Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Januarizkah Napitu

januarizkahnapitu@gmail.com

LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan di


industri jasa yang mempunyai karakteristik khusus seperti padat karya, padat pakar, padat
modal, padat teknologi, memiliki akses lebih terbuka bagi bukan pekerja rumah sakit (pasien,
pengantar pasien dan pengunjung pasien), serta memiliki kegiatan yang terus menerus setiap
hari dengan berbagai potensi bahaya yang terdapat di rumah sakit (Kementerian Kesehatan
RI, 2016). Hasil laporan Nasional Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, penyakit infeksi dan lain-lain (Ernawati & Nurlelawati, 2017). Kasus kecelakaan
akibat kerja (KAK) pada tenaga kesehatan di negara Amerika Serikat pada tahun 2011
tercatat sebanyak 58.860 kasus dan penyakit akibat kerja (PAK) juga menyebabkan tenaga
kesehatan tidak bekerja (OSHA, 2013).

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja,
baik medis (perawat, dan dokter), maupun non medis (petugas kebersihan (cleaning service))
mempunyai resiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard), dan kontak dengan
alat medis sekali pakai (disposable aquipment) seperti jarum suntik bekas maupun selang
infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat meningkatkan resiko
untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit. World
Heatlh Organitations (WHO) tercatat dari 35 juta pegawai kesehatan di dunia, kematian
akibat penyakit menular yang berhungan dengan pegawaian kesehatan berjumlah kurang
lebih 108.254 laki-laki dan perempuan 517.404 kejadian.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi para pekerja di Rumah Sakit dan fasilitas
medis lain tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Disadari atau
tidak, di lingkungan RS terdapat banyak bahan, alat dan proses kerja yang berpotensi bahaya.
Angka Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di RS juga cukup memprihatinkan. Pada prinsipnya
permasalahan tersebut timbul karena lemahnya pihak manajemen dalam menjalankan K3 RS
dengan baik dan benar, serta tingkat kesadaran pekerja RS akan K3 yang masih rendah. Di
samping itu berbagai masalah K3 kurang mendapat perhatian sebagaimana mestinya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka saya tertarik membuat jurnal be
judul faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat di rumah
sakit

METODE

Metode yang saya gunakan dalam membuat artikel ini disebut literasi. Saya membaca
beberapa informasi dari berbagai sumber referensi berupa buku, dan jurnal. Melalui metode
inilah saya memahami dan mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian
kecelakaan kerja pada perawat di rumah sakit.

HASIL

Beberapa faktor yang menyebabkan faktor yang berhubungan dengan kejadian


kecelakaan kerja pada perawat di rumah sakit adalah :

A. Umur

Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada
perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 berisikan p=0,002 p<0,05) artinya terdapat hubungan umur dengan kejadian
Kecelakaan Kerja.

B. Jenis Kelamin

Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada
perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 didapatkan hasil nilai p=0,019 ((p<0,05)artinya terdapat hubungan jenis kelamin
dengan kejadian Kecelakaan Kerja.

C. Alat pelindung diri

Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada
perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 n didapatkan hasil nilai p=0,007 (p<0,05), artinya ada hubungan penggunaan
Alat Pelindung Diri dengan kejadian Kecelakaan Kerja

D. Peraturan K3

Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan
kerja pada perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati
pada tahun 2019 didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05), artinya ada hubungan peraturan
K3 dengan kejadian dengan Kecelakaan Kerja.

E. Pelatihan K3

Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada
perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05), berarti terdapat hubungan negatif
antara faktor peltihan dan faktor kecelakaan kerja.

PEMBAHASAN

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman
dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Beberapa faktor yang menyebabkan faktor
yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat di rumah sakit adalah :

A. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
semakin tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang
dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun
pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang
berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat di ruang IGD RSU Anutapura
kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada tahun 2019 berisikan p=0,002 p<0,05)
artinya terdapat hubungan umur dengan kejadian Kecelakaan Kerja. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang menunjukkan terdapat hubungan umur, masa kerja, pelatihan
K3, APD, sikap kerja, pelindung mesin, kondisi jalan dengan kejadian kecelakaan, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dari 120 responden sebanyak 24 (20%) responden
mengalami kecelakaan dan 96 (80%) responden tidak pernah mengalami kecelakaan.
B. Jenis kelamin

Jenis Kelamin Jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-
laki secara biologis sejak seseorang itu dilahirkan. perbedaan biologis dan fungsi biologis
laki-laki dan perempuan tidak dapat ditukarkan diantara keduanya. Hasil penelitian dari
jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat di ruang
IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada tahun 2019
didapatkan hasil nilai p=0,019 ((p<0,05)artinya terdapat hubungan jenis kelamin dengan
kejadian Kecelakaan Kerja. Namun hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan definisi
oprasional dimana dalam definisi oprasional dinyatakan jenis kelamin yang memiliki resiko
lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja adalah perempuan, tapi hasil analisis uji Chi Square
menunjukkan persentase kecelakaan lebih banyak terjadi pada laki-laki.

C. Masa Kerja

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu
tempat. Pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai denga
pertambahan masa kerja dan lama bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Pengalaman
merupakan keseluruhan yang didapat seseorang dari peristiwa yang dialaminya, artinya
bahwa pengalaman seseorang dapat mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan
pekerjaannya. Dengan demikian semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang
diperolehnya semakin banyak yang memungkinkan perawat dapat bekerja lebih aman
(Millah, 2008).

Sedangkan menurut Cooper (2001) orang sering berperilaku tidak aman (unsafe
action) karena orang tersebut belum pernah cedera saat melaksanakan pekerjaannya dengan
tidak aman. Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan
kerja pada perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati
pada tahun 2019 didapatkan hasil nilai p=0,083 ((p<0,05) artinya tidak ada hubungan masa
kerja dengan kejadian Kecelakaan Kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa hasil penelitian terdapat hubungan antara variabel pendidikan
dengan kecelakaan kerja dengan nilai p=0,015

D. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja agar dapat
memproteksi dirinya sendiri. pengendalian ini adalah alternatife terakhir yang dapat
dilakukan bila kedua pengendalian sebelumnya belum dapat mengurangi bahaya dan dampak
yang mungkin timbul. Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari kemungkinan
adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja
pada perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 n didapatkan hasil nilai p=0,007 (p<0,05), artinya ada hubungan penggunaan
Alat Pelindung Diri dengan kejadian Kecelakaan Kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang menunjukkan hasil penelitian variabel yang berhubungan dengan kejadian
kecelakaan kerja adalah kepatuhan penggunaan APD safety helmet (p = 0,011) dan
kepatuhan penggunaan safety shoes (p = 0,013).

E. Peraturan K3

Kebijakan/aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pernyataan


tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan/atau pengurus yang memuat seluruh visi dan
tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja, serta
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum atau operasional. Kebijakan/peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(Health and safety) merupakan persyaratan penting dalam penerapan sistem manajemen K3
dalam perusahaan. Kebijakan K3 ini merupakan bentuk nyata dari komitmen manajemen
terhadap K3 yang dituangkan dalam bentuk peryataan tertulis yang memuat pokok-pokok
kebijakan perusahaan tentang pelaksanaan keselamatan kerja dalam perusahaan. Hasil
penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada
perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati pada
tahun 2019 n didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05), artinya ada hubungan peraturan K3
dengan kejadian dengan Kecelakaan Kerja.

F. Pelatihan K3

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk


memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam
waktu yang relatif singkat, dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada
teori, dalam hal ini yang dimaksud adalah pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja. artinya
ada hubungan pelatihan K3 dengan kejadian dengan Kecelakaan Kerja. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian berdasarkan hasil analisis untuk koefisien kolerasi spearman
didapatkan koefisien kolerasi untuk faktor pelatihan dengan faktor kecelakaan kerja bernilai -
0,292, Hasil penelitian dari jurnal Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan
kerja pada perawat di ruang IGD RSU Anutapura kota palu yang ditulis oleh Lusia Salmawati
pada tahun 2019 n didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05), berarti terdapat hubungan
negatif antara faktor peltihan dan faktor kecelakaan kerja. dengan demikian jika faktor
pelatihan tinggi maka faktor kecelakaan rendah sedangkan jika faktor pelatihan rendah maka
faktor kecelakaan tinggi,

G. Komunikasi
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media
baik lisan maupun tulisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektifitas
komunikasi, informasi harus mudah diingat oleh penerima. Disamping untuk menyampaikan
perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, komunikasi keselamatan dan
kesehatan kerja digunakan untuk mendorong perubahan perilaku, sehingga pekerja
termotivasi untuk bekerja dengan selamat.
H. Sumber Daya
Ketersediaan sarana dan prasarana seperti alat pelindung diri bagi petugas kesehatan
menunjukkan bahwa di IGD RSUD Kota Semarang sudah mencukupi dan mudah dalam
memperoleh alat pelindung diri seperti masker, apron, handscoon, sepatu booth, kacamata
google, dan topi. Kondisi dari alat pelindung diri yang disediakan dalam kondisi yang layak
pakai. Terkait pemeriksaan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala. Sebagian besar
informan sudah mendapatkan pemeriksaan kesehatan baik sebelum bekerja maupun secara
berkala. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum bekerja meliputi foto rontgen,
pemeriksaan darah, cek laboratorium, pemeriksaan fisik, dan narkoba.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin,
serta pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu dan pemeriksaan kesehatan berkala
bagi SDM Rumah Sakit sekurangkurangnya1 tahun.
I. Lingkungan kerja
Faktor lingkungan ini meliputi hal yang berhubungan dengan proses kerja secara
langsung, seperti tekanan yang berlebihan terhadap jadwal pekerjaan, peralatan keselamatan
kerja yang tidak memadai, kurangnya pelatihan dan kurangnya pengawasan. Faktor-faktor
fisik dalam perusahaan antara lain kebisingan, penerangan, tekanan udara, dan aroma di
tempat kerja. Terkait resiko lingkungan kerja di IGD sebagian besar informan mengatakan
lingkungan kerjanya beresiko terhadap PAK ataupun KAK dikarenakan banyak resiko kerja
dan jika tidak ditanggulangi akan menyebabkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan akibat
kerja yang dialami oleh petugas kesehatan. Resiko yang dapat terjadi misalnya penyakit TBC
karena di IGD sendiri belum ada ruangan khusus untuk pasien TBC, sehingga penularan
melalui droplet dapat terjadi.
J. Standar Operasional Procedure (SOP)
Sebagian besar Informan sudah mengetahui adanya Standar Operasional Prosedur
kerja di IGD mulai dari SOP penerimaan pasien, melakukan tindakan, SOP penggunaan
APD. Standar Operasional Prosedur dibutuhkan agar karyawan mengetahui prosedur kerja
yang harus dilakukan, sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya, mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin
dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara
keseluruhan.
J. Komitmen
Komitmen dan kebijakan K3RS di wujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas,
dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit. Hasil wawancara
petugas kesehatan masih ada yang tidak memakai APD, pengetahuan terkait Program K3RS
belumsemuanya mengetahui dengan jelas, dan tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan.

PENUTUP

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman
dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh
faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Hasil laporan Nasional Safety Council
(NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar
dari pekerja di industri lain. Kasus yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir,
sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain (Ernawati &
Nurlelawati, 2017). Beberapa faktor yang menyebabkan faktor yang berhubungan dengan
kejadian kecelakaan kerja pada perawat di rumah sakit adalah : Umur, Jenis kelamin, alat
pelindung diri, Peraturan dan pelatihan K3, Komunikasi, Lingkungan kerja, sumber daya,
Standard Operational procedure (SOP), dan Komitmen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ardida, Angelo Sefanya., Lestantyo, Daru., & Kurniawan, Bina. (2019). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Non Medis Di
Instalasi Gizi Rsud K.R.M.T Wonsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-
Journal) Volume 7, Nomor 4.
2. Departemen Kesehatan RI, Ditjen Pelayanan Medik. petunjuk penyusunan pedoman
pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit. Jakarta. 2017
3. Dwiari, Kadek Eni., & Muliawan, Partha. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pelaksanaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit Umum, Kota Denpasar
Arc. Com. Health Vol. 6 No. 2

4. Ernawati, N., & Nurlelawati, E. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Pelaksanaan Penerapan K3 pada Tenaga Kesehatan di RSIA Permata Sarana Husada Periode
Februari 2015. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 3 (1).

5. Nazirah, R., & Yuswardi. (2017). Perilaku Perawat dalam Penerapan Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Aceh. Idea Nursing Journal, 8 (3): 2087-2879.
6. P, Silvia Maria., Wiyono, Joko., Candrawati, Erlisa. (2015). Kejadian Kecelakaan Kerja
Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care Vol. 3, No. 2
7. Salmawati, Lusia., Rasul, Muh., & Napirah, Muh. Ryman. (2019). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Di Ruang Igd Rsu
Anutapura Kota Palu. Preventif:Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 10 Nomor 2

8. Simamora, R. H. (2017). A strengthening of role of health cadres in BTA-Positive


Tuberculosis (TB) case invention through education with module development and video
approaches in Medan Padang bulan Comunity Health Center, North Sumatera Indonesia.
International Journal of Applied Engineering Research, 12(20), 10026-10035.
9. Simamora, R. H., & Saragih, E. (2019). Penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat:
Perawatan penderita asam urat dengan media audiovisual. JPPM (Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat), 6(1), 24-31.
10. Tukatman., Sulistiawati., Purwaningsih., & Nursalam. (2015). Analisis Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Perawat Dalam Penanganan Pasien Di Rumah Sakit Benyamin Guluh
Kabupaten Kolaka. Jurnal Ners Vol. 10 No. 2
11. Wirdati IE, Denny HM, Kurniawan B. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Maintenance Elektrikal Dalam Menerapkan Work Permit Di
PT. X Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 2017 Dec 13;3(3):456-64.
12. Yunita, Ajeng Retno., Sriatmi, Ayun., & Fatmasari, Eka Yunila. (2016). Analisis Faktor-
Faktor Kebijakan Dalam Implementasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3rs) Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang JKM
jurnal Vol 4 No 2

Anda mungkin juga menyukai