Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses membaca jurnal adalah teknik pembaca dalam menilai secara
rasional karya penulis. Pembaca mengandalkan teknik analisa yang tepat.
Pada blok Kardiovaskular dan Respirasi I (satu) ini mahasiswa kedokteran
dalam mengkritisi jurnal harus mampu memilih jurnal yang sesuai dengan
topik pembahasan. Pada blok ini topik yang terpilih untuk Kelompok 9
adalah Fisiologi Penerbangan.
Fisiologi penerbangan atau disebut dengan Aerofisiologi adalah ilmu
tentang kesehatan tubuh ketika berada dalam penerbangan atau dalam misi
penjelajahan ruang angkasa. Aerofisiologi tercipta akibat dari keinginan
manusia yang terus-menerus melakukan evolusi teknologi sehingga
teknologi penerbangan berkembang dengan sangat pesat. Manusia harus
berhadapan dengan berbagai kondisi seperti risiko-resko yang dialami
ketika melakukan penerbangan. Untuk menghadapi hal tersebut maka ilmu
kesehatan harus mengembangkan diri untuk mempelajari bahaya-bahaya
penerbangan bagi tubuh manusia dan cara-cara penanggulangannya.
Dalam makalah ini jurnal yang dipilih adalah Behaviors, Movements,
and Transmission Of Droplet-Mediated Respiratory Diseases During
Transcontinental Airline Flights. Jurnal tersebut bertemakan tentang
masalah penyebaran penyakit respirasi ketika melakukan penerbangan
menggunakan pesawat antar benua. Dari pernyataan sebelumnya dapat kita
lihat persamaan topik dengan jurnal yaitu penerbangan. Mudahnya akses
penerbangan saat ini mengakibatkan timbulnya kekhawatiran akan
penyebaran penyakit khususnya respirasi melalui jalur penerbangan. Jurnal
ini mencoba membuktikan kebenaran mengenai hal tersebut.
Dari penjelasan tersebut, sangat penting bagi mahasiswa kedokteran
untuk membaca jurnal-jurnal penelitian sebagai bekal dasar bagi evidence
based medicine. Sehingga mahasiswa kedokteran mampu menjadi dokter
2

yang kritis kesahihan informasi terkini dan dapat menerapkan keilmuannya


dalam pengelolaan kasus yang ada. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membuat makalah terkait jurnal tersebut.

1.2 Identitas Jurnal


Jurnal Behaviors, Movements, and Transmission of Droplet-Mediated
Respiratory Diseases During Transcontinental Airline Flights merupakan
jurnal volume ke-14 yang ditulis oleh Vicki Stover Hertzberg, Howard
Weiss, Lisa Elon, dan Tim Peneliti dari FlyHealthy. Mereka merupakan
para ilmuwan yang ahli dibidangnya sehingga mampu untuk menulis karya
ini yang sesuai dengan profesi mereka, berikut penjelasannya :
No
Nama Penulis Lembaga Penulis
.
Nell Hodgson Woodruff School
1. Vicki Stover Hertzberg, Ph.D. of Nursing, Emory University,
Atlanta, USA
Memorial Hospital Jacksonville,
2. Dr. Howard Weiss, DO
Florida, USA
Department of Biostastistics and
3 Lisa K. Elon Bioinformatics, Emory
University, Atlanta, USA
Behaviors, Movements, and Transmission of Droplet-Mediated
Respiratory Diseases During Transcontinental Airline Flights
dipublikasikan pada 19 Maret 2018 yang merupakan terbitan Proceedings
of the National Academy of Sciences of the United States of America
(PNAS) yang merupakan situs publikasi online internasional milik Amerika
Serikat. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United
States of America (PNAS) adalah organisasi non-provit dari para ilmuwan
dan dokter yang berkomitmen untuk membuat literatur ilmiah dan medis di
dunia dengan sumber daya publik yang tersedia secara bebas.
3

BAB II
ISI

2.1 Ringkasan Jurnal


Menurut Mangli A, dan Gendreu MA (2005) yang dikutip oleh
Hertzberg et al, lebih dari 3 miliar penumpang pesawat setiap tahunnya
mengalami penularan penyakit melalui jalur penerbangan, hal ini menjadi
masalah kesehatan global yang mengkhawatirkan. Lebih dari ratusan kasus
penularan dalam pesawat telah didokumentasikan, dan studi mengenai
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan Influenza (H1N1p) dalam
penerbangan mengindikasikan bahwa penerbangan dapat berperan sebagai
penyalur untuk menyebarkan infeksi secara cepat. Pada 2014, seorang
penumpang yang terinfeksi Ebola terbang dari Cleveland ke Dallas semalam
sebelum dirawat di rumah sakit. Untungnya, orang tersebut tidak
menginfeksi siapa pun selama perjalanan itu.
Walaupun terdapat pemberitaan dari berbagai media yang mengatakan
tentang penularan penyakit melalui jalur penerbangan, risiko penularan ini
masih belum dapat diketahui secara pasti. Menurut World Health
Organization (WHO), rute penularan utama untuk penyakit seperti influenza
dan ISPA adalah tetesan hasil respirasi (≥5 μ) yang dikeluarkan pada jarak
yang pendek (≤1 m) ketika orang yang terinfeksi bersin, batuk, berbicara,
atau bahkan bernafas. Tetesan ini sebagian besar tahan terhadap aliran
udara. Penularan langsung terjadi ketika tetesan yang mengandung patogen
jatuh ke konjungtiva atau mukosa seorang wisatawan yang rentan atau pada
saat dihirup. Seorang penumpang dapat mengalami kontak langsung dari
jarak dekat (≤1 m) dengan orang lain dalam tiga cara: mereka duduk di kursi
terdekat, dia bergerak melewati individu yang duduk maupun yang
bergerak, atau saat duduk, individu yang bergerak dapat lewat di dekatnya.
Menurut data World Health Organization (2003, 2009) yang dikutip
oleh Hertzgerg et al, faktor utama penularan penyakit adalah duduk dalam
dua baris penumpang yang menular. Panduan ini tidak secara langsung
4

memperhitungkan basis fisik dan biologis dari transmisi tetesan penyakit,


pergerakan yang dilakukan penumpang dan kru, dan kontak tidak langsung
melalui muntahan. Dari catatan yang ada, lima laporan kasus penyakit
menelusuri penularan di pesawat (satu kasus ISPA dan empat kasus
influenza) dan ditemukan bahwa 40% dari transmisi ini terjadi di luar zona
tempat duduk penumpang, dan memberikan suatu hipotesis bahwa
perpindahan mungkin merupakan faktor penting dalam penularan penyakit.
2.2 Metode Penelitian
a. Pengamatan Kandungan Udara Pesawat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan udara
pesawat Boeing 757 bersih atau malah mengandung patogen-patogen
penyebab penyakit respirasi (ISPA).
1. Pada jurnal ini, peneliti melakukan pengumpulan data dan sampel di
pesawat Boeing 757 di sekitar Atlanta, Amerika Serikat. Peneliti
berhasil mengumpulkan 299 sampel selama penerbangan. Pengamatan
dilakukan secara terpisah setiap setelah penerbangan.
2. Dalam proses pengumpulan data, peneliti mengambil sampel udara
pada kabin bagian belakang pesawat karena dinilai merupakan udara
paling kotor di kabin menurut seorang insinyur di pesawat tersebut.
3. Selanjutnya sampel-sampel lingkungan dikirim ke laboratorium
biologi molekuler, yang akan dilakukan uji identifikasi patogen-
patogen penyebab penyakit respirasi seperti influenza A, influenza B,
influenza A subtype H5N1, respiratory syncytial virus A, respiratory
syncytial virus B, parainfluenza virus 1, parainfluenza virus 2,
parainfluenza virus 3, parainfluenza virus 4, rhinovirus F1,
rhinovirus F2, coronavirus 229E, coronavirus OC43, coronavirus
NL63, human metapneumovirus, adenovirus F1, dan adenovirus F2.
5

b. Pengamatan Kebiasaan Penumpang dan Kru Pesawat


Selain meneliti udara di dalam pesawat, peneliti juga melakukan
pengamatan terkait kebiasaan penumpang dan kru pesawat untuk
mengetahui pengaruhnya dalam penyebaran penyakit ISPA. Tim peneliti
melakukan penerbangan sebanyak sepuluh kali dengan penerbangan
antar benua. Total penumpang sebanyak 1.296 jiwa.
c. Simulasi Transmisi
Berdasarkan data yang telah didapatkan, peneliti selanjutnya
melakukan simulasi penyebaran penyakit influenza langsung selama
penerbangan.
2.3 Hasil Penelitian
a. Pengamatan Kandungan Udara Pesawat
Hasil menunjukkan bahwa udara pada kabin belakang pesawat
negatif akan virus-virus ISPA.
b. Pengamatan Kebiasaan Penumpang dan Kru Pesawat
1. Dalam pengamatan tersebut hanya satu penumpang didapati sedang
mengalami batuk sedang, tidak ada penumpang yang mengalami
batuk parah. Sedangkan untuk kru pesawat tidak didapati mengalami
batuk.
2. Selain itu, didapatkan hasil bahwa 38% penumpang tidak pernah
meninggalkan kursi selama penerbangan, 38% pergi sekali, 13% pergi
dua kali, dan 11% pergi lebih dari dua kali.
3. Waktu rata-rata yang dihabiskan penumpang bergerak adalah 5,4
menit.
4. Penumpang yang meninggalkan tempat duduknya sebelumnya secara
berurutan duduk di dekat jendela sebanyak 43%, duduk di kursi
tengah sebanyak 63%, duduk di lorong sebanyak 80%.
5. Berdasarkan penggunaan toilet, sekitar 42%-58% penumpang tidak
menggunakan toilet selama penerbangan, 38% menggunakannya
sekali, 9% menggunakannya dua kali, dan 3% menggunakannya lebih
dari dua kali.
6

6. Berdasarkan interaksi antar penumpang dan kru pesawat, 84%


melakukan kontak dekat dengan radius 1 m.
c. Simulasi Transmisi
Peneliti menduga bahwa penumpang yang sudah terinfeksi akan
menginfeksi masing-masing penumpang lainnya. Namun pada hasil
penelitian, penularan kepada masing-masing penumpang cukup rendah.
Pada setiap penerbangan, rata-rata terdapat dua penumpang yang
terinfeksi.
2.4 Pembahasan
Dari hasil penelitian jurnal tersebut ada beberapa hal yang dapat
ditarik yaitu pertama pada penelitian pertama, udara pesawat Boeing 757
setelah melewati pemeriksaan tidak terdapat virus-virus penyebab ISPA.
Kemudian pada penelitian kedua, terkait dengan kebiasaan-kebiasaan
penumpang dan kru pesawat sebanyak 84% penumpang dan kru pesawat
melakukan kontak dekat dengan radius 1 m, dan setengah dari mereka
semua menggunakan toilet ketika penerbangan. Pada penelitian ketiga
terkait simulasi transmisi, penularan virus influenza cukup rendah, tidak
sesuai yang diduga oleh para peneliti. Hal ini membantah pernyataan
berbagai media terkait isu-isu penyebaran penyakit respirasi yang sangat
mengkhawatirkan.
Penelitian di jurnal ini berhasil membuktikan bahwa pemberitaan oleh
berbagai media belum tentu benar adanya. Perlu dilakukan pembuktian
sehingga kebenaran dan keaslian data tersebut bisa dipertimbangkan, salah
satu caranya adalah dengan melakukan penelitian.
7

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan berbagai kemudahan saat ini, melakukan penerbangan dari
satu benua ke benua lain bukanlah hal yang tidak mungkin lagi. Dengan
segala kemudahan tersebut risiko penyebaran penyakit seperti ISPA menjadi
lebih besar. Namun penelitian pada jurnal Behaviors, Movements, and
Transmission of Droplet-Mediated Respiratory Diseases During
Transcontinental Airline Flights memberikan fakta bahwa penyebaran
penyakit ISPA dapat terjadi dalam penerbangan namun dengan risiko
penularan yang sangat kecil. Ini juga dipengaruhi dengan semakin baiknya
sistem dan teknologi kesehatan penerbangan. Sehingga kita dapat
melakukan penerbangan dengan aman dan tenang.
8

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Sukotjo Danusastro, DSKP, MBA. Aspek Aerofisiologi dalam


Penerbangan. Perkespra Pusat, Jakarta.
Guyton, C. Arthur & Jhon, E. Hall. 2016. Guyton and Hall : Textbook of Medical
Physiology, Ed.12.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem, Ed.8.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai