dikenal sebagai sklerosis.
15
Tulang yang dibentuk di bawah periost ini membentuk bungkus bagi tulang yang lama dan
disebut involukrum. Involukrum ini pada berbagai tempat terdapat lubang tempat pus keluar,
yang disebut kloaka.
Seringkali reaksi periosteal yang terlihat lebih dahulu, baru kemudian terlihat daerah-
daerah yang berdensitas lebih rendah pada tulang yang menunjukkan adanya dekstruksi
tulang, dan disebut rarefikasi.
Pada osteomielitis kronik tulang akan menjadi tebal dan sklerotik dengan gambaran
hilangnya batas antara korteks dan medula. Dalam tulang yang terinfeksi akan terdapat
sekuestra dan area destruksi. Kadang-kadang suatu abses, dikenal dengan brodie’s abscess
akan terlihat sebagai daerah lusen yang dikelilingi area sklerotik.
2. Scintigrafi tulang
Untuk pencitraan nuclir, Technetium Tc-99m metilen difosfonat adalah agen pilihan
utama. Sensitivitas pemeriksaan ini terbatas pada minggu pertama dan sama sekali tidak
spesifik.
16
Magnetic resonance imaging (MRI) sangat membantu dalam mendeteksi
osteomielitis. MRI lebih unggul jika dibandingkan dengan radiografi, CT scan dan scintigrafi
tulang MRI memiliki sensitifitas 90-100% dalam mendeteksi osteomielitis. MRI juga
memberikan gambaran resolusi ruang anatomi dari perluasan infeksi.
2.9 PENATALAKSANAAN
17
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan agar mampu melakukan tindakan kolaboratif adalah
sebagai berkut :
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena diistirahatkan dan
segera berikan antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif
maupun gram negatif diberikan langsung sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah penderita.
Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan, dianjurkan untuk
mengebor tulang yang terkena.
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan
intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman dan resistensinya.
Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian
diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu.
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa dekstruksi
sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis kronik.
18
a. Adanya abses.
b. Rasa sakit yang hebat.
c. Adanya sekuester.
d. Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
(karsinoma epidermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum
telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Literatur yang ada tidak dapat mendukung pengobatan pada orang dewasa,
dikarenakan penyakit ini paling banyak menyerang kelompok usia anak. Operasi
diindikasikan dalam pengobatan pada orang dewasa.
19
2.9.2 Osteomielitis kronik
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
20
2.10 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik sehingga
resiko komplikasi dapat dihindari adalah sebagai berikut.
21
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan system
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
22
2.) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka
umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan
fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis
akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses
supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi
akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes
mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial – spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis, akan
timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang dapat mengganggu keseimbangan, dan
apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien
osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa
cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan
citra diri).
23
a.) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
b.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).
c.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan komplikasi
septicemia.
2. B1 (Breathing)
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan
pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas tambahan.
3. B2 (Blood)
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan S2 tunggal,
tidak ada murmur.
4. B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
5. B4 (Bladder)
Pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah, karakteristik,dan berat
jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system ini.
6. B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi, turgor
baik, hepar tidak teraba. Perkusi, suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi, peristaltik usus normal (20x/menit). Inguinal-genitalia-anus : tidak ada
hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan
Metabolisme: klien osteomelitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-hari, sperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap nutrisi klien dapat membantu
menentukan penyebab masalah musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri pada
osteomelitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang. Pola eliminasi: tidak ada gangguan eliminasi, tetapi tetap perlu
dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau fases. Pada pola berkemih, dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumalah urine.
7. B6 (Bone).
Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan menggangu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
25
3.3 DIAGNOSA
3.4 INTERVENSI
Intervensi Rasional
1 Kaji nyeri dengan skala 0-10 1 Nyeri merupakan respon subyaktif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya
di atas tingkat cidera.
2 Atur posisi imobilisasi pada 2 Imobilisasi yang adekuat dapat
daerah nyeri sendi atau nyeri mengurangi nyeri pada daerah nyeri
di tulang yang mengalami sendi atau nyeri di tulang yang
infeksi. mengalami infeksi.
3 Bantu klien dalam 3 Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
26
mengidentifikasi factor pergerakan sendi
pencetus.
4 Jelaskan dan bantu klien 4 Pendekatan dengan menggunakan
terkait dengan tindakan relaksasi dan tindakan nonfarmakologi
peredaran nyeri lain menunjukkan keefektifan dalam
nonfarmakologi dan mengurangi nyeri.
noninvasi.
27
Kriteria Hasil: Pasien mampu :
a. mempertahankan posisi fungsional.
b. meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
c. menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
1 Kaji derajat imobilitas yang 1 Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan
dihasilkan oleh diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
cedera/pengobatan dan aktual, memerlukan informasi, intervensi
perhatikan persepsi pasien untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
terhadap imobilisasi
2 Dorong partisipasi pada 2 Memberikan kesempatan untuk
aktivitas terapeutik/rekreasi. mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa
kontrol diri/harga diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial.
3 Instruksikan pasien 3 Meningkatkan aliran darah ke otot dan
untuk/bantu dalam rentang tulang untuk meningkatkan tonus otot,
gerak pasien mempertahankan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium
karena tidak digunakan.
4 Dorong penggunaan latihan 4 Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk
isometrik mulai dengan sendi atau menggerakkan tungkai dan
tungkai yang tak sakit. membantu mempertahankan kekuatan dan
masa otot.
5 Bantu/dorong perawatan 5 Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi,
diri/kebersihan (contoh: meningkatkan kontrol pasien dalam
mandi, mencukur. situasi, dan meningkatkan kesehatan diri
langsung.
28
menggunakan alat mobilitas. penting untuk mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan pasien.
Intervensi Rasional
1 Kaji kerusakan jaringan 1 Menjadi data dasar untuk memberi
lunak informasi tentang intervensi perawatan
luka, alat, dan jenis larutan apa yang
akan digunakan.
29
kronis akibat perban yang kering oleh
pus.
4 Larutkan pembilasan luka 4 Tehnik membuang jaringan dan kuman
dari arah dalam keluar diarea luka sehingga keluar dari area
dengan larutan NaCl. luka.
5 Tutup luka dengan kasa steril 5 NaCl merupakan larutan fisiologis yang
atau kompres dengan NaCl lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan
yang dicampur dengan daripada larutan antiseptik. NaCl yang
antibiotik. dicampur dengan antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan luka akibat
infeksi osteomielitis.
6 Lakukan nekrotomi pada 6 Jaringan nekrotik dapat menghambat
jaringan yang sudah mati. penyembuhan luka.
7 Rawat luka setiap hari atau 7 Memberi rasa nyaman pada klien dan
setiap kali bila pembalut dapat membantu meningkatkan
basah atau kotor. pertumbuhan jaringan luka.
8 Hindari pemakaian peralatan 8 Pengendalian infeksi nosokomial
perawatan luka yang sudah dengan menghindari kontaminasi
kontak dengan klien langsung dari perawatan luka yang tidak
osteomielitis, jangan steril.
digunakan lagi untuk
melakukan perawatan luka
pada klien lain.
9 Gunakan perban elastis dan 9 Pada klien osteomielitis dengan
gips pada luka yang disertai kerusakan tulang, stabilitas formasi
kerusakan tulang atau tulang sangat labil. Gips dan perban
pembengkakan sendi. elastis dapat membantu memfiksasi dan
mengimobilisasi sehingga dapat
mengurangi nyeri.
10 Evaluasi perban elastis 10 Pemasangan perban elastis yang terlalu
terhadap resolusi edema. kuat dapat menyebabkan edema pada
daerah distal dan juga menambah nyeri
pada klien.
30
11 Evaluasi kerusakan jaringan 11 Adanya batasan waktu selama 7x24 jam
dan perkembangan dalam melakukan perawatan luka klien
pertumbuhan jaringan dan osteomielitis menjadi tolok ukur
lakukan perubahan intervensi keberhasilan intervensi yang diberikan.
bila pada waktu yang Apabila masih belum mencapai kriteria
ditetapkan tidak ada hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor
perkembangan pertumbuhan yang menghambat pertumbuhan
jaringan yang optimal. jaringan luka.
12 Kolaborasi dengan tim bedah 12 Bedah perbaikan terutama pada klien
untuk bedah perbaikan pada fraktur terbuka luas sehingga menjadi
kerusakan jaringan agar pintu masuk kuman yang ideal. Bedah
tingkat kesembuhan dapat perbaikan biasanya dilakukan setelah
dipercepat. masalah infeksi osteomielitis teratasi
13 Pemeriksaan kultur jaringan 13 Manajemen untuk menentukan
(pus) yang keluar dari luka antimikroba yang sesuai dengan kuman
yang sensitif atau resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik.
14 Pemberian antibiotik/ 14 Antimikroba yang sesuai dengan hasil
antimikroba kultur (reaksi sensitif) dapat membunuh
atau mematikan kuman yang
menginvasi jaringan tulang.
Intervensi Rasional
1 Pantau terhadap tanda 1 kewaspadaan terhadap hipertermia
hipertermia maligna (misalnya malignan dapat mencegah atau
31
demam, takipnea, aritmia, menurunkan respon hipermetabolik
perubahan tekanan darah, terhadap obat-obatan farmakologis yang
bercak pada kulit, kekakuan, digunakan selama pembedahan.
dan berkeringat banyak).
2 Pantau suhu minimal setiap 2 Regulasi suhu dapat mencapai atau
dua jam, sesuai dengan mempertahankan suhu tubuh yang
kebutuhan. Pantau warna kulit diinginkan selama intraoperasi.
dan suhu secara kontinu.
3 Pantau tanda vital 3 Pemantauan tanda vital seperti
pengumpulan dan analisis data
kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh
untuk menentukan serta mencegah
komplikasi.
intervensi Rasional
1 kaji ulang patologi, 1. memberikan dasar pengetahuan
prognosis dan harapan yang dimana pasien dapat membuat pilihan
akan datang informasi.
32
2 Memberikan dukung an
cara-cara mobilisasi dan 2. Sebagian besar osteomilitis
ambulasi sebagaimana yang memerlukan penopang selama proses pe-
dianjurkan oleh bagi- an nyembuhan sehingga keterlambatan pe-
fisioterapi. nyembuhan disebab- kan oleh
3 Memilah-milah aktif- itas penggunaan alat bantu yang kurang tepat.
yang bisa mandiri dan yang 3. Mengorganisasikan kegiatan yang
harus dibantu. diperlu kan dan siapa yang perlu
menolongnya. (apakah fisioterapi,
4 identifikasi tersedianya perawat atau ke- luarga).
sumber pelayanan di 4. Memberikan bantuan untuk
masyarakat , contoh tim memudahkan perawatan diri dan
rehabilitasi, pelayanan mendukung kemandirian . meningkatkan
perawatan dirumah perawatan diri optimal dan pemulihan
5 Ajarkan cara teknik balutan
secara steril dan dan teknik 5. Memudahkan perawatan diri dan
kompres hangat. menjaga terjadi infeksi secara mandri dan
optimal
Intervensi Rasionalisasi
33
4. Respon abdomen melipuit nadi, tekanan
4. Kaji respon abdomen setelah darah, dan pernapasan yang meningkat
beraktivitas 5. Kompres air hangat dapat mengurangi
5. Berikan kompres air hangat rasa nyeri
6. Meningkatkan daya tahan pasien,
6. Beri waktu istirahat yang cukup mencegah keletihan
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman
Tujuan : Pola tidur kembali normal
Kriteria hasil : Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya
kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
Intervensi Rasionalisasi
baru
4. Menurunkan kemungkinan bahwa
4. Cocokkan dengan teman
teman sekamar yang “burung
sekamar yang
hantu” dapat menunda pasien untuk
mempunyai pola tidur
terlelap atau menyebabkan
serupa dan kebutuhan
terbangun
malam hari
5. Dorong beberapa aktifitas
5. Aktivitas siang hari dapat
fisik pada siang hari,
membantu pasien menggunakan
jamin pasien berhenti
34
beraktifitas beberapa jam energi dan siap untuk tidur malam
sebelum tidur hari
6. Instruksikan tindakan
relaksasi 6. Membantu menginduksi tidur
7. Kurangi kebisingan dan
lampu
7. Memberikan situasi kondusif untuk
tidur
8. Gunakan pagar tempat
tidur sesuai indikasi, 8. Pagar tempat tidur memberikan
rendhkan tempat tidur keamanan dan dapat digunakan
bila mungkin untuk membantu merubah posisi
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
35
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise
umum).
4.2 SARAN
1. Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
osteomielitis.
2. Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
36
Donges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta
Price Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3.
Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Penerbit buku
kedokteran EGC: Jakarta
37