Disusun oleh :
P05140319026
Dosen Pembimbing :
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Sterilisasi,
Desinfektan dan DTT”. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan dari
beberapa pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis berharap
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca. Namun makalah ini
tidak memiliki kesempurnaan dan masih banyak memiliki kesalahan yang harus diperbaiki
lagi. Penulis berharap agar para pembaca dapat memakluminya dan makalah ini bisa berguna
bagi kita.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB 11 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi, Desinfektan dan DTT. 6
2.2 Perbedaan Sterilisasi, Desinfektan dan DTT 7
2.3 Tujuan Sterilisasi, Desinfektan dan DTT 8
2.4 Jenis Sterilisasi, Desinfektan dan DTT 8
2.5 Cara Sterilisasi, Desinfektan dan DTT 13
2.6 Syarat Sterilisasi, Desinfektan dan DTT 16
2.7 Aplikasi Sterilisasi, Desinfektan dan DTT dalam keseharian dunia kesehatan
17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam lingkup bidang kesehatan memberikan asuhan baik pada pasien yang
beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya
infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi
dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang
terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi
tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar
akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan
keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi
dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa
ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga
kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses
penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas
tentang bagaimana penerapan sterilisasi Sterilisasi, Desinfektan dan DTT dalam makalah
ini. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia kesehatan.
B. RUMUSAN MASALAH
4
6. Bagaimana syarat Sterilisasi, Desinfektan dan DTT?
7. Bagaimana aplikasi Sterilisasi, Desinfektan dan DTT dalam keseharian dunia
kesehatan?
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi
6
B. Pengertian Desinfektan dan DTT
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi
permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan
tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
7
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi
memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun
sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh
kuman penyebab penyakit.
8
lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang
digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka
sterilisasipun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
c. Uap air panas
Konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik disinfeksi
termurah Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh
dengan teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl. Botulinum
d. Uap air panas bertekanan
Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila
sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf
berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang
telah distrerilkan.diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari:
Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya,
Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
Pasteurisasi
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety
Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya
menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan
sterilisasi dengan cara ini:
a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b. absorbsi as. NukleatDaya kerja
c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d. penetrasi lemahKelemahan
Sinar ion bersifat hiperaktif
9
alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar
gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
3. Sterilisasi dengan Cara Kimia
a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
1) Rongga (space)
5) Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat
disinfekstan
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia
1) Jenis bahan yang digunakan
3) Sifat Kuman
4) pH
5) Suhu
2) Halogen
3) Yodium
4) Klorin
tegangan permukaan
b) Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
10
6) Peroksida (H2O2)
11
seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang
spora baru alan mati setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam
bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan
pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat
pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi
lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif
terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut
terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat
diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat
dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas
sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
12
Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari
dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang
efektif bagi kain atau bahan plastik.
Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari.
Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna
pada instrumen atau permukaan keras.
Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 :
10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa
jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam
renang.
13
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
1) Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya
larutan enzim dan antibiotik
2) Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
penggunaanya.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
Waktu relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu
yang digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka
sterilisasipun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi Teknik
disinfeksi termurah Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak
terbunuh dengan teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan
tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk
mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus
Bila media yang telah distrerilkan. diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila
selama 7 hari: Media keruh maka otoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik,
kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf
Pasteurisasi: Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu
Membunuh kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella,
Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30
menit
Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
14
dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan
senyawa desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan
cara ini:
Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
Daya kerja absorbsi as. Nukleat
Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
Kelemahan penetrasi lemah
Sinar Gamma Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif Sering digunakan pada
sterilisasi bahan makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa
atau penampilan Bahan disposable: alat suntikan cawan petri dpt distrelkan dengan
teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
3) Sterilisasi dengan Cara Kimia
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
Rongga (space)
Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap
Sebaiknya menyediakan hand lationmerawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:
1. Jenis bahan yang digunakan
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi
Alkohol
Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak & enzim tdk aktif
Halogen
Mengoksidasi protein kuman
15
Yodium
Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
Efektif terhadap berbagai protozoa
Klorin
Memiliki warna khas dan bau tajam
Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
Fenol (as. Karbol)
Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan
tegangan permukaan
Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
Peroksida (H2O2)
Efektif dan nontoksid
Molekulnya tidak stabil
Menginaktif enzim mikroba
Gas Etilen Oksida
Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik
16
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h. Larutan stabil
i. Mudah digunakan dan ekonomis
j. Aktivitas berspektrum luas
17
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran
oleh mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk
mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-
waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya
pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan alat pengajar
yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan
kombinasi pergeseran dan penggosokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup,
kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif,
desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu.
Penggunaan desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar
tidak tercemar. Kain pel harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk
mengurangi pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan
untuk membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam
dipakai seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih
parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih
mudah dicapai.
Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah
.Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun
tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua
pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan
yang mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau
yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika
melakukan prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1) Gown/barakschort :
2) Masker :
3) Sarung Tangan
18
4) Kaca mata pelindung/goggles
Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai
menjadi arang.
Sterilisasi, Desinfektan dan DTT Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
a. Aseptik/Asepsis :
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun
yg sering menyebabkan infeksi.
Tujuannya :
Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan hidup maupun
benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antisepsis :
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau
penggunaan desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba
yg dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi
dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air
panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau
radiasi.
Pemprosesan Alat
a. Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum
dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat
19
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih
medis sebelum pencucian berlangsung.
b. Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek
tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air, membilas dengan air bersih dan mengeringkannya.
c. Sterilisasi/DTT
Dimanapun prosedur dilakukan, daerah steril harus dibuat dan dipelihara untuk
menurunkan risiko kontaminasi di area tindakan. Peralatan atau benda-benda
yang disinfeksi tingkat tinggi bisa ditempatkan di area steril. Prinsip menjaga
daerah yang harus digunakan untuk prosedur pada area tindakan dengan
kondisi disinfeksi tingkat tinggi (AVSC, 1999). Pelihara kondisi steril dengan
memisahkan benda-benda steril atau mungkin gunakan baju, sarung tangan
steril dan sediakan atau pertahankan lingkungan yang steril.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
Adapun desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derifat fenol atau sodium hipokrit.
3.2 Saran
Demikian yang dapat saya uraikan mengenai Sterilisasi, Desinfektan dan DTT
tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangannya, karena terbatasnya pengetahuan.
Saya sebagai penulis banyak berharap agar para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan makalah-makalah
pada berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami sebagai penulis dan khususnya
juga bagi para pembaca dan Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita
pelajari dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik.
Saya juga berharap para pembaca tidak hanya mengacu pada materi didalam
makalah ini melainkan mencari refrensi lain diluar makalah, dan diharapkan adanya
pengembangan lebih lanjut atas kekurangan dari makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
22