Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

KLASIFIKASI KUALITAS DAN NILAI KOMERSIAL GAHARU PADA KLASTER


PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN SORONG

(Quality Classification and Commercial Value of Agar Wood at Collector Merchant


Cluster in Sorong District)

Daud Womsiwor1, Petrus A. Dimara1 dan Wolfram Y. Mofu1


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, Papua Barat,
98314. Tlp/Fax: +62986211065.

Penulis Korespondensi: Email: dimarapetrus9@gmail.com
Diterima: 30 Jan 2018| Disetujui: 20 Feb 2018

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami klasifikasi kualitas dan nilai komersial dari jenis
gaharu pada klaster pedagang pengumpul di kabupaten Sorong yang berlangsung selama
dua bulang di tahun 2016 dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan kajian
lapangan dan proses wawancara kepada narasumber terkait aktivitas dan proses pemasaran
gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok gaharu antara lain:
gubal, kemedangan dan abuk yang selanjutnya dikelompokan menjadi: super, AB, teri,
sabah, TGC, kemedangan and abuk. Selanjutnya analisis nilai komersial berdasarkan sub
kelas, dibagi menjadi: double super/ king, super, kacang AB pas, kacang Ab, kacang
ABAB, teri tenggelam, teri A, teri B, teri C, sabah tenggelam/tua, sabah biasa, sabah
tanggung, TGC, medang A, medang B, abuk super, abuk medang dan abu kerokan dengan
kisaran nilai komersialnnya berkisar antara 5.000 hingga 200 juta per kilogramnya. Selain
itu terdapat lima klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong. Total pencari gaharu
plasma tercatat sebanyak 1.060 orang yang terdistribusi pada beberapa kabupaten/kota
antara lain: Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Provinsi
Papua Barat.
Kata kunci: Jenis gaharu, infenksi bakteri, kelas kualitas, nilai komersil, pedagang
pengumpul.
Abstract
This study objective was to understand quality classification and commersial value of agar
wood on the collective traders cluster in Sorong district. The study was conducted in two
months of 2016 by using descriptive method through field observation technique activity
and semi-structural interview in order to obtain information. Based on study result, it was
revealed that gaharu consisted of three groups: gubal, kemedangan and abuk. These then
grouped into seven quality class: super, AB, teri, sabah, TGC, kemedangan and abuk.
Commersial value analysis by sub class (18 classes) consisted of Double super/ King,
Super, Kacang AB Pas, Kacang Ab, Kacang ABAB, Teri Tenggelam, Teri A, Teri B, Teri C,
Sabah tenggelam/tua, Sabah biasa, Sabah tanggung, TGC, Medang A, Medang B, Abuk
Super, AbukMedang and Abu Kerokan with the range of commersial value about Rp 5,000
up to the Rp. 200,000,000 per kilograms. In addition, study has been indicated that the
legal collective traders cluster (license for collect and distribution) had five clusters in

19
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

sorong district. The Total of plasma agar wood seekers were 1,060 people and have been
distibuted in Sorong, South Sorong and Maybrat district of Papua Barat Province.
Keywords: Agar wood types, bacterial infection, quality class, commercial value, merchant
collector.
PENDAHULUAN
Selanjutnya dikatakan bahwa produk
Gaharu (Agarwood, Aloewood, gaharu, antara lain: berupa gubal,
Eaglewood atau Lign aloes) merupakan kedangan dan abuk. Gubal merupakan
hasil hutan bukan kayu yang memiliki kayu berwarna hitam atau hitam
nilai komersial tinggi berupa resin kecoklatan dan diperoleh dari pohon
dengan aroma wangi dan berwarna penghasil gaharu yang memiliki
kehitaman pada batang, cabang dan akar kandungan damar wangi beraroma kuat.
pada spesies dari genus Aquilaria, Sedangkan kemedangan adalah kayu
Gyrinops, Aetoxylon dan Gonystylus dari gaharu dengan kandungan damar wangi
famili Thymelaeaceae (Subashinghe dan dan aroma yang lemah serta memiliki
Hettiarachi 2015). penampakan fisik berwarna kecoklatan
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sampai abu – abu, memiliki serat kasar
sebagai respons dari mikroba yang masuk dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah
ke dalam jaringan yang terluka. Luka abuk gaharu yang merupakan serbuk kayu
pada tanaman berkayu dapat disebabkan hasil pengerokan atau sisa penghancuran
secara alami karena ada cabang dahan kayu gaharu.
yang patah atau kulit terkelupas, maupun Gaharu dimanfaatkan untuk hio/dupa,
secara sengaja dengan pengeboran dan bahan baku parfum, obat tradisional dan
penggergajian. Masuknya mikroba ke produk lainnya (Auri 2011). Permintaan
jaringan tanaman dianggap sebagai benda pasar yang tinggi terhadap gaharu
asing sehingga sel tanaman akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi
menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin hasil hutan bukan kayu ini di hutan alam
yang berfungsi sebagai pertahanan sangat tinggi dan tak terkendali, sehingga
terhadap serangan penyakit atau pada Kongres ke 13 Convention on
pathogen. Senyawa fitoaleksin tersebut International Trade in Endangered
dapat berupa resin berwarna coklat dan Species of Wild Fauna and Flora
beraroma harum, serta menumpuk pada (CITES) di Bangkok-Thailand, gaharu
pembuluh xylem dan floem untuk dimasukan dalam daftar Appendix II,
mencegah meluasnya luka ke jaringan terutama jenis gaharu yang dihasilkan
lain. Resin adalah getah (eksudat) yang dari genus Aquilaria dan Gyrinops
dikeluarkan oleh banyak jenis tumbuhan, (Wong et al. 2015). Itu artinya bahwa
terutama oleh jenis-jenis pohon runjung daftar genus ini tidak terancam
(conifer). Getah ini biasanya membeku, kepunahan, akan tetapi dimungkinkan
lambat atau segera, dan membentuk masa untuk terancam punah apabila
yang keras dan sedikit banyak transparan. perdagangan terus berlanjut tanpa ada
Resin dipakai orang terutama sebagai pengaturan atau regulasi dalam hal
bahan pernis, perekat, pelapis makanan pengendalian perdagangan, termasuk
agar mengkilap, bahan campuran dupa pengaturan kuota pemanfaatan gaharu
dan parfum (Semiadi dkk. 2010). yang berasal dari hutan alam. Auri (2012)
20
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

menyatakan bahwa rata-rata kuota ekspor Klasifikasi gaharu dilakukan


gaharu Indonesia mencapai 300 berdasarkan kelas, mutu dan spesifikasi
ton/tahun, sementara produksi gaharu di melalui pemisahan dalam bentuk
Indonesia hingga saat ini sekitar 10-20% chips/serpihan, teri, kacang dan abuk.
atau sekitar 30 - 60 ton/tahun (Asgarin Cara pemisahan mutu dilakukan melalui
2005). penilaian kayu gaharu, baik gubal,
Dari sisi sebaran tempat tumbuh di kemendangan dan abuk pada ciri yang
Indonesia, maka tumbuhan penghasil meliputi: ukuran, warna, bentuk dan
gaharu umumnya tumbuh di Pulau aroma. Penilaian terhadap ciri khas
Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, gaharu yang diperdagangkan dilakukan
Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua dengan cara memotong atau membakar
(Yuliansyah dkk. 2003). Di Papua kayu untuk mengetahui gaharu apakah
intensitas pemungutan kayu gubal dan aroma wangi tersebut kuat atau lemah.
kemedangan serta abuk gaharu semakin Apabila tercium aroma wanginya sangat
tinggi di beberapa daerah, seperti: kuat dan profil serat kayu agak halus dan
Jayapura, Wamena, Keerom, Manokwari, berwarna hitam hingga coklat tua, maka
Teluk Wondama dan Sorong (Dimara dapat dikelompokan menjadi gubal,
2011). sedangkan aroma wanginya lemah dan
Kabupaten Sorong, Sorong Selatan profil kayu kasar berwarna coklat muda
dan Maybrat merupakan wilayah yang hingga kuning adalah kemedangan.
memiliki potensi gaharu yang tumbuh Sedangkan abu merupakan ampas
dan tersebar di hutan alam, seperti: kerokan dari gubal dan kemedangan.
Aquilaria spp., dan Gyrinops spp. Kabupaten Sorong, Sorong Selatan
Pemanfaatan bagian dari pohon penghasil dan Maybrat di Provinsi Papua Barat
gaharu sejak dahulu telah dilakukan oleh merupakan daerah penghasil gaharu yang
masyarakat setempat, namun bentuk diperjualbelikan kepada klaster pedagang
penggunaannya masih sangat terbatas pengumpul di Kabupaten Sorong, namun
sesuai kondisi sosial masyarakat belum banyak informasi yang diketahui
setempat. Hal ini disebabkan karena tentang klasifikasi kualitas, nilai
masyarakat setempat hanya komersial, produksi pertahun serta proses
memanfaatkan beberapa bagian dari pengambilan gaharu dari alam oleh
pohon gaharu tersebut, seperti bagian plasma pengumpul, baik masyarakat
kulit batang sebagai cawat maupun pribumi atau masyarakat lainnya.
pembungkus bahan makan, (Dimara dan Penelitian ini bertujuan untuk:
Auri 2013). Selain dimanfaatkan secara mengetahui klasifikasi kualitas dan nilai
tradisional, masyarakat di Papua juga komersial serta produksi gaharu pada
telah melakukan perdagangan gaharu. tingkatan klaster pedagang pengumpul,
Gaharu yang diperoleh dari hutan alam mengetahui proses perizinan yang
dikumpulkan kemudian dijual ke dimiliki pada klaster pedagang
pedagang pengumpul dengan harga yang pengumpul serta mengetahui proses
bervariasi, karena belum ada standar pemanfaatan gaharu dari alam oleh
harga yang digunakan dalam tata niaga plasma pengumpul hingga penjualan
penjualan gaharu di Papua dan Papua kepada klaster pedagang pengumpul.
Barat khususnya.
21
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

METODE PENELITIAN a. Data Primer


Data primer yang dikumpulkan
Lokasi, Objek dan Meotode Penelitian
meliputi: klasifikasi kualitas dan
Penelitian ini dilaksanakan di nilai komersial pada klaster
Kabupaten Sorong terhadap klaster pedagang pengumpul, nilai produksi
pedagang pengumpul dan untuk plasma dalam kg/tahun serta pencari gaharu
pencari gaharu di alam pada Kabupaten dan proses untuk mendapatkan
Sorong, Sorong Selatan dan Maybrat gaharu mulai dari alam hingga
selama 2 bulan, Oktober s/d Desember pengolahan hasil untuk siap
2016. Yang menjadi Objek utama dalam dipasarkan.
penelitian ini adalah mengamati Data klasifikasi kualitas diambil
klasifikasi kualitas gaharu, nilai komersial berdasarkan pengamatan dengan
pada masing – masing sub kelas dan bantuan penuntun perdagangan
mendata hasil produksi dalam kg/tahun gaharu di Indonesia. Data lain yang
pada klaster pedagang pengumpul sebagai dibutuhkan adalah bentuk perizinan
pemegang izin pengumpulan dan terhadap pengusaha gaharu pada
peredaran dalam negeri di Kabupaten klaster pedagang pengumpul di
Sorong, termasuk pencari gaharu dan Kabupaten Sorong.
proses untuk mendapatkan gaharu mulai b. Data Sekunder
dari alam hingga pengolahan untuk siap Data sekunder diperoleh dari Balai
dipasarkan. Metode yang digunakan Besar Konservasi Sumber Daya
dalam penelitian ini adalah metode Alam Papua Barat di Sorong dan
deskriptif dengan teknik observasi pengusaha gaharu untuk mengetahui
lapangan serta wawancara semi potensi dan perdagangan gaharu di
struktural. Kabupaten Sorong, termasuk data
Pengambilan Contoh sekunder lainnya dari pustaka.

Sensus dilakukan terhadap pengusaha Variabel Pengamatan


gaharu Kabupaten Sorong yang memiliki Variabel pengamatan dalam penelitian
izin pengumpulan dan peredaran dalam ini meliputi:
negeri atau yang disebut sebagai klaster 1. Klasifikasi kualitas, nilai komersial
pedagang pengumpul sesuai data dari dan hasil produksi.
otoritas pengelola, yaitu Balai Besar Pengamatan klasifikasi kualitas,
Konservasi Sumber Daya Alam Papua meliputi: kelompok gaharu, klasifikasi
Barat di Sorong dan terhadap plasma kualitas dan sub klasikasi kualitas.
pengumpul gaharu dari alam, ditentukan Sedangkan yang diamati pada nilai
melalui responden contoh secara sengaja komersial gaharu adalah perjualan dari
(purposive) dengan intensitas sampling plasma pengumpul kepada klaster
10% dari 1.060 orang. pedagang pengumpul untuk tiap-tiap
Pengumpulan Data sub klasifikasi kualitas, antara lain:
double super/double king, super,
Data-data yang dikumpulkan di kacang ab pas, kacang ab, kacang
lapangan, meliputi: abab, teri tenggelam/tua, teri a, teri b,
teri c, Sabah tenggelam/tua, Sabah
22
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

biasa, sabah tanggung, tgc, medang a, Pemanenan yang dilakukan oleh


medang b, abu super, abu medang dan masyarakat lokal masih bersifat
abu kerokan. Pada hasil produksi tradisional, antara lain: mencabut,
diamati melalui data produksi pada mencacah maupun menebang
klaster pedagang pengumpul dan pohon yang telah membentuk
dirata-ratakan hasil produksinya per gubal atau kemedangan.
tahun dalam satuan kg/tahun. Pengamatannya dilakukan dengan
2. Perijinan dari Balai Besar Konservasi melihat beberapa cara yang sering
Sumber Daya Alam Papua Barat. digunakan masyarakat lokal, baik
Pengamatan ini dilakukan untuk untuk pengambilan gaharu dalam
mengkaji bentuk perijinan dari Balai bentuk gubal atau kemedangan.
Besar Konservasi Sumber Daya Alam d. Waktu pemanenan
Papua Barat kepada pengusaha gaharu Masyarakat lokal menjelajahi
pada klaster pedagang pengumpul di hutan alam untuk mencari pohon
Kabupaten Sorong. gaharu, hal ini disebabkan letak
3. Kegiatan pemanenan pohon gaharu pohon yang tumbuh menyebar
yang dilakukan masyarakat lokal pada pada hutan alam. Potensi pohon
hutan alam, meliputi: penghasil gaharu yang semakin
a. Daerah potensial gaharu dan Jenis menurun sangat mempengaruhi
Jenis, penyebaran Aquilaria spp. waktu pengambilan di hutan.
dan Wikstroemia spp. di hutan Pengukuran dilakukan dengan
alam Kabupaten Sorong dan menghitung jangka waktu
sekitarnya sangat bervariasi, (minggu/bulan) pengambilan oleh
sehingga mempengaruhi potensi di masyarakat.
beberapa daerah. Pengamatanan e. Usaha-usaha yang dilakukan
pada daerah penghasil gaharu masyarakat lokal untuk menjaga
dilakukan untuk menentukan jenis- mutu dan kualitas gaharu setelah
jenis Aquilaria spp. dan panen.
Wikstroemia spp. yang dipanen Pengamatan ini lebih ditunjukan
langsung dari hutan alam. pada pengetahuan lokal dan
b. Kriteria pemilihan jenis pohon pengalaman masyarakat pencari
penghasil gaharu gaharu. Pengukurannya dilakukan
Pohon gaharu yang telah terinfeksi dengan mengamati kearifan
oleh cendawan akan masyarakat lokal untuk menjaga
mempengaruhi proses fisiologis, kualitas gaharu, antara lain:
sehingga mengakibatkan penjemuran, pengasapan, dan
perubahan kondisi fisik pohon. penimbunan gubal atau
Pengukurannya dilakukan dengan kemedangan gaharu dalam tanah.
mengamati serat kayu, kondisi
Analisa Data
tajuk, serta warna batang yang
terinfeksi. Data pemanenan dan penentuan
c. Cara dan bentuk pengambilan kualitas gaharu akan dianalisis secara
gaharu deskriptif sesuai penemuan di lapangan,
sedangkan analisis tabulasi digunakan
23
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

untuk menentukan jumlah produksi super, sedangkan AB terbagi 2 sub klas,


gaharu yang diperdagangkan. yaitu: kacang A, kacang B, sedangkan teri
terbagi 4 sub klas, yaitu : teri tenggelam,
HASIL DAN PEMBAHASAN teri A, teri B, teri C.
Klasifikasi Kualitas dan Nilai Komersil Kemedangan, khusus untuk
serta Produksi Gaharu klasifikasi Sabah terbagi menjadi 2 sub
klas, yaitu sabah tenggelam dan sabah
Klasifikasi Kualitas Gaharu biasa. TGC hanya memiliki 1 sub klas
Menurut Asgarin 2005 bahwa TGC, sedangkan kemedangan
klasifikasi kualitas gaharu, terbagi dalam mempunyai 2 sub klas, yaitu medang A
kelompok gubal dan kemedangan. Dari dan medang B. Selanjutnya Abuk terbagi
klasifikasi, maka gubal sendiri dibagi 3 sub klas, yaitu: Abuk super, Abuk
dalam menjadi 3 bagian, yaitu Super, AB medang dan Abuk kerokan.
dan Teri. Sedangkan Kemedangan terbagi Dari hasil pengamatan pada klaster
4 bagian, yaitu Sabah, TGC, Kemedangan pedagang pengumpul di Kabupaten
dan Abuk. Selanjutnya di dalam Sorong dapatlah diklasifikasi kualitas
klasifikasi kualitas super terdapat 2 sub gaharu, seperti pada tabel berikut.
klas kualitas, yaitu double super dan
Tabel 1. Klasifikasi kualitas pada klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong tahun
2016.
Kelompok No. Klasifikasi Kualitas Gaharu Sub Kelas
Gaharu

I. Gubal 1. Super  Double super/ king


 Super
2. AB  Kacang AB pas
 Kacang AB
 Kacang ABAB
3. Teri  Teri tenggelam
 Teri A
 Teri B
 Teri C
II. Kemedangan 1. Sabah  Sabah tenggelam/tua
 Sabah biasa
 Sabah tanggung
2. TGC  TGC

3. Kemedangan  Medang A
 Medang B
III. Abuk 1. Abuk  Abuk super
 Abuk medang
 Abuk kerokan
Sumber: Klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong, 2016.

24
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

Dari tabel 1 tersebut di atas dapat pada tabel 3 terdapat 3


digambarkan,antara lain: kelompok, yaitu: Gubal,
1. Klasifikasi kualitas gaharu, kemedangan dan abuk yang
terbagi dalam kelompok gubal dan sesuai dengan rancangan
kemedangan dan abuk. Standart Nasional Indonesia
2. Dari klasifikasi, maka gubal (SNI) yang ditetapkan oleh
sendiri dibagi dalam menjadi 3 Dewan Standarisasi Nasional
bagian, yaitu Super, AB dan Teri. (DSN). Abuk untuk klaster
Sedangkan Kemedangan terbagi 3 pedagang pengumpul di
bagian, yaitu Sabah, TGC, Kabupaten Sorong dipisahkan
Kemedangan. Selanjutnya Abuk dari kemedangan karena
hanya mempunyai 1 klasifikasi. merupakan serbuk atau ampas
3. Didalam klasifikasi kualitas super kerokan dari gubal dan
terdapat 2 sub klas kualitas, yaitu kemedangan.
Double Super/King dan Super, b. Klasifikasi kualitas gaharu
sedangkan AB terbagi 3 sub klas, yaitu: Super, AB, Teri untuk
yaitu: Kacang AB pas, Kacang kelompok Gubal, sedangkan
AB, Kacang ABAB, sedangkan untuk kelompok kemedangan
Teri terbagi 4 sub kelas, yaitu: terdiri dari Sabah, TGC,
Teri tenggelam, Teri A, Teri B Kemedangan dan Abuk.
dan Teri C. c. Pada sub klas ada 15 tingkatan
Kemedangan, khusus untuk klasifikasi dan terdapat 18
klasifikasi Sabah terbagi menjadi tingkatan klasifikasi, dimana
3 sub kelas, yaitu Sabah perbedaannya terdapat pada
tenggelam/tua, Sabah biasa dan klas super dan super tanggung,
Sabah tanggung. TGC hanya sementara klasifikasi kelas
memiliki 1 sub kelas TGC, gaharu pada AB, terdapat
sedangkan Kemedangan kacang A dan kacang B, tetapi
mempunyai 2 sub klas, yaitu pada tabel 1 terdapat 3 sub
Medang A dan Medang B. Abuk kelas, antara lain kacang AB
terbagi 3 sub klas, yaitu: Abuk pas, kacang AB dan kacang
super, Abuk medang dan Abuk ABAB.
kerokan. Nilai Komersial Gaharu pada Klaster
4. Klasifikasi kualitas dalam Pedagang Pengumpul
perdagangan gaharu di Indonesia Secara umum perdagangan gaharu
(Asgarin 2005) dan pada tabel 1 digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
klasifikasi kualitas pada klaster gubal, kemedangan dan abuk. Gubal
pedagang pengumpul di adalah kayu berwarna hitam atau hitam
Kabupaten Sorong tahun 2016 kecoklatan dan diperoleh dari pohon
dapatlah diketahui bahwa: inang penghasil gaharu yang memiliki
a. Untuk kelompok gaharu kandungan damar wangi beraroma kuat.
terdapat 2 kelompok pada Kemedangan adalah kayu gaharu dengan
tabel 2, yaitu kelompok gubal kandungan damar wangi dan aroma yang
dan kemedangan, sementara lemah serta memiliki penampakan fisik
25
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

berwarna kecoklatan sampai abu – abu, Undang-Undang, maka harga patokannya,


berserat kasar dan kayu lunak. Kelas abuk seperti tertera pada tabel 3. Dari tabel 2
gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil dan tabel 3 dapatlah diketahui bahwa
pengerokan atau sisa penghancuran kayu yang dimaksud dengan gubal pada harga
gaharu (Semiadi dkk. 2010). patokan kelas tumbuhan alam yang tidak
Mengacu pada Asgarin (2005) dan dilindungi Undang-Undang berdasarkan
defenisi gubal, kmedangan dan abuk Peraturan Menteri Perdagangan tersebut
(Semiadi dkk. 2010) tersebut di atas serta adalah Teri A (Rp 1.000.000,-).
hasil pengamatan di lapangan bahwa Sementara kemedangan Rp 45.000,- dan
perdagangan gaharu yang selama ini di Kabupaten Sorong dengan harga
berlangsung di kalangan plasma berkisar antara Rp 15.000,- sampai
pengumpul kepada klaster pedagang dengan Rp 20.000,-. Abuk antara Rp
pengumpul di Kabupaten Sorong adalah 5.000,- sampai dengan Rp 50.000,-,
dalam bentuk kelompok gubal, sedangkan Rp 45.000,- untuk standarisasi
kemedangan dan abuk dengan klasifikasi harga patokan pada permendag tersebut.
kualitas dan harga ,seperti tertera pada Dari data pada tabel 5 tersebut di atas,
tabel 2. Sedangkan apabila mengacu pada dapatlah digambarkan grafik Harga
Peraturan Menteri Perdagangan RI Patokan Kelas Tumbuhan berdasarkan
Nomor: 03/M.DAG/PER/1/2014 tentang Permen Perdagangan RI Nomor:
Penetapan Harga Patok Tumbuhan Alam 03/M.DAG/PER/1/2014 berikut ini.
dan Satwa Liar yang tidak dilindungi
Tabel 2. Klasifikasi sub kelas dan nilai komersial gaharu pada klaster pedagang pengumpul
di Kabupaten Sorong tahun 2016.
Kelompok No. Klasifikasi Sub Kelas Harga
Gaharu Kualitas (Rp/Kg)
Gaharu
I. Gubal 1. Super  Double super/ king 200.000.000,-
 Super 50.0000.000,-
2. AB  Kacang AB pas 3.000.000,-
 Kacang AB 2.500.000,-
 Kacang ABAB 2.000.000,-
3. Teri  Teri tenggelam 1.500.000,-
 Teri A 1.000.000,-
 Teri B 750.000,-
 Teri C 500.000,-
II. Kemedangan 1. Sabah  Sabah tenggelam/tua 1,500.000,-
 Sabah biasa 500.000,-
 Sabah tanggung 300.000,-
2. TGC  TGC 200.000,-
3. Kemedangan  Medang A 20.000,-
 Medang B 15.000,-
III. Abuk 1. Abuk  Abuk super 50.000,-
 Abuk medang 5.000,-
 Abuk kerokan 5.000,-

26
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

Sumber: Klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong, 2016.

Tabel 3. Harga patokan tumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-Undang berdasarkan
Permen Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/PER/1/2014.
No. Kelas tumbuhan alam Harga
(Rp/Kg)
1.
Gaharu gubal (A.malacensis, A.beccariana, A. microcarpa , A. hirta,
A.filaria, Gyrinops spp.). 1.000.000,-
2. Gaharu kemedangan (A.malacensis, A.beccariana, A.microcarpa, A.
hirta, A.filaria, Gyrinops spp.). 45.000,-
3. Gaharu abuk/genuine (A.malacensis, A.beccariana, A.microcarpa,
A. hirta, A.filaria, Gyrinops spp.). 45.000,-
4. Jenis-jenis gaharu lain yang belum tercantum 45.000,-
5. Teri dan Kacang (Chips limbah) 25.000,-
6. Resin (getah) gaharu 5.000.000,-
7. Minyak gaharu 5.500.000,-
8. Makmul/dupa 10.000,-
9. Block/log 45.000,-
Sumber : Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/PER/1/2014.

Keterangan:
Harga Patokan (Kg)

Gambar 1. Harga patokan kelas tumbuhan alam yang tidak dilindungi UU berdasarkan Permen
Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/ PER/1/2014.

Pada gambar 1 yang tergrafik dari yang tinggi Rp 5.500.000,-, kemudian


tabel 5/3, dapatlah terbaca bahwa minyak resin (getah) Rp 5.000.000,-, gubal untuk
gaharu (Kg) mempunyai nilai komersil jenis A.malacensis, A.beccariana, A.
27
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

microcarpa, A. hirta, A. filaria dan Produksi gaharu


Gyrinops spp. Rp 1.000.000,-, Produksi rata-rata gubal dan
Kemedangan, termasuk abuk, jenis-jenis kemedangan serta abuk gaharu untuk lima
gaharu lain dan block/log harganya sama klaster pedagang pengumpul di
Rp 45.000,-, kemudian Teri dan Kacang Kabupaten Sorong dapat dilihat pada
(chips limbah) Rp 25.000,- dan Rp tabel 4.
10.000,- untuk harga makmul/dupa.
Tabel 4. Rekapitulasi produksi rata-rata gubal, kemedangan dan abuk pada klaster
pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong tahun 2016.
Kelompok Gaharu No. Klasifikasi Sub Kelas Produksi rata-rata
Gaharu (Kg/tahun)
I. Gubal 1. Super  Double super/ king 1,8
 Super 5,4
2. AB  Kacang AB pas 13,6
 Kacang AB 38,4
 Kacang ABAB 46,8
3. Teri  Teri tenggelam 62,2
 Teri A 65,8
 Teri B 79,2
 Teri C 91,8
II. Kemedangan 1. Sabah  Sabah tenggelam/tua 106,6
 Sabah biasa 123,4
 Sabah tanggung 116,8
2. TGC  TGC 142,2
3. Kemedangan  Medang A 2.880
 Medang B 1.920
III. Abuk 4. Abuk  Abuk super 98,2
 Abuk mendang -
 Abuk kerokan -
Sumber : Klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong, 2016.

Izin Pemanfaatan Gaharu


Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Fak-fak
Salah satu tugas dari Balai Besar dan Kaimana.
KSDA Papua Barat adalah instansi Pada tahun 2016 izin yang telah
pemerintah pusat yang memberikan izin dikeluarkan kepada pengusaha gaharu di
pemanfaatan gaharu, baik pengumpulan Propinsi Papua Barat sebanyak 10
atau pengambilan dari alam dan dokumen, antara lain kepada: CV. UD.
peredaran dalam negeri kepada para Rafli, UD. Allen, UD. Wijaya Sentosa,
pengusaha di wilayah kerjanya yang CV. Limas dan CV. Buka di Kabupaten
meliputi: Kota Sorong, Kabupaten Sorong; UD. Sejahtera, CV. Madrat
Sorong, Sorong Selatan, Maybrat, Perkasa dan CV. Jaya Manokwari di
Tambrauw, Raja Ampat, Manokwari, Kabupaten Manokwari; CV. Rimba
Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, Samudra di Kabupaten Fak-fak dan CV.
28
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

Abdi Karya di Kabupaten Teluk Bintuni. Pemanenan Pohon Gaharu


Para pemegang izin dalam bentuk badan
Jumlah dan Sebaran Plasma Pengumpul
usaha ini akan memberikan surat
Gaharu
penujukan plasma pengumpul dalam
Klaster pedagang pengumpul gaharu
bentuk kelompok kepada masyarakat
di Kabupaten Sorong mempunyai pekerja
pencari gaharu di lapangan yang
lepas yang umumnya masyarakat lokal
diketahui oleh Balai Besar KSDA Papua
dan juga terdapat pengumpul gaharu yang
Barat.
bukan masyarakat lokal. di daerah Tarsa
Kuota Kabupaten Sorong dan sekitarnya
Di Papua Barat, terjadi eksploitasi terdapat 75 orang non pribumi yang
gaharu, terutama di Kabupaten Sorong, digunakan oleh Badan Usaha Dagang
Sorong Selatan, Maybrat, Manokwari, Rafli untuk mencari hasil hutan bukan
Teluk Wondama, Teluk Bintuni dan Fak- kayu tersebut. 15 orang atau 20% dari 75
fak dengan rata – rata kuota per 4 tahun pencari gaharu adalah orang – orang yang
terakhir (2013 - 2016) adalah 83.375 kg, telah terampil dalam mengenal jenis, ciri
sedangkan realisasi peredaran dalam pohon penghasil gaharu yang siap
negerinya rata–rata 49.976,5 kg dipanen, termasuk klasifikasi kelas gubal
(59,94%), sehingga rata-rata sisa kuota dan kemedangan. Pola pendekatan yang
yang tidak dimanfaatkan adalah sebesar dilakukan oleh pengumpul gaharu non
33.398,5 kg (40,05%). pribumi ini adalah mendekati atau
Kuota pemanfaatan gaharu dari alam bernegosiasi dengan pemilik hak ulayat
yang diberikan oleh Direkur Jenderal dimana diduga ada potensi gaharu dan
Perlindungan Hutan dan Konservasi bila diizinkan mereka yang trampil ini
Alam, Kementerian Lingkugan Hidup dan akan mengadakan survei pendahuluan
Kehutanan tahun 2016 untuk Provinsi terhadap potensi gaharu. Dalam survei
Papua Barat adalah 95.000 kg dan potensi gaharu tersebut ternyata secara
terealisasi dalam peredaran dalam negeri makro hasilnya cukup atau lebih dari
sebanyak 41.000 kg (43,157%), cukup, maka akan ditindaklanjuti dengan
sedangkan kuota yang tidak digunakan negosiasi lanjutan, dimana harga yang
adalah 54.000 kg (56,842%). umum diberikan sebagai kompensasi atau
Dari hasil wawancara dengan para biaya rekognisi terhadap pemilik hak
klaster pedagang pengumpul di ulayat sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan
Kabupaten Sorong, diperoleh informasi bila potensi gaharunya lebih dari cukup
bahwa tingginya nilai pajak eksport yang maka umumnya dihargai dengan uang
mencapai Rp 100.000,- turut tunai Rp 5.000.000 untuk 1 sampai 2
mempengaruhi pemanfaatan kuota yang bulan waktu pengambilan hasil gaharu di
diberikan per masing – masing provinsi, lapangan. Para pencari yang bukan
karena secara ekonomis kurang masyarakat lokal ini dibekali bahan
menguntungkan untuk diperdagangkan pokok makan, seperti: beras, ikan asing,
saat ini. Selain itu apabila saat ini dibeli sardines, indomie, minyak goreng, garam,
terlalu banyak dari masyarakat akan fetsin, bumbu dapur, gula, susu, kopi, teh,
merugi karena nilai susut yang tinggi, bahan bakar minyak dan kebutuhan kerja
seperti kelas gubal dapat mencapai 15%, lainnya yang diperlukan, kemudian akan
sedangkan kemedangan 50%. diperhitungkan pengembaliannya dalam
29
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

bentuk uang tunai bila hasil transaksi jual Badan Usaha CV. Buka
beli gaharu terealisir. Sedangkan untuk mempekerjakan penduduk lokal dengan
masyarakat lokal perlakuannya tidak sebaran tempat pengumpulan gaharu di
sama dengan masyarakat pencari gaharu Teminabuan 100 orang yang terdiri dari 5
non pribumi. Badan Usaha Dagang kelompok, Inanwatan 120 orang terbagi
(BUD) Rafli juga mempunyai plasma dalam 6 kelompok. Kedua lokasi ini
pengumpul dari masyarakat lokal masuk dalam Kabupaten Sorong Selatan.
sebanyak 120 orang yang bermukim di Pencari lainnya di Kabupaten Maybrat 75
Kampung Mare, Ayamaru 65 orang dan orang yang terbagi dalam 5 kelompok,
Aitinyo 50 orang dan Aifat 90 orang, dimana masing – masing kelompok
dimana keempat lokasi pencarian gaharu berjumlah 15 orang. Badan Usaha CV.
ini masuk ke wilayah administratif Limas mempekerjakan penduduk lokal
Kabupeten Maybrat, bahkan pencari di dengan sebaran tempat pengumpulan
sekitar Aifat dapat mencari hasil gaharu gaharu di Kabupaten Maybrat 90 orang
hingga ke Meyahg Kabupaten Tamrauw. yang terbagi dalam 6 kelompok, dimana
Mereka umumnya mencari gaharu dan masing – masing kelompok berjumlah 15
dikumpulkan hasilnya yang kemudian orang.
pemilik izin pengumpul BUD Rafli tiap 1 Dari penjelasan diatas dapatlah
atau 2 bulannya datang langsung ke diketahui bahwa ada 5 badan usaha (UD.
tempat pemukiman masyarakat lokal Rafli, UD. Allen, UD.Wijaya Santosa,
untuk bertransaksi jual beli. CV. Buka dan CV. Limas) sebagai klaster
Badan Usaha UD. Allen pedagang pengumpul di Kabupaten
mempekerjakan penduduk lokal dengan Sorong yang mempunyai jumlah tenaga
sebaran tempat pengumpulan gaharunya kerja sebagai pencari gaharu sebanyak
di Kabupaten Maybat 100 orang yang 1.060 orang yang tersebar di 3
terbagi dalam 5 kelompok, dimana Kabupaten, yaitu Kabupaten Sorong,
masing – masing kelompok berjumlah 20 Sorong Selatan dan Maybrat. UD Rafli
orang dan di Kabupaten Sorong yang mempunyai 400 tenaga lepas pencari
berbatasan dengan Kabupaten Sorong gaharu, dimana 75 orang adalah non
Selatan dan Maybrat dan Tambrauw pribumi dan penduduk lokal sebanyak
terdapat 2 kelompok pencari gaharu 325 orang. Sedangkan badan usaha
dengan jumlah personil seluruhnya 40 dagang lainnya menggunakan tenaga
orang. kerja lepas pencari gaharu dari
Badan Usaha UD. Wijaya Sentosa masyarakat lokal, yaitu: UD. Alen 140
mempekerjakan penduduk lokal dengan orang, UD. Wijaya Sentosa 35 0rang, CV.
sebaran tempat pengumpulan gaharu di Buka 295 orang, dan CV. Limas 90
Kabupaten Maybrat 75 orang yang orang. (Tabel 1). Diketahui bahwa
terbagi dalam 5 kelompok, dimana pencari gaharu di Kabupaten Sorong,
masing–masing kelompok berjumlah 15 sebanyak 175 orang. Mereka mencari di
orang dan di Kabupaten Sorong yang kampung Tarsa menyusuri sungai Kabra
berbatasan dengan Kabupaten Sorong ke arah utara yang berbatasan dengan
Selatan, Maybrat dan Tambrauw terdapat Kabupaten Tambrauw, selatan berbatasan
4 kelompok pencari gaharu dengan dengan Kabupaten Sorong Selatan, timur
jumlah personil seluruhnya 60 orang. berbatasan dengan Kabupaten Maybrat.
30
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

Sedangkan pencari gaharu di Ciri morfologi dari gaharu beringin


Kabupaten Sorong Selatan sebanyak 220 adalah pohon tumbuh sampai ketinggian
orang yang lokasi pencariannya di daerah diatas 20 meter, bercabang mulai 1 meter
Teminabuan, Inanwatan dan sekitarnya. di atas banir, batang berwarna coklat
Pencari gaharu terbanyak di Kabupaten muda hingga abu – abu, daunnya elips
Maibrat sebanyak 665 dengan lokasi seperti beringin, berbuah semu seperti
pencariannya di kampung Mare, makota dewa, getah susu putih.
Ayamaru, Aitinyo, Aifat hingga Meyahg, Sedangkan jenis gaharu sirsak tumbuh
dan hulu sungai Kamundan yang secara sampai ketinggian lebih dari 20 meter,
administrasi pemerintahan termasuk berbatang silinder dengan bebas cabang
wilayah Kabupaten Tambrauw. Pada di atas 10 meter, batang berwarna coklat
gambar 4 terlihat grafik dari rekapitulasi tua, daun elips seperti daun sirsak.
pencari gaharu dalam Kabupaten Sorong, Gaharu cengkeh tampak seperti pohon
Sorong Selatan dan Maybrat. cengkeh dengan batang pohon berwarna
Jenis Pohon Gaharu dan Penyebarannya coklat, rata – rata bercabang lebih dari 1
Klaster pedagang pengumpul gaharu meter diatas banir, daun elips mengkilap,
di Kabupaten Sorong mendapatkan hasil berbunga majemuk. Jenis gaharu cabut
dari para pengumpul di Kabupaten lebih spesifik karena tumbuh dibawah
Sorong, Sorong Selatan, Maibrat naungan pohon – pohon besar seperti
sehingga informasi yang terkait dengan tanaman perdu yang tumbuh
potensi gaharu dan penyebarannya berkelompok dengan batang seperti rotan
diperoleh dari lokasi pencarian atau jenis dataran tinggi dan pada batang yang
pengambilan gaharu tersebut. Dari merambah dibawah tanah dapat
masyarakat pencari gaharu dan hasil membentuk akar dan tanaman baru
pengamatan di lapangan diperoleh dengan batang beruas - ruas berwarna
informasi bahwa potensi pohon gaharu coklat, sementara daunnya elips.
umumnya terdapat di hutan alam Dikatakan gaharu cabut karena saat panen
(primary forest) yang didominasi oleh harus dicabut.
jenis gaharu beringin (Aquilaria filaria) Kriteria Pemilihan Jenis Pohon
dan gaharu sirsak (Gyrinops sp.). Kedua Penghasil Gaharu
jenis ini hampir menyebar merata di
Kabupaten Sorong, Sorong Selatan dan Pohon gaharu yang telah terinfeksi
Maibrat dengan topografi datar hingga oleh cendawan akan mempengaruhi
bergelombang sedang, diantara 10 sampai terjadinya proses fisiologis, sehingga
800 meter diatas permukaan laut. Selain mengakibatkan perubahan kondisi fisik
kedua jenis gaharu beringin dan sirsak pohon. Dari hasil wawancara diketahui
tersebut, pada ketinggian lebih dari 800 m bahwa secara sederhana jenis pohon
dpl di daerah tepian sungai Kamundan di gaharu sudah dapat dipanen apabila pada
Maybrat terdapat jenis gaharu cengkeh ranting bawah bebas cabang banyak yang
(Gyrinops dongke sp.) dan gaharu cabut sudah gugur sehingga meninggalkan
(Gonystylus sp.) yang tumbuh dibawah bekas cabang yang akan mempermudah
rimbunan pohon – pohon seperti tanaman cendawan pembentuk gaharu masuk
perdu. kedalam batang pohon. Kemudian daun
pohon sudah tidak rimbun dan banyak
31
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

menggugurkan daun. Lebih praktis lagi dan juga pada klaster pedagang
dengan mengampak batang gaharu yang pengumpul dalam rangka menjaga mutu
tampak secara morfologis terinfeksi dan kualitas gaharu setelah panen adalah
cendawan dan kalau mata kampak dilakukan penjemuran dengan bantuan
tertancap ketika dikampak, maka belum sinar matahari dengan beralas terpal
ada isi gaharu, tetapi kalau mata kampak untuk membantu penguapan lebih cepat,
melenting saat dikampak, maka itu kemudian setelah proses penjemuran
tandanya gaharu telah berisi. dikemas kembali dalam karung plastik
Teknik Pemanenan Gaharu dan disimpan kedalam gudang atau
Umumnya pemanenan yang dilakukan tempat penyimpanan yang kering dan
oleh masyarakat lokal masih bersifat tidak lembab.
tradisional dengan cara menebang pohon
telah membentuk gubal atau kemedangan, DAFTAR PUSTAKA
mencacah dan mencabut untuk jenis Asgarin. 2005. Pemasaran domestik dan
gaharu cabut. ekspor gubal gaharu dan kemedangan
Waktu Pemanenan indonesia dan regulasinya. Pelatihan
Masyarakat lokal menjelajahi hutan Nasional Budidaya dan Pengelolaan
alam untuk mencari pohon gaharu, hal ini Gaharu, 28-30 November 2005 di
disebabkan letak pohon yang tumbuh Biotrop Bogor.
menyebar pada hutan alam. Potensi Auri A. 2011. Pembentukan senyawa
pohon penghasil gaharu yang semakin chromone pohon gaharu (Gyrinops
menurun sangat mempengaruhi waktu verstegii) pada lahan polikultur di
pengambilan di hutan. Kampung Susweni. Beccariana, Vol
Rata - rata pencari gaharu pada klaster 13 (1) : 22-27.
pedagang pengumpul di Kabupaten Auri A. 2012. Serangan hama penggerek
Sorong mencari gaharu atau memanen batang sebagai indikator pembentukan
kayu gaharu dalam interval waktu 1 bulan gubal gaharu pada pohon Gyrinops
2 minggu atau 1,5 bulan dengan waktu verstegii di Kampung Susweni. Tesis
istirahat atau pengolahan hasil di luar Magister Kehutanan. Fakultas Ilmu
areal hutan selama 2 minggu. Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Usaha Menjaga Kualitas Gaharu Setelah Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
Panen Dimara PA. 2011. Teknik pemanenan
Pengamatan ini lebih ditunjukan pada gaharu oleh masyarakat di Kabupaten
pengetahuan lokal dan pengalaman Manokwari. Beccariana, Vol 13 (1):
masyarakat pencari gaharu. 34-41.
Pengukurannya dilakukan dengan Dimara PA. dan A. Auri. 2013. Kriteria
mengamati kearifan masyarakat lokal pemilihan pohon induk dan teknik
untuk menjaga kualitas gaharu antara pemanenan terhadap kualitas gaharu
lain: penjemuran, pengasapan, dan asal hutan alam di Kabupaten Teluk
penimbunan gubal atau kemedangan Wondama. Laporan Hibah Bersaing.
gaharu dalam tanah. Lembaga Penelitian Universitas
Dari hasil pengamatan ternyata Negeri Papua. (Tidak diterbitkan).
perlakuan yang dikerjakan masyarakat Semiadi G, Wiriadinata H, Waluyo EB
dan Darnaedi D. 2010. Rantai
32
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk

pasokan tumbuhan gaharu (Aquilaria chromatography with accurate mass


spp.) asal Merauke, Papua. Buletin time-of-flight mass spectrometry for
Plasma Nuftah, 16 (2): 150-159. the metabolic profiling of plant-
Subansinghe SM. and Hettiarachchi DS. fungus interaction in Aquilaria
2015. Characterisation of agarwood malaccensis. J. Cromatogr, A 1387:
type resin of Gyrinops walla Gaertrn 104-115.
growing in selected population in Sri Yuliansah, Siran SA, Kholik A, MR,
Langka. Industrial Crops and Product Rayan. 2003. Gaharu komoditi
(69): 76-79. HHBK andalan Kalimantan Timur.
Wong YF, Chin ST, Perlmutter P, Balai Penelitian dan Pengembangan
Marriott PJ. 2015. Evaluation of Kehutanan Kalimantan. Edisi Khusus
comprehensive two-dimenssional gas No. 14.

33
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA

Anda mungkin juga menyukai