Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami klasifikasi kualitas dan nilai komersial dari jenis
gaharu pada klaster pedagang pengumpul di kabupaten Sorong yang berlangsung selama
dua bulang di tahun 2016 dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan kajian
lapangan dan proses wawancara kepada narasumber terkait aktivitas dan proses pemasaran
gaharu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok gaharu antara lain:
gubal, kemedangan dan abuk yang selanjutnya dikelompokan menjadi: super, AB, teri,
sabah, TGC, kemedangan and abuk. Selanjutnya analisis nilai komersial berdasarkan sub
kelas, dibagi menjadi: double super/ king, super, kacang AB pas, kacang Ab, kacang
ABAB, teri tenggelam, teri A, teri B, teri C, sabah tenggelam/tua, sabah biasa, sabah
tanggung, TGC, medang A, medang B, abuk super, abuk medang dan abu kerokan dengan
kisaran nilai komersialnnya berkisar antara 5.000 hingga 200 juta per kilogramnya. Selain
itu terdapat lima klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong. Total pencari gaharu
plasma tercatat sebanyak 1.060 orang yang terdistribusi pada beberapa kabupaten/kota
antara lain: Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Provinsi
Papua Barat.
Kata kunci: Jenis gaharu, infenksi bakteri, kelas kualitas, nilai komersil, pedagang
pengumpul.
Abstract
This study objective was to understand quality classification and commersial value of agar
wood on the collective traders cluster in Sorong district. The study was conducted in two
months of 2016 by using descriptive method through field observation technique activity
and semi-structural interview in order to obtain information. Based on study result, it was
revealed that gaharu consisted of three groups: gubal, kemedangan and abuk. These then
grouped into seven quality class: super, AB, teri, sabah, TGC, kemedangan and abuk.
Commersial value analysis by sub class (18 classes) consisted of Double super/ King,
Super, Kacang AB Pas, Kacang Ab, Kacang ABAB, Teri Tenggelam, Teri A, Teri B, Teri C,
Sabah tenggelam/tua, Sabah biasa, Sabah tanggung, TGC, Medang A, Medang B, Abuk
Super, AbukMedang and Abu Kerokan with the range of commersial value about Rp 5,000
up to the Rp. 200,000,000 per kilograms. In addition, study has been indicated that the
legal collective traders cluster (license for collect and distribution) had five clusters in
19
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
sorong district. The Total of plasma agar wood seekers were 1,060 people and have been
distibuted in Sorong, South Sorong and Maybrat district of Papua Barat Province.
Keywords: Agar wood types, bacterial infection, quality class, commercial value, merchant
collector.
PENDAHULUAN
Selanjutnya dikatakan bahwa produk
Gaharu (Agarwood, Aloewood, gaharu, antara lain: berupa gubal,
Eaglewood atau Lign aloes) merupakan kedangan dan abuk. Gubal merupakan
hasil hutan bukan kayu yang memiliki kayu berwarna hitam atau hitam
nilai komersial tinggi berupa resin kecoklatan dan diperoleh dari pohon
dengan aroma wangi dan berwarna penghasil gaharu yang memiliki
kehitaman pada batang, cabang dan akar kandungan damar wangi beraroma kuat.
pada spesies dari genus Aquilaria, Sedangkan kemedangan adalah kayu
Gyrinops, Aetoxylon dan Gonystylus dari gaharu dengan kandungan damar wangi
famili Thymelaeaceae (Subashinghe dan dan aroma yang lemah serta memiliki
Hettiarachi 2015). penampakan fisik berwarna kecoklatan
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sampai abu – abu, memiliki serat kasar
sebagai respons dari mikroba yang masuk dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah
ke dalam jaringan yang terluka. Luka abuk gaharu yang merupakan serbuk kayu
pada tanaman berkayu dapat disebabkan hasil pengerokan atau sisa penghancuran
secara alami karena ada cabang dahan kayu gaharu.
yang patah atau kulit terkelupas, maupun Gaharu dimanfaatkan untuk hio/dupa,
secara sengaja dengan pengeboran dan bahan baku parfum, obat tradisional dan
penggergajian. Masuknya mikroba ke produk lainnya (Auri 2011). Permintaan
jaringan tanaman dianggap sebagai benda pasar yang tinggi terhadap gaharu
asing sehingga sel tanaman akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi
menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin hasil hutan bukan kayu ini di hutan alam
yang berfungsi sebagai pertahanan sangat tinggi dan tak terkendali, sehingga
terhadap serangan penyakit atau pada Kongres ke 13 Convention on
pathogen. Senyawa fitoaleksin tersebut International Trade in Endangered
dapat berupa resin berwarna coklat dan Species of Wild Fauna and Flora
beraroma harum, serta menumpuk pada (CITES) di Bangkok-Thailand, gaharu
pembuluh xylem dan floem untuk dimasukan dalam daftar Appendix II,
mencegah meluasnya luka ke jaringan terutama jenis gaharu yang dihasilkan
lain. Resin adalah getah (eksudat) yang dari genus Aquilaria dan Gyrinops
dikeluarkan oleh banyak jenis tumbuhan, (Wong et al. 2015). Itu artinya bahwa
terutama oleh jenis-jenis pohon runjung daftar genus ini tidak terancam
(conifer). Getah ini biasanya membeku, kepunahan, akan tetapi dimungkinkan
lambat atau segera, dan membentuk masa untuk terancam punah apabila
yang keras dan sedikit banyak transparan. perdagangan terus berlanjut tanpa ada
Resin dipakai orang terutama sebagai pengaturan atau regulasi dalam hal
bahan pernis, perekat, pelapis makanan pengendalian perdagangan, termasuk
agar mengkilap, bahan campuran dupa pengaturan kuota pemanfaatan gaharu
dan parfum (Semiadi dkk. 2010). yang berasal dari hutan alam. Auri (2012)
20
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
3. Kemedangan Medang A
Medang B
III. Abuk 1. Abuk Abuk super
Abuk medang
Abuk kerokan
Sumber: Klaster pedagang pengumpul di Kabupaten Sorong, 2016.
24
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
26
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
Tabel 3. Harga patokan tumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-Undang berdasarkan
Permen Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/PER/1/2014.
No. Kelas tumbuhan alam Harga
(Rp/Kg)
1.
Gaharu gubal (A.malacensis, A.beccariana, A. microcarpa , A. hirta,
A.filaria, Gyrinops spp.). 1.000.000,-
2. Gaharu kemedangan (A.malacensis, A.beccariana, A.microcarpa, A.
hirta, A.filaria, Gyrinops spp.). 45.000,-
3. Gaharu abuk/genuine (A.malacensis, A.beccariana, A.microcarpa,
A. hirta, A.filaria, Gyrinops spp.). 45.000,-
4. Jenis-jenis gaharu lain yang belum tercantum 45.000,-
5. Teri dan Kacang (Chips limbah) 25.000,-
6. Resin (getah) gaharu 5.000.000,-
7. Minyak gaharu 5.500.000,-
8. Makmul/dupa 10.000,-
9. Block/log 45.000,-
Sumber : Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/PER/1/2014.
Keterangan:
Harga Patokan (Kg)
Gambar 1. Harga patokan kelas tumbuhan alam yang tidak dilindungi UU berdasarkan Permen
Perdagangan RI Nomor : 03/M.DAG/ PER/1/2014.
bentuk uang tunai bila hasil transaksi jual Badan Usaha CV. Buka
beli gaharu terealisir. Sedangkan untuk mempekerjakan penduduk lokal dengan
masyarakat lokal perlakuannya tidak sebaran tempat pengumpulan gaharu di
sama dengan masyarakat pencari gaharu Teminabuan 100 orang yang terdiri dari 5
non pribumi. Badan Usaha Dagang kelompok, Inanwatan 120 orang terbagi
(BUD) Rafli juga mempunyai plasma dalam 6 kelompok. Kedua lokasi ini
pengumpul dari masyarakat lokal masuk dalam Kabupaten Sorong Selatan.
sebanyak 120 orang yang bermukim di Pencari lainnya di Kabupaten Maybrat 75
Kampung Mare, Ayamaru 65 orang dan orang yang terbagi dalam 5 kelompok,
Aitinyo 50 orang dan Aifat 90 orang, dimana masing – masing kelompok
dimana keempat lokasi pencarian gaharu berjumlah 15 orang. Badan Usaha CV.
ini masuk ke wilayah administratif Limas mempekerjakan penduduk lokal
Kabupeten Maybrat, bahkan pencari di dengan sebaran tempat pengumpulan
sekitar Aifat dapat mencari hasil gaharu gaharu di Kabupaten Maybrat 90 orang
hingga ke Meyahg Kabupaten Tamrauw. yang terbagi dalam 6 kelompok, dimana
Mereka umumnya mencari gaharu dan masing – masing kelompok berjumlah 15
dikumpulkan hasilnya yang kemudian orang.
pemilik izin pengumpul BUD Rafli tiap 1 Dari penjelasan diatas dapatlah
atau 2 bulannya datang langsung ke diketahui bahwa ada 5 badan usaha (UD.
tempat pemukiman masyarakat lokal Rafli, UD. Allen, UD.Wijaya Santosa,
untuk bertransaksi jual beli. CV. Buka dan CV. Limas) sebagai klaster
Badan Usaha UD. Allen pedagang pengumpul di Kabupaten
mempekerjakan penduduk lokal dengan Sorong yang mempunyai jumlah tenaga
sebaran tempat pengumpulan gaharunya kerja sebagai pencari gaharu sebanyak
di Kabupaten Maybat 100 orang yang 1.060 orang yang tersebar di 3
terbagi dalam 5 kelompok, dimana Kabupaten, yaitu Kabupaten Sorong,
masing – masing kelompok berjumlah 20 Sorong Selatan dan Maybrat. UD Rafli
orang dan di Kabupaten Sorong yang mempunyai 400 tenaga lepas pencari
berbatasan dengan Kabupaten Sorong gaharu, dimana 75 orang adalah non
Selatan dan Maybrat dan Tambrauw pribumi dan penduduk lokal sebanyak
terdapat 2 kelompok pencari gaharu 325 orang. Sedangkan badan usaha
dengan jumlah personil seluruhnya 40 dagang lainnya menggunakan tenaga
orang. kerja lepas pencari gaharu dari
Badan Usaha UD. Wijaya Sentosa masyarakat lokal, yaitu: UD. Alen 140
mempekerjakan penduduk lokal dengan orang, UD. Wijaya Sentosa 35 0rang, CV.
sebaran tempat pengumpulan gaharu di Buka 295 orang, dan CV. Limas 90
Kabupaten Maybrat 75 orang yang orang. (Tabel 1). Diketahui bahwa
terbagi dalam 5 kelompok, dimana pencari gaharu di Kabupaten Sorong,
masing–masing kelompok berjumlah 15 sebanyak 175 orang. Mereka mencari di
orang dan di Kabupaten Sorong yang kampung Tarsa menyusuri sungai Kabra
berbatasan dengan Kabupaten Sorong ke arah utara yang berbatasan dengan
Selatan, Maybrat dan Tambrauw terdapat Kabupaten Tambrauw, selatan berbatasan
4 kelompok pencari gaharu dengan dengan Kabupaten Sorong Selatan, timur
jumlah personil seluruhnya 60 orang. berbatasan dengan Kabupaten Maybrat.
30
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
menggugurkan daun. Lebih praktis lagi dan juga pada klaster pedagang
dengan mengampak batang gaharu yang pengumpul dalam rangka menjaga mutu
tampak secara morfologis terinfeksi dan kualitas gaharu setelah panen adalah
cendawan dan kalau mata kampak dilakukan penjemuran dengan bantuan
tertancap ketika dikampak, maka belum sinar matahari dengan beralas terpal
ada isi gaharu, tetapi kalau mata kampak untuk membantu penguapan lebih cepat,
melenting saat dikampak, maka itu kemudian setelah proses penjemuran
tandanya gaharu telah berisi. dikemas kembali dalam karung plastik
Teknik Pemanenan Gaharu dan disimpan kedalam gudang atau
Umumnya pemanenan yang dilakukan tempat penyimpanan yang kering dan
oleh masyarakat lokal masih bersifat tidak lembab.
tradisional dengan cara menebang pohon
telah membentuk gubal atau kemedangan, DAFTAR PUSTAKA
mencacah dan mencabut untuk jenis Asgarin. 2005. Pemasaran domestik dan
gaharu cabut. ekspor gubal gaharu dan kemedangan
Waktu Pemanenan indonesia dan regulasinya. Pelatihan
Masyarakat lokal menjelajahi hutan Nasional Budidaya dan Pengelolaan
alam untuk mencari pohon gaharu, hal ini Gaharu, 28-30 November 2005 di
disebabkan letak pohon yang tumbuh Biotrop Bogor.
menyebar pada hutan alam. Potensi Auri A. 2011. Pembentukan senyawa
pohon penghasil gaharu yang semakin chromone pohon gaharu (Gyrinops
menurun sangat mempengaruhi waktu verstegii) pada lahan polikultur di
pengambilan di hutan. Kampung Susweni. Beccariana, Vol
Rata - rata pencari gaharu pada klaster 13 (1) : 22-27.
pedagang pengumpul di Kabupaten Auri A. 2012. Serangan hama penggerek
Sorong mencari gaharu atau memanen batang sebagai indikator pembentukan
kayu gaharu dalam interval waktu 1 bulan gubal gaharu pada pohon Gyrinops
2 minggu atau 1,5 bulan dengan waktu verstegii di Kampung Susweni. Tesis
istirahat atau pengolahan hasil di luar Magister Kehutanan. Fakultas Ilmu
areal hutan selama 2 minggu. Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Usaha Menjaga Kualitas Gaharu Setelah Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
Panen Dimara PA. 2011. Teknik pemanenan
Pengamatan ini lebih ditunjukan pada gaharu oleh masyarakat di Kabupaten
pengetahuan lokal dan pengalaman Manokwari. Beccariana, Vol 13 (1):
masyarakat pencari gaharu. 34-41.
Pengukurannya dilakukan dengan Dimara PA. dan A. Auri. 2013. Kriteria
mengamati kearifan masyarakat lokal pemilihan pohon induk dan teknik
untuk menjaga kualitas gaharu antara pemanenan terhadap kualitas gaharu
lain: penjemuran, pengasapan, dan asal hutan alam di Kabupaten Teluk
penimbunan gubal atau kemedangan Wondama. Laporan Hibah Bersaing.
gaharu dalam tanah. Lembaga Penelitian Universitas
Dari hasil pengamatan ternyata Negeri Papua. (Tidak diterbitkan).
perlakuan yang dikerjakan masyarakat Semiadi G, Wiriadinata H, Waluyo EB
dan Darnaedi D. 2010. Rantai
32
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 4 (1):1 9–33 (2018) Womsiwor, dkk
33
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA