Anda di halaman 1dari 21

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Deviana Yunitasari


Nama Wahana : RSUD Bengkulu Tengah
Topik : Infeksi Saluran Kemih
Tanggal (kasus) : 19 Januari 2021
Nama Pasien : Tn.RS NO.RM:
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Sayboy N. Siregar
Tempat Presentasi : RSUD Bengkulu Tengah
Objektif Presentasi : Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja Dewasa  Lansia  Bumil
Deskripsi Laki-laki 24 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kiri bawah sejak 4
hari yang lalu.
Tujuan • Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Bahan bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset Kasus  Audit
Cara membahas  Diskusi Presentasi dan  Email  Pos
diskusi
Data pasien Nama : Tn.RS No registrasi :
Nama klinik : RSUD Bengkulu Tengah Telp : Terdaftar sejak :
19-Januari-2021
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Infeksi Saluran Kemih
2. Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri menjalar ke perut kiri bawah
sejak 4 hari yang lalu. Nyeri Hilang timbul (+). Nyeri pinggang disertai demam dan
nyeri saat BAK. BAK berdarah (-), BAK Berpasir (-). BAK Tidak lampias (+). Pasien
juga mengeluhkan mual dan muntah. Muntah 1x berisi apa yang dimakan. Nyeri ulu hati
tidak dirasakan. Badan terasa lemas.
3. Riwayat kesehatan/penyakit

1
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat pengobatan TB paru disangkal
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat merokok disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
4. Riwayat keluarga: tidak ada riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat pekerjaan: pasien adalah buruh lepas
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)
Pasien tinggal di lingkungan pedesaan yang bermata pencaharian utama sebagai buruh
lepas bersama orang tua dan biaya kesehatan ditanggung oleh bpjs.
7. Lain-lain:
Pemeriksaan Fisik:
• KU: tampak sakit sedang
• Kes: CMC
• GCS : E4M6V5
Vital Sign:
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi: 81 x/menit
- Pernafasan: 21 x/menit
- Suhu: 37.3 0C
• Kepala : bentuk bulat, tidak terdapat benjolan dan bekas luka, rambut hitam dan putih
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
• Mata : bentuk normal, simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, palpebra
superior et inferior tidak edema, pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya +/+
• Telinga : bentuk normal, simetris, sekret -/-.
• Hidung : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, sekret -/-
• Mulut : bentuk normal, bibir kering (+), oral thrush (-), stomatitis (-), mukosa dinding
faring posterior tidak hiperemis
• Leher: trakea di tengah, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
• Kelenjar getah bening : retroaurikuler, submandibula, cervical, supraclavicula tidak

2
teraba membesar.
• Kulit : ikterus (-), sianosis (-), keringat dingin (-)
• Thorax:
o Pulmo
– Inspeksi : simetris dalam statis dan dinamis, retraksi dinding dada -/-
– Palpasi : stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat.
– Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
– Auskultasi : pernapasan vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
o Jantung
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak.
• Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V
• Perkusi : Redup
• Batas kanan atas : ICS II linea sternal Line dextra
• Batas kanan bawah : ICS V linea sternal Line dextra
• Batas kiri atas : ICS II linea Parasternal Line sinistra
• Batas kiri bawah : ICS VI linea aksilaris anterior sinistra
• Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-).
• Abdomen:
• Inspeksi : tampak datar
• Palpasi : supel, nyeri tekan supra pubik (+), nyeri tekan iliaca sinistra (+), nyeri
ketok CVA (-/-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba membesar.
• Perkusi : timpani.
• Auskultasi : bising usus normal, 12x/ menit.
• Tulang Belakang: Kifosis (-), scoliosis (-), lordosis (-)
• Ekstremitas: Akral hangat, CTR < 2’

Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium:
19/01/2021 Satuan
Hb 15,5 gr/dL

3
Eritrosit 5,2 juta/mm3
Leukosit 11.900 /mm3
Hematokrit 32 %
Trombosit 261.000 /mm3
Glukosa 83 mg/dL
Sewaktu

URINE
Warna Kuning
Kejernihan Keruh
PH 6,0
Protein Positif
Reduksi Negative
Bilirubin Negative
Eritrosit 0-1/LPB
Epitel Positif
Leukosit 5-10/LPB
Silinder Negative
Kristal (+) Ca.Oxalat
Bakteri Positif
Lain-lain Cysteine

Rapid Covid 19 : Non Reaktif

• Tatalaksana:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj Esomax 1x1 vial
- Inj. Antrain 2x1amp K/P
- Paracetamol 3x500mg
- Lansoprazol tab 1x30mg
- Sucralfat syr 3x1 C

4
Konsul dr.Sri, Sp.PD
• ACC Rawat Inap
• Advice tambahan Ceftriaxone 2x1 gr

- Follow up Ruangan
Tanggal 20/01/2021
S – Nyeri Perut kiri atas dan bawah (-)
– Nyeri pinggang (-)
– Mual (-) muntah (-)
– BAB (+)
– BAK (+) sudah banyak dan sering.
O KU: Tampak Sakit Sedang
Kes: Compost Mentis Cooperatif
TTV:
TD: 110/70 mmHg
N: 84x/i
RR: 21x/i
S: 36,50C
Mata: CA -/- SI -/-
Cor: BJ I/II regular, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo: vesikuler +/+, ronki -/-,
wheezing -/-
Abdomen: flat, supel, bising usus (+),
Nyeri Tekan Supra Pubik (-), Nyeri
tekan iliaca Sinistra (-), timpani
Ektremitas: akral hangat, edema (-)
A Infeksi Salurah Kemih
P - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj Esomax 1x1 vial
- Inj. Antrain 2x1amp K/P

5
- Paracetamol 3x500mg
- Lansoprazol tab 1x30mg
- Sucralfat syr 3x1 C
- Ceftriaxone 2x1gr
Konsul dr.Sri,Sp.PD
Boleh Pulang. Control ulang ke poli
hari senin.
Terapi pulang:
- Paracetamol 3x500mg (Jika
demam atau nyeri)
- Cefixime 2x200mg
- Sucralfat syr 3x1C

Hasil Pembelajaran
1. Identifikasi Infeksi Saluran Kemih
2. Diagnosis klinis Infeksi Saluran Kemih
3. Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif
Tn.RS laki-laki, 21 tahun, datang ke RSUD Bengkulu Tengah dengan dengan keluhan nyeri
pinggang kiri menjalar ke perut kiri bawah sejak 4 hari yang lalu. Nyeri Hilang timbul (+).
Nyeri pinggang disertai demam dan nyeri saat BAK. BAK berdarah (-), BAK Berpasir (-).
BAK Tidak lampias (+). Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Muntah 1x berisi apa
yang dimakan.
2. Obyektif
Pasien datang dengan nyeri pingang kiri menjalar ke perut kiri bawah. Dari pemeriksaan
fisik pasien dalam keadaan sakit sedang. Di temukan nyeri tekan supra pubic serta nyeri
perut region iliaca sinistra.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukositosis. Dari pemeriksaan
urin didapatkan urine keruh dan ditemukan adanya bakteri dalam urine.
3. Assessment

6
Pasien didiagnosis Infeksi Saluran Kemih didasarkan adanya hasil pemeriksaan subjektif
dan objektif. Dari pemeriksaan subjektif nyeri pinggang menjalar ke perut kiri bawah. Dan
dipatkan pasien nyeri saat buang air kecil.. Dari pemeriksaan objektif ditemukan
pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sakit sedang. Di temukan nyeri tekan supra pubic
serta nyeri perut region iliaca sinistra.
Dari hasil pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukositosis. Dari pemeriksaan
urin didapatkan urine keruh dan ditemukan adanya bakteri dalam urine.

4. Plan
Diagnosis
Infeksi Saluran Kemih

Pengobatan
Farmakologi:
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj Esomax 1x1 vial
- Inj. Antrain 2x1amp K/P
- Paracetamol 3x500mg
- Lansoprazol tab 1x30mg
- Sucralfat syr 3x1 C

Nonfarmakologi :
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien, kondisi pasien
saat ini, pemeriksaan yang akan dilakukan, tindakan penatalaksanaan yang akan dilakukan,
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.

Konsultasi
Diberitahukan pada pasien dan keluarganya mengenai perlunya konsultasi dengan dokter
spesialis Penyakit Dalam.

7
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra.1,2 Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria):
bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony
forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi
klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria
bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada
beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna
(significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang.

2. EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan
di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan
laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama
hidupnya.3,4 Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode
aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan
perempuan jika disertai faktor predisposisi. Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan
pasien dengan ISK di tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan
muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahu. Insiden ISK pada laki-
laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah
disirkumsisi (0,11%).

3. ETIOLOGI

8
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :
a. Kelompok Enterobacteriaceae seperti :
• Escherichia coli
• Klebsiella pneumoniae
• Enterobacter aerogenes
• Proteus mirabilis
b. Pseudomonas aeruginosa
c. Acinetobacter
d. Enterococcus faecalis
e. Staphylococcus saprophyticus
Tabel 1. Kuman uropatogen yang umumnya diisolasi pada wanita hamil dengan pielonefritis
Escherichia coli 86%
Proteus mirabilis 4%
Klebsiella species 4%
Enterobacter species 3%
Staphylococcus saprophyticus 2%
Streptococcus grup B 1%

4. PATOGENESIS
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : endogen yaitu kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen ( akibat pemakaian kateter). Ada
dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.6-8
• Secara asending yaitu:
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
• Secara hematogen yaitu:

9
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan
fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

Gambar 6. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih


Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
• Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif.
• Mobilitas menurun
• Nutrisi yang sering kurang baik
• Sistem imunitas yang menurun
• Adanya hambatan pada saluran urin
• Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,

10
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.

5. MANIFESTASI KLINIS
Pada wanita, ISK yang bergejala dan baru diketahui untuk pertama kali, untuk keperluan
pengobatannya antara lain harus ditentukan ada infeksi. Pada populasi banyak, secara praktis dan
cepat hanya perlu pemeriksaan urinalisis, yaitu mengetahui adanya piuria dan bukan dengan
kultur atau pemeriksaan kepekaan, oleh karena anti mikroba masih peka terhadap Escherichia
coli atau Staphylococcus saprophyticus. Kecuali pada pasien-pasien yang mendapat infeksi
waktu dirawat di rumah-sakit, antara lain akibat kateterisasi saluran kemih bagian bawah, uropati
obstruktif dan gagal ginjal. Pada umumnya sifat dari kuman yang sama, sudah berbeda sehingga
tidak lagi peka terhadap semua obat. Sebagian kecil dari wanita dengan disuria akut yang
berulang, kultur urin negatif. Hal tersebut terdapat pada sistitis interstitialis, uretritis oleh karena
Nesseria gonokokus atau Klamidia trakomalis.
pada ISK bagian atas perlu pemeriksaan kultur. Menurut gejala, tanda dan kelainan urinnya,
dapat disebabkan oleh pielonefritis akut, pielonefritis sub akut, I.S.K. bagian bawah yaitu sistitis
dan atau uretritis, uretritis Klamidia atau gonokokus, vaginitis, sistitis interstisial dan bukan
infeksi.5 Pada wanita muda yang seksual aktif, penyebab primer dari ISK adalah Eschericia coli
dan sekunder oleh Stafilokokus saprophyticus. Pada pria berumur lebih dari 50 tahun yang
sering mengalami kateterisasi saluran kemih. Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang
tindih. Berikut adalah contoh gejala yang biasa terjadi pada ISK.
ISK bagian bawah
• Cystitis dan uretritis
- Disuria
- Poliuria / sering berkemih
- Mendesak bila mau berkemih
- Ketidaknyamanan pada supra pubis
- Air kemih keruh, banyak eritrosit
• Prostatitis

11
- Demam
- Menggigil
- Sakit pinggang bawah
- Rasa nyeri pada perineum
- Mendesak bila mau berkemih
- Disuria
- Prostat nyeri
- Keluar lendir dari urethra
ISK bagian atas
• Pielonefritis
- Mendadak demam
- Menggigil
- Sakit di daerah costovertebral
- Leukositosis
- Banyak urin eritosit dalam urin

Gambar 7. Penilaian klinik gangguan berkemih

12
Gambar 8. Penilaian klinik pada infeksi saluran kemih
Gejala klinis pada anak .
- Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
- Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu makan, sering kencing, nyeri pada
saat kencing

6. DIAGNOSIS
Diagnosa ISK ditegakkan dengan menemukan bakteriuria. Untuk mendeteksi bakteriuria
diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang secara konvensional dilakukan dengan metode
biakan dan ditemukannya jumlah kuman >l00,000 colony forming unit /ml urine. Metode biakan
ini tidak selalu dapat dilakukan laboratorium sederhana, karena tidak semua laboratorium
mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu, yang biayanya cukup tinggi dan membutuhkan
waktu yang lama. Yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan secara
Gram, dengan ditemukannya kuman batang Gram-negatif. Namun cara ini membutuhkan
keahlian khusus. Selain itu dapat dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urin untuk
membantu diagnosis bakteriuria yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi
hari, urine diambil sebelum subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek pengenceran.
Kepada subyek dijelaskan mengenai cara-cara menampung dan mengirim sampel urine yang
dibutuhkan yaitu: sebelum berkemih genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan air sabun

13
kemudian dibilas dengan air. Air kemih awal dibiarkan terbuang dan yang di tengah-tengah
ditampung sebanyak 20 ml di dalam tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga diminta
untuk menjaga agar tempat tampung urine tidak menyentuh paha, genitalia atau pakaian, dan
tidak memegang bagian dalam dari tempat tampung. Sampel urine setelah diperoleh,
dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi potongan-potongan es dan segera dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa.

7. DIAGNOSIS BANDING
a. Nefrolithiasis
• Definsi : Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan
batu di dalam ginjal.

Gambar 5. Nefrotlithiasis
• Gambaran klinis:
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya
gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat
ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain : (1)
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal.

14
• Pemeriksaan Fisik
a. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
b. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau
dengan hidronefrosis.
c. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan
retensi urin.
d. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien
dengan urosepsis.(5,3)

• Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari
jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat
murni. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi
intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi
retrograd. (1)
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras,
(3)
faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan
USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/
lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).
b. Laboratorium:

15
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan penyebab batu.(1)

b. Abses Ginjal
• Etiologi : Penyebaran Staphylococcus aureus secara hematogen. Tersering infeksi
kulit.
• Gejala-gejala :
- Tiba-tiba menggigil, demam
- Nyeri pada sudut kostovertebral
- Bila abses sudah berhubungan dengan sistem kolekting → timbul gejala iritasi
buli.
- Nyeri tekan pada pinggang
- Kulit : eritema & edema
• Laboratorium
- Leukositosis (Shift to the left)
- Bila belum berhubungan dengan sistem tubulus kolektivus → piuria (-),
bacteriuria (-)
- Pada Medullary abses → piuria (+), bakteriuria (+) & kultur (+) pada urin &
darah
• Radiologis
- BNO : bayangan ginjal membesar
- IVP : abses pada kortek → “ Space occupying lesion”
- USG : masa kistik

8. PENATALAKSANAAN
a. Non Farmakologis
• Banyak minum air putih bila fungsi ginjal baik
• Higiene genitalia eksterna
b. Farmakologis
Tabel 2. Antimikroba pada ISK bawah

16
Antimikroba Dosis Lama Terapi

Trimetoprim – Sulfametoksazol 2x160/800 mg 3 hari

Trimetoprim 2x100 mg 3 hari

Siprofloksasin 2x100-250 mg 3 hari

Levofloksasin 2x 250 mg 3 hari


Sefiksim 1x400 mg 3 hari
Sefpodoksim proksetil 2x100 mg 3 hari

Nitrofurantoin makrosilat 4x50 mg 7 hari

Nitrofurantoin monohidrat makrokristal 2x100 mg 7 hari

Amiksisilin/Klavulanat 2x500 mg 7 hari

Tabel 3. Obat parenteral pada ISK atas


Antimikroba Dosis Interval
Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 24 jam
Ofloksasin 400 mg 12 jam
3-5 mg/kgBB 24 jam
Gentamisin ( + ampisilin )
1 mg/kgBB 8 jam
Ampisilin (+ gentamisin) 1-2 gram 6 jam
Tikarsilin - klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin - tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem - silastatin 250-500 mg 6-8 jam

Pemberian obat pada wanita hamil dengan gangguan fungsi ginjal

Mengatur pemberian obat dan dosisnya pada wanita hamil apalagi dengan gangguan
fungsi ginjal merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus. Dosis obat perlu
disesuaikan dengan umur kehamilan dan derajat fungsi ginjal agar tidak berbahaya bagi ibu

17
maupun janin. Dalam keadaan darurat, keselamatan ibu merupakan prioritas walaupun pengaruh
obat pada janin tetap perlu diperhatikan.
Komplikasi pielonefritis pada kehamilan terutama disebabkan endotoksin yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Seringkali secara bersamaan terjadi kerusakan pada beberapa
organ. Sejumlah 10 % - 15 % pielonefritis pada kehamilan dengan bakteriemia, manifestasi ke
septic shock. (4) Kehamilan dengan sepsis dan demam tinggi menyebabkan cardiac output
turun. Insufisiensi pernafasan terdapat 2%-8% pada pielonefritis pada kehamilan, hal ini
disebabkan oleh karena. toksin dari bakteri dapat mengubah permeabilitas membrane alveoli-
kapiler dan menyebabkan edema pada paru-paru. Gejala klinis berupa sesak nafas, nafas cepat,
kekurangan oksigen, edema paru atau respiratory distress syndrome., denyut nadi meningkat
110 x / menit atau lebih, suhu badan meningkat lebih dari 390C, nafas cepat lebih 28 x per menit.
Disfungsi ginjal terdapat pada 25% kehamilan. Disfungsi ini dapat dilihat dari creatinine
clearence kurang dari 80 ml/menit, setelah beberapa hari dapat normal kembali. Anemia,
ditemukan pada 25%-66% kehamilan dengan pielonefritis. Anemia hemolitik timbul karena
lipopolisakharida kuman yang dapat merusak membran sel darah merah. Pielonefritis antepartum
pada kehamilan perlu diberi antibiotika yang mempunyai khasiat terhadap bakteri yang
menyebabkan infeksi saluran kemih. Pemberian antibiotika yang dapat diterima untuk
pengobatan pielonefritis seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Antimikroba yang digunakan untuk pengobatan pielonefritis pada kehamilan


ampisilin 2 g IV tiap 6jam + gentamycin 3-4mg/Kg/hari IV dibagi 3 x sehari
cefazolin 1 g IV tiap 8 jam
ceftriaxone 1- 2 g IV atau IM tiap 24 jam
mezlocillin 1- 3g IV tiap 6 jam
piperacillin 4 g IV tiap 8 jam

Kombinasi ampisilin dengan aminoglikosida sudah digunakan sebagai pengobatan yang umum
diberikan pada kehamilan dengan pielonephrits. Penggunaan gentamisin pada kehamilan sering
dipertanyakan karena toksisitasnya. Seperti nefrotoksik dan ototoksik, namun tidak ditemukan
nefropathy pada wanita hamil dan janinnya. Khususnya pada neonatal dan infants setelah
pengobatan dengan gentamisin. dapat mengakibatkan gangguan ginjal. (4) Pengobatan dengan

18
mezlocillin dan piperacillin, dapat menurunkan demam dalam waktu 96 jam. Pengobatan dengan
cefazolin dan ceftriaxon menurunkan febris, dalam 1 dan 1-3 hari. Resistensi terhadap generasi
pertama cephalosporin mencapai 12%. Penderita yang gagal dengan cefazolin dapat diobati
dengan penambahan aminoglikosida.
Kehamilan dengan pielonefritis perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi dan deteksi
komplikasi pielonefritis, termasuk insufisiensi ginjal, insufisiensi pernafasan dan sepsis,
gejalanya seperti demam tinggi, dehidrasi dan muntah-muntah. Pemeriksaan laboratorium yang
penting adalah hitung jumlah sel darah, serum elektrolit, kreatinin dan biakan urine. Angel (4)
membandingkan pengobatan cephalexin oral dengan cephalothin IV pada penderita
nonbakteriemia, ternyata antibiotika oral aman dan efektif diberikan pada kehamilan. Respon
klinis dengan pengobatan antibiotika adalah cepat. Bila setelah 72 jam gagal atau tidak ada
respon klinis perlu dilakukan renal sonografi untuk memeriksa
adanya obstruksi karena nephrolithiasis. Pengobatan intravena diteruskan sampai setelah 1 - 2
hari tidak demam. Umumnya pengobatan dengan antibiotika diberikan selama 2 minggu. Biakan
urine dan antibiotika profilaksis perlu diberikan pada wanita hamil dengan riwayat pielonefritis
untuk menurunkan risiko infeksi rekuren.9,10

9. PROGNOSIS
a. Bila segera diobati umumnya baik.7
b. Dapat terjadi gagal ginjal
c. Pada sistitis hampir selalu reinfeksi
d. Pada infeksi saluran kemih atas lebih banyak terjadi relaps

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: EGC; 2013. h.98-9.
2. Akunjee N, Akunjee M. Panduan menghadapi bagi mahasiswa tingkat akhir. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. h.11.
3. Sukandar E. Buku ajar: ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Internal
publishing; 2009. h.1008-14.
4. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia; 2003. h.62-65.
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 2.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h.918-24.
6. Cotran, Rennke H, Kumar V. Buku ajar patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007. h.591-
3.
7. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
h.718
8. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006.
h.166-7.
9. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h.50
10. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h.26-93.

20
21

Anda mungkin juga menyukai