Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROGRAM GIZI

PENANGANAN MASALAH GIZI DI PUSKESMAS


GADING REJO KABUPATEN PRINGSEWU

Disusun Oleh :
BERAIDIA AZIZAH 1704002

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Gizi merupakan indikator penting dalam program pembangunan
kesehatan khususnya, dan pembangunan nasional secara umum. Tujuan
pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs)
memasukki gizi sebagai salah satu tujuan global yang harus dicapai pada
tahun 2030, yaitu Goal 2 mengakhiri kelaparan, meninglkatkan gizi dan
mendorong pertanian yang berkelanjutan (Thamaria, et.al, 2017).
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi
yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi
baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang
kurang dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya
orang yang asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi
adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari (Thamaria,
et.al, 2017) .
Masalah Gizi masih menjadi masalah yang cukup signifikan,
data status gizi untuk Prevalensi Gizi kurang dan gizi buruk (Berat Badan
per Umur) di Provinsi Lampung berdasarkan hasil survey Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007, 2010 dan 2013 terlihat cenderung
meningkat dari 16,4% (2007) menjadi 18,8% (2013), namun angka ini masih
berada diatas target nasional yang diharapkan yaitu <15% ( Kemenkes RI,
2013).
Menurut profil dinas kesehatan kabubaten pringsewu tahun 2018, data
status gizi untuk prevalensi gizi kurang (underweight) pada balita di kabupaten
pringsewu dari tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 terlihat cenderung meningkat
dari 0,22% (2015) menjadi 4,36% (2018).
Status gizi balita berdasarkan indeks bb/u, dan bb/tb menurut kecamatan
dan puskesmas kabupaten pringsewu tahun 2018, khususnya puskesmas
gadingrejo yaitu sebanyak 22 orang dengan status gizi kurang, dan sebanyak 126
orang dengan status gizi kurus (DKK, 2018).
Kurang gizi yang dialami pada awal kehidupan berdampak pada
peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian
penyakit tidak menular pada usia dewasa, seperti Diabetes type Il, Stroke,
Penyakit Jantung dan lainnya (Thamaria, et.al, 2017).
Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat
tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan
gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat
(Kemenkes, 2018).
Masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh faktor
konsumsi makanan dan penyakit infeksi, secara tidak langsung dipengaruhi
oleh pola asuh, ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, faktor sosial-
konomi, budaya dan politik. Gizi kurang dan gizi buruk yang terus terjadi
dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Thamaria, et.al,
2017).
Berdasarkan data profil kesehatan pringsewu, masalah status gizi kurang
pada balita cenderung meningkat, yang akan berdampak pada peningkatan risiko
gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular
pada usia dewasa, seperti Diabetes type II. Kasus DM terbanyak terjadi di
wilayah Puskesmas Sukoharjo diikuti oleh Puskesmas Gadingrejo (Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pringsewu, 2017).
Puskesmas Gadingrejo merupakan salah satu jenis puskesmas rawat inap.
Puskesmas Gadingrejo terletak di Jl. Dewi Ratih, Kec. Gadingrejo, Kab.
Pringsewu Lampung. Oleh karen itu, perlu dilakukan perencanaan progam gizi
terkait masalah status gizi kurang pada balita, sehingga akan mengurangi resiko
ganggun metabolik seperti DM tipe II di kabupaten Pringsewu khususnya
kecamatan Gadingrejo.
BAB II
ANALISIS SITUASI

PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang memiliki misi sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu, yang
telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun
tidak mencakup aspek pembiayaannya.
Kabupaten Pringsewu memiliki 10 (sepuluh) unit Puskesmas dari 8
(delapan) Kecamatan yakni Puskesmas Gadingrejo, Puskesmas Wates,
Puskesmas Sukoharjo, Puskesmas Pringsewu, Puskesmas Pardasuka,
Puskesmas Pagelaran, Puskesmas Bumiratu, Puskesmas Banyumas, dan
Puskesmas Adiluwih, dan Puskesmas Ambarawa.
Puskesmas Gadingrejo merupakan salah satu jenis puskesmas rawat inap.
Puskesmas Gadingrejo terletak di Jl. Dewi Ratih, Kec. Gadingrejo, Kab.
Pringsewu Lampung. Jumlah kunjungan rawat jalan di puskesmas Gadingrejo
sebanyak 21.916 orang, rawat inap sebanyak 646 orang, dan kunjungan gangguan
jiwa di sarana pelayanan kesehatan puskesmas gadingrejo sebanyak 90 orang baik
laki2 maupun perempuan pada tahun 2018. Persentase puskesmas Gadingrejo
dengan ketersediaan obat dan vaksin esensial kabupaten/kota pringsewu tahun
2018 sebanyak ≥ 80%.
Jumlah tenaga medis di fasilitas kesehatan puskesmas Gadingrejo tahun
2018 yaitu dokter umum 3 orang dan dokter gigi 1 orang. Jumlah tenaga
keperawatan dan kebidanan di fasilitas kesehatan puskesmas Gadingrejo tahun
2018 yaitu perawat 21 orang dan bidan 38 orang.
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dan gizi di
fasilitas kesehatan puskesmas gadingrejo tahun 2018 yaitu kesehatan masyarakat
3 orang, kesehatan lingkungan 1 orang, dan gizi 0. Jumlah tenaga kefarmasian di
fasilitas kesehatan puskesmas Gadingrejotahun 2018 yaitu tenaga teknis
kefarmasian 1 orang dan apoteker 0.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan di puskesmas Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu pada tanggal 24-25 April 2020, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Target Pencapaian
No Upaya Masalah
(%) (%)
Adanya kesenjangan
Presentase balita
presentase 11% dari target
underweight
17%. Terdapat 5 balita
1 (BB/U : kurang 17 28
mengalami gizi kurang dan
dan sangat
2 balita mengalami gizi
kurang)
buruk.
Adanya kesenjangan
Presentase balita presentase 4% dari target
stuntIng (TB/U : 28%. Terdapat 1 balita
2 28 32
pendek dan mengalami sangat pendek
sangat pendek) dan 7 balita mengalami
pendek.
Presentase balita
wasting (BB/TB :
3 9.5 8 Tidak ada masalah.
kurus dan sangat
kurus)
Presentase bayi
Adanya kesenjangan
usia 6 bulan yang
4 50 40 presentase 10% dari target
mendapat ASI
50%.
eksklusif
Presentase ibu
Adanya kesenjangan
hamil yang
5 98 92 presentase 6% dari target
mendapat TTD
98%.
selama kehamilan
Presentase ibu Adanya kesenjangan
6 28 32
hamil mengalami presentase 4% dari target
anemia 28%.

Identifikasi masalah gizi yang terdapat pada Puskesmas Gadingrejo yaitu :


1. Presentase balita alami underwight cukup tinggi
Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase balita yang mengami underweight
cukup tinggi. Hal ini terlihat dari kesenjangan yang cukup tinggi antara
presentase balita yang mengalami underweight di Puskesmas Gadingrejo
dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan presetase tersebut yaitu
sebesar 11%. Hal ini diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus
sebanyak 28% dan target nasional sebesar 17%. Keseluruhan jumlah balita
yang mengalami underweight di Puskesmas Gadingrejo yaitu 7 balita
dengan rincian 5 balita mengalami gizi kurang dan 2 balita mengalami gizi
buruk. Distribusi frekuensi balita yang mengalami underweight di
Puskesmas Gadingrejo dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Balita Underweight di Puskesmas Gadingrejo
Jumlah Persentase (%)
Underweight 7 28
Normal 14 56
Gizi lebih 4 16
Total 25 100

Grafik 1. Distribusi Frekuensi Balita Underweight di Puskesmas Gadingrejo


2. Presentase balita alami stunting cukup tinggi
Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase balita yang mengami stunting cukup
tinggi. Hal ini terlihat dari kesenjangan yang cukup tinggi antara
presentase balita yang mengalami stunting di Puskesmas Gadingrejo
dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan presetase tersebut yaitu
sebesar 4%. Hal ini diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus
sebanyak 32% dan target nasional sebesar 28%. Keseluruhan jumlah balita
yang mengalami underweight di Puskesmas Gadingrejo yaitu 8 balita
dengan rincian 1 balita mengalami sangat pendek dan 7 balita mengalami
pendek. Distribusi frekuensi balita yang mengalami stunting di Puskesmas
Gadingrejo dapat dilihat pada tabel 2 dan grafik 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Balita Stunting di Puskesmas Gadingrejo
Jumlah Persentase (%)
Stunting 8 32
Normal 17 68
Total 25 100

Grafik 2. Distribusi Frekuensi Balita Stunting di Puskesmas Gadingrejo


3. Presentase bayi mendapat ASI Eksklusif rendah
Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase bayi yang mendapat ASI esklusif
cukup rendah. Hal ini terlihat dari kesenjangan yang cukup tinggi antara
presentase bayi yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas Gadingrejo
dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan presetase tersebut yaitu
sebesar 10%. Hal ini diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus
sebanyak 40% dan target nasional sebesar 50%. Keseluruhan jumlah bayi
yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas Gadingrejo yaitu 10 bayi.
Distribusi frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas
Gadingrejo dapat dilihat pada tabel 3 dan grafik 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif di
Puskesmas Gadingrejo
Jumlah Persentase (%)
Tidak ASI Esklusif 15 60
ASI Esklusif 10 40
Total 25 100

Grafik 3. Distribusi Frekuensi bayi yang mendapat ASI esklusif di Puskesmas


Gadingrej
1. Presentase ibu hamil mendapat TTD rendah
Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase ibu hamil yang mendapat TTD cukup
rendah. Hal ini terlihat dari kesenjangan antara presentase ibu hamil yang
mendapat TTD di Puskesmas Gadingrejo dibandingkan dengan target
nasional. Kesenjangan presentase tersebut yaitu sebesar 6%. Hal ini
diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus sebanyak 92% dan target
nasional sebesar 98%. Keseluruhan jumlah ibu hamil yang mendapat TTD
di Puskesmas Gadingrejo yaitu 23 orang. Distribusi frekuensi ibu hamil
yang mendapat TTD di Puskesmas Gadingrejo dapat dilihat pada tabel 4
dan grafik 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mendapat TTD di
Puskesmas Gadingrejo
Jumlah Persentase (%)
Tidak mendapat TTD 2 8
Mendapat TTD 23 92
Total 25 100

Grafik 4. Distribusi Frekuensi ibu hamil yang mendapat TTD di Puskesmas


Gadingrejo
2. Presentase ibu hamil mengalami anemia tinggi
Berdasarkan hasil olah data yang didapat dari pengambilan data di
lapangan, diperoleh hasil presentase ibu hamil mengalami anemia cukup
tinggi. Hal ini terlihat dari kesenjangan yang cukup tinggi antara
presentase ibu hamil mengalami anemia di Puskesmas Gadingrejo
dibandingkan dengan target nasional. Kesenjangan presetase tersebut yaitu
sebesar 4%. Hal ini diperoleh dari selisih presentase jumlah kasus
sebanyak 32% dan target nasional sebesar 28%. Keseluruhan jumlah ibu
hamil mengalami anemia di Puskesmas Gadingrejo yaitu 8 orang.
Distribusi frekuensi ibu hamil mengalami anemia di Puskesmas
Gadingrejo dapat dilihat pada tabel 2 dan grafik 2.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi ibu hamil mengalami anemia di Puskesmas
Gadingrejo
Jumlah Persentase (%)
Anemia 8 32
Normal 17 68
Total 25 100

Grafik 5. Distribusi Frekuensi ibu hamil mengalami anemia di Puskesmas


Gadingrejo
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Setelah identifikasi masalah gizi dilakukan, kemudian dilakukan proses
analisis untuk menentukan prioritas masalah yang akan dijadikan acuan utama
program gizi di Puskesmas Gadingrejo. Penentuan prioritas masalah gizi tersebut
dilakukan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) yaitu
sebagai berikut :

No Masalah U S G Total Prioritas

Presentase balita alami underweight


1 cukup tinggi yaitu 28%, 11% lebih 4 5 5 14 I
tinggi dari target 17%.
Presentase balita alami stunting
2 cukup tinggi yaitu 32%, 4% lebih 3 4 5 12 III
tinggi dari target 28%.
Presentase bayi mendapat ASI
3 Eksklusif rendah yaitu 40%, 10% 3 3 4 10 V
lebih rendah dari target 50%
Presentase ibu hamil mendapat TTD
4 rendah yaitu 92%, 6% lebih rendah 4 4 3 11 IV
dari target 98%.
Presentase ibu hamil mengalami
5 anemia tinggi yaitu 32%, 4% lebih 5 4 4 13 II
tinggi dari target 28%.

Berdasarkan hasil skoring perhitungan masalah gizi menggunakan metode


skoring tersebut, dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah gizi di Puskesmas
Gadingrejo dengan total skor tertinggi 14 yaitu balita Underweight.
ANALISIS PENYEBAB MASALAH GIZI

Diagram akar masalah balita underweight

Balita Underweight

Asupan Zat Gizi Kurang Pemantauan Pertumbuhan dan Penyakit Infeksi


Perkembangan Balita Rendah

Frekuensi Jenis bahan Diare ISPA


makan makanan
kurang kurang baik

Baita BAB di sungai


Porsi makan Penyajian makanan dan di haaman
kurang tidak menarik rumah Praktik tidak
mencuci
tangan
Kesadaran Pengetahuan
Ibu akan tentang Jenis
balita lapar BM kurang
kurang Fasiitas tempat BAB
kurang
Pengetahuan Ibu Keterampilan Ibu
tentang porsi daam mengolah
makanan kurang Kebiasaan mencuci
makan yang baik
tangan kurang
kurang

Pengetahuan Ibu Tentang


Pertumbuhan Ba lita yang
baik rendah

Partisipasi ke pelayanan
posyandu rendah
Diagram Fishbone Analisis Penyebab Balita Underweight

MONEY METODE MAN

PHN belum optimal Pelatihan FMBA untuk kader


Kinerja petugas
Kelas Ibu balita belum optimal
Kelas Ibu hamil belum optimal
belum optimal

PMT salah sasaran Pencatatan pelaporan tidak valid


Petugas rangkap jabatan

Keterbatasan Kerja sama lintas


program belum optimal Pemberian PMP-P belum optimal
sumber
Dana BOK
Alokasi dana desa
Kemampuan petugas belum optimal
untuk PMT-P tidak ada
Balita
Underweight
Tingkat pendidikan rata2 SD Faktor genetik
Pemanfaatan bahan
pangan lokal terbatas
Sosial ekonomi Balita punya penyakit tertentu
menengah kebawah

Sosial Pola makan yang salah


ekonomi Kurangnya pengetahuan
menengah masyarakat
kebawah Kebiasaan makan Leaflet belum ada
balita tidak tepat
Asupan gizi selama
Ketersediaan kehamilan belum optimal PMT-P terbatas
Pendapatan rendah
bahan pangan
terbatas
Dukungan suami/ keluarga
Kebiasaan menu keluarga Data balita gizi kurang

ENVIROMENTAL MARKET MATERIAL


BAB III
TUJUAN PROGRAM

TUJUAN JANGKA PANJANG


Tujuan jangka panjang program gizi di Puskesmas Gadingrejo ini yaiu
untuk menurunkan presentase kejadian balita underweight di Puskesmas
Gadingrejo dari 28% menjadi kurang dari 17% yang merupakan target nasional
balita underweight.

TUJUAN JANGKA PENDEK


Berdasarkan tujuan jangka panjang program gizi di Puskesmas Gadingrejo
tersebut, tujuan jangka pendek program gizi di Puskesmas Gadingrejo ini yaiu :
1. Meningkatkan ketersediaandan keragaman pangan rumah tangga
2. Meningkatkan pola asuh orang tua kepada balita
3. Mengoptimalkan konsumsi makanan guna pemenuhan kebutuhan
energi dan protein balita
4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan Ibu dan balita
BAB IV
PERENCANAAN PROGRAM

ALTERNATIF PROGRAM GIZI


Menentukan alternatif program dari penanggulangan masalah balita
underweight harus bersifat relevan, tidak bertentangan sosial budaya, secara
teknis dapat dilakukan, dan layak secara ekonomi (finansial). Alternatif program
harus berdasarkan analisis tujuan penanganan masalah. Prioritas masalah di
Puskesmas Gadingrejo ini adalah balita underweight dan tujuan penanganan
masalah ini bersumber dari penyebab masalah balita underweight yang kemudian
menjadi tujuan jangka pendek dari program gizi ini. Tujuan jangka pendek
program gizi di Puskesmas Gadingrejo ini yaitu untuk menurunkan proporsi balita
underweight dengan peningkatan kualitas dan kuantitas asupan energi dan protein
pada balita, serta menurunkan kejadian infeksi pada balita.
Penyebab balita underweight salah satunya adalah asupan makan yang
kurang yang sehingga program yang akan dilakukan berhubungan dengan
peningkatan status gizi, penanganan penyakit infeksi, dan peningkatan pola asuh
orang tua kepada anak balita. Alternatif program penanganan balita underweight
yaitu
1. Menggerakkan keluarga yang mempunyai bayi dan anak balita untuk
membawa anaknya ke posyandu setiap bulan.
2. Mengusahakan agar seluruh anak balita di wilayah kerjanya memiliki
Kartu Menuju Sehat (KMS)
3. Pemberian konsultasi dan edukasi mengenai gizi seimbang untuk balita
kepada ibu balita
4. Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) kepada balita
underweight
5. Membuat jadwal kunjungan rumah keluarga sasaran
6. Menilai status gizi sasaran setiap bulan dan melaporkan secara berkala
7. Membina hubungan kerjasama yang baik dan melakukan koordinasi
dengan petugas gizi, bidan desa dan petugas kesehatan lain di
wilayah kerjanya
8. Intervensi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Seimbang)

Asupan balita dari segi kualitas dan kuantitas harus disesuaikan dengan
usia balita. Kurangnya pengetahuan Ibu tenteng gizi seimbang pada balita masih
merupakan salah satu masalah yang menyebabkan asupan makan balita rendah.
Balita (12-59 bulan) sudah mengonsumsi makanan keluarganya sehingga pilihan
makan anak, ketersediaan pangan keluarga, dan banyaknya jumlah anggota
keluarga dapat mempengaruhi asupan makan balita. Alternatif program
penanganan asupan balita yaitu:
1. Pemberian makanan tambahan pada balita
2. Penyuluhan tentang gizi seimbang untuk balita kepada ibu balita
3. Pemberian konseling kepada ibu balita tentang pentingnya memantau
pertubuhan dan perkembangan anak
4. Pemberian alternatif menu makanan dan cara penyajiannya untuk balita
dengan melakukan demo masak di posyandu setempat
Program gizi dengan tujuan penurunan angka infeksi pada balita dapat
dilakukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan dan higiene sanitasi yaitu :
1. Meningkatkan dan memudahkan akses air bersih
2. Kegiatan, Informasi, dan Edukasi (KIE) sanitasi dan cuci tangan pakai
sabun
3. Pemberian Jamkesmas
4. Peningkatan pelayan kesehatan seperti peningkatan jumlah klinik,
puskesmas, atau rumah sakit
5. Suplementasi Zn untuk manajemen diare
6. Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
Program gizi dengan tujuan peningkatan pola asuh orang tua kepada anak
balita dapat dilakukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan di posyandu yaitu
1. Melakukan penyuluhan untuk meningkatan pengetahuan, sikap, dan
2. perilaku tentang gizi kepada orang tua
3. Melengkapi sarana dan prasarana Posyandu
4. Melakukan penyegaran kader Posyandu dan pelatihan kader baru
jika jumlah kader posyandu di wilayah kerja mereka kurang
5. Bersama dengan kader Posyandu melakukan kunjungan rumah
kepada keluarga yang tidak membawa balitanya ke Posyandu

PRIORITAS PROGRAM GIZI


Kajian kelayakan dilakukan dengan memberikan penilaian atau skor
terhadap berbagai aspek terkait program tersebut. Semakin tinggi skor, semakin
layak program tersebut dijalankan, skor tertinggi artinya program memiliki
kelayakan tertinggi. Kriteria penilaian meliputi segi ekonomi (biaya dan
keefektifan program atau cost-effectively), budaya (tidak bertentangan dengan
budaya setempat), sosial (dapat diterima masyarakat dan sustainable), dan secara
teknis (time dan sumber daya).
Masing-masing kriteria diberi bobot berdasarkan pentingnya kriteria
tersebut dalam penanganan sebuah program. Bobot berkisar antara 1-5 yaitu : 1)
Tidak penting, 2) Kurang penting, 3) Cukup penting, 4) Penting, dan 5) Sangat
penting. Setelah diberikaan bobot pada tiap kriteria, langkah selanjutnya adalah
memberikan skor pada masing-masing masing kriteria. Skor berkisar antara 1-10.
Semakin tinggi skor yang diberikan, semakin program tersebut bisa dilaksanakan.
Uji kelayakan program gizi :
Kriteria Bobot(B)
=1-5 Asupan Penyakit Pola asuh
rendah Infeksi orang tua
skor nilai skor nilai skor nilai
Cost 4 6 24 6 21 6 18
Waktu 4 8 32 7 28 8 32
Sumber daya 4 8 32 7 28 7 28
Keefektifan 5 7 35 8 40 8 40
Dapat diterima 5 9 45 8 40 7 35
masyarakat
Tidak 4 8 32 7 28 8 32
bertentangan
dengan budaya
Keberlanjutan 4 7 28 6 24 7 28
Total 228 209 213
Berdasarkan perhitungan pertimbangan Relevansi Program di atas,
program dari nilai bobot tertinggi yang memenuhi kriteria secara berurut adalah
program no. 3, 2, 1, 5, dan 4. Peningkatan asupan makan pada balita dengan
metode pendampingan gizi memiliki bobot tertinggi dalam kelayakan program.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka program Peningkatan asupan makan pada
balita yang akan dilasanakan di Puskesmas Gadingrejo, yaitu:
1. Pemberian makanan tambahan pada balita
2. Penyuluhan tentang gizi seimbang untuk balita kepada ibu balita
3. Pemberian konseling kepada ibu balita tentang pentingnya memantau
pertubuhan dan perkembangan anak
4. Pemberian alternatif menu makanan dan cara penyajiannya untuk balita
dengan melakukan demo masak di posyandu setempat

DESAIN KEGIATAN
Desain kegiatan dijelaskan oleh input, proses, output dan outcome yang
disajikan dalam tabel HIPPOPOC. HIPPOPOC harus memperhatikan variabel
pengganggu (confounder) keberhasilan program, cara mengatasinya, dan asumsi-
asumsi yang digunakan yang dapat menjamin bahwa output dan outcome akan
tercapai. Tabel tersebut juga memfasilitasi pembentukan gambaran yang luas dan
mempromosikan tujuan proyek yang jelas. Informasi rinci dalam tabel
HIPPOPOC termasuk input (diperlukan untuk pelaksanaan intervensi), process
(daftar tindakan atau intervensi yang akan dilaksanakan), output (hasil langsung
dari tindakan atau intervensi yang akan dilaksanakan), dan outcome (perubahan
yang disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan).
Hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang akan dilakukan
adalah perubahan sosial dan perilaku dalam hal peningkatan pengetahuan, sikap
dan praktek pemberian makan balita sehingga tercapai asupan energi dan protein
yang mencukupi. Variabel pengganggu dari keberhasilan program yang dilakukan
yaitu:
1. Persepsi budaya antar wilayah yang berbeda-beda, wilayah perkotaan
dan perdesaan (sebaran data sama tidak berbeda jauh antara wilayah
perdesaan & perkotaan)
2. Tenaga kesehatan sulit ditemui
3. Fasilitator kurang mampu untuk menggali informasi
4. Hanya beberapa tenaga kesehatan setempat yang mengikuti pendidikan gizi
5. Tenaga kesehatan setempat kurang kooperatif untuk mengikuti kegiatan
Asumsi – asumsi yang digunakan dapat menjamin bahwa output dan
outcome akan tercapai yaitu :
1. Dana kegiatan yang cukup untuk melaksanakan program
2. Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan tinggi
3. Kerja sama lintas sektor dan lintas program berjalan baik
4. Kesadaran masyarakat akan pentingnya status gizi dan gizi seimbang

Tabel HIPPOPOC
Input Proses Output Outcome
 Dana untuk kegiatan  Pendampingan gizi  Peningkatan asupan Penurunan prevalensi
 Bahan dan Materi penyuluhan  Penyuluhan mengenai energi dan protein underweight pada
 Tenaga Pendamping Gizi PGS dan pentingnya pada balita Balita di wilayah kerja
 Tempat pelaksanaan penyuluhan konsumsi pangan  Penurunan status Puskesmas Gadingrejo
 Alat-alat untuk penyuluhan beragam. Infeksi balita tahun 2021.
 Peserta Penyuluhan  Pemanfaatan lahan Peningkatan
 Bahan dan Materi training kader tempat tinggal untuk ketersediaan dan
 Tempat pelaksanaan training berkebun keragaman pangan
kader  Penyuluhan rumah tangga
 Alat-alat untuk training kader pengolahan bahan  Peningkatan pola
 Tenaga Kesehatan lokal menjadi MP- asuh orang tua
 Kesiapan fasilitas kesehatan ASI terjangkau kepada balita
 Tenaga enumerator  Pelatihan kader  Pengoptimalan
 Proposal kegiatan posyandu asupan makan
 Alat dan bahan untuk demo  Peningkatan dengan pemberian
masak pemanfaatan PMT-P dari Ibu ke
 Panitia kegiatan layanan kesehatan balita
 Pengambilan dan
analisis data konsumsi
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
bayi
NO MONITORING CARA EVALUASI TARGET WAKTU
Mengukur data antropometri bayi Presentase kejadian
dan balita untuk mengetahui kondisi balita underweight di
Angka kejadian balita underweight dari nilai Z-Score BB/U Puskesmas
1 Akhir program
underweight (Berat Badan per Usia) Gadingrejo menurun
dari 28% menjadi
kurang dari 17%.
Mengukur rerata asupan Peningkatan kualitas
Asupan makan pada energi,protein, lemak, dan dan kuantitas asupan Seminggu 3x
2
balita karbohidrat pada balita makan balita menjadi selama 1 bulan
menggunakan metode recall 24 jam 90%.
Program pemberian Mendata jumlah balita yang Cakupan bayi dan
makanan tambahan memperoleh PMT-P balita yang Selesai kegiatan
3
pemulihan (PMT-P) pada memperoleh PMT-P penyaluran PMT
balita lebih dari 80%.
Mengukur tingkat perilaku ibu
Perilaku ibu terkait
Program pengoptimalan terkait pemenuhan kebutuhan energi
pemenuhan
konsumsi makanan guna dan protein balita dengan melakukan Selesai kegiatan
4 kebutuhan energi
pemenuhan kebutuhan pendampingan oleh tenaga pendampingan
dan protein balita
energi dan protein balita pendamping gizi
meningkat.
Program Penyuluhan Mengukur tingkat pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu
tentang gizi seimbang tentang PUGS dengan pretest dan Selesai kegiatan
5 terkait PUGS
untuk balita kepada ibu post test sebelum dan sesudah penyuluhan
meningkat.
balita kegiatan
Mengukur tingkat pemahaman ibu
Program Pemberian Pemahaman ibu
terkait pentingnya memantau
konseling kepada ibu terkait pemantauan
pertubuhan dan perkembangan anak 2 minggu sekali
6 balita tentang pentingnya pertubuhan dan
dengan mengevaluasi hasil konseling selama 1 bulan
memantau pertubuhan perkembangan anak
yang dilakukan pada jadwal
dan perkembangan anak meningkat.
konseling berikutnya.
Mengukur tingkat keterampilan ibu
Program Pemberian tentang menu makan dan cara Keterampilan ibu
alternatif menu makanan penyajian makanan yang menarik terkait menu makan
dan cara penyajiannya untuk balita dengan melakukan dan cara penyajian 1 minggu sekali
7
untuk balita dengan pendampingan oleh tenaga makanan yang selama 1 bulan
melakukan demo masak pendamping gizi dan peningkatan menarik untuk balita
di posyandu setempat BB balita meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. (2010). Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan


Milenium di Indonesia. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pendampingan Keluarga


Menuju Kadarzi. Jakarta: Direktorat BGM Dirjen Binkesmas Depkes.

Putri, N.M. (2017). Perencanaan Program Ketahanan Pangan Dan Gizi Untuk
Mengatasi Underweight Di Indonesia. Program Studi Ilmu Gizi. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai