Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Teknik Penulisan Proposal Rita Susanti, S. Psi.,


M.A.

Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja (Quality of Work Life)


Terhadap Produktivitas Karyawan Di Kantor Kecamatan
Ujungbatu Kabupaten Rokanhulu

Disusun Oleh:
Rafika
11761200421

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat

disegala bidang kegiatan bisnis. Globalisasi era 90-an yang melanda dunia

telah mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Persaingan

di dunia bisnis yang ketat menghadapkan organisasi pada layanan publik

yang dapat memiliki daya saing kuat dan efisiensi. Untuk meningkatkan

efisiensi antara lain diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen utama dalam suatu

organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan

uang, sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Manusia

yang memilih teknologi yang digunakan, manusia yang mencari modal,

manusia yang mengunakan dan memeliharanya, disamping manusia dapat

menjadi keunggulan bersaing yang terus menerus. Oleh karena itu,

pengelolaan SDM dalam suatu organisasi menjadi suatu hal yang sangat

penting (Soekidjo Notoadmodjo, 2003).

Pada dasarnya masalah SDM berkaitan erat dengan masalah

produktivitas tenaga kerja pada karyawan. Produktivitas kerja karyawan

bagi suatu perusahaan sangatlah penting sebagai alat pengukur

keberhasilan dalam menjalankan usaha. Produktivitas adalah sebuah


keharusan dalam bisnis. Jika para pekerja bisnis mampu menjadi lebih

efektif sesuai dengan sasaran dan target kerja, maka kemungkinan besar

mereka akan menjadi pekerja yang produktif di semua aspek kerja

perusahaan. Produktivitas berarti memanfaatkan waktu yang dimiliki

secara optimal untuk menghasilkan output sebanyak mungkin dengan

kualitas setinggi mungkin. Produktivitas berarti bekerja secara efektif,

kreatif, strategis, dan tepat guna terhadap setiap tindakan untuk

menghasilkan output terbaik.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja diperlukan adanya tenaga

kerja yang memiliki keterampilan dan keahlian bekerja. Produktivitas

kerja merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan sementara

itu karyawan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan

produktivitas. Untuk itu perusahaan harus selalu memperhatikan tenaga

kerjanya sehingga produktivitas tidak akan menurun melainkan terus

meningkat. Menurut Muchdarsyah Sinungan (2003) “Produktivitas

mempunyai pengertian lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan

teknik manajemen, yaitu suatu philosopi dan sikap mental yang timbul

dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus

berusaha meningkatkan kualitas kehidupan”. Sedangkan menurut Mauled

Mulyono (1993) “produktivitas adalah sampai sejauh mana sumber daya-

sumber daya yang ada disertakan dan dipadukan dalam organisasi untuk

mencapai suatu hasil tertentu. Menurut Simamora (2004) Produktivitas


kerja adalah kemampuan memperoleh peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan.

Aspek-aspek Produktivitas Kerja Dijelaskan Simamora (2004) untuk

mengidentifikasi produktivitas kerja dapat dilihat dari aspek-aspek:

Kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam

jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh

perusahaan. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan

dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal

ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan

pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh

perusahaan. Ketepatan waktu tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada

awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

Ketepatan waktu diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas

yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output.

Sumber produktivitas kerja adalah manusia sebagai tenaga kerja, baik

secara individual maupun secara kelompok, yang sepenuhnya terarah pada

upaya mencari cara yang memungkinkan manusia meningkatkan

produktivitasnya dalam bekerja, terutama berkenaan dengan peningkatan

kualitas dalam melaksanakan pekerjaannya.

Adapun Tiffin dan Cormick, mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua

golongan yaitu: a. Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur,
temperamen, keadaan fisik individu dan motivasi. b. Faktor yang ada

diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu

istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan

keluarga (Siagian,2003). Penelitian yang dilakukan oleh Griffin dkk.

(1995) menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kualitas kehidupan kerja

terhadap produktivitas kerja karyawan. Semakin baik kualitas kehidupan

kerja maka akan semakin tinggi produktivitas kerja karyawan. Karyawan

akan melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan memberikan kinerja

yang lebih baik karena merasa bahwa organisasi memberikan kualitas

kehidupan yang baik pada diri karyawan (Griffin, dkk., 1995).

Pentingnya produktivitas kerja dalam suatu organisasi atau perusahaan

telah disadari banyak pihak . salah satunya telah ditegaskan oleh Michael

Porter yang menyatakan produktivitas sebagai akar penentu tingkat daya

saing baik level individu dan perusahaan (Sumbodo,2010).

Namun, yang terjadi di kantor kecamatan Ujungbatu Rokan hulu saat

ini adalah tingkat produktivitas kerjanya menurun menurut hasil survei hal

ini disebabkan oleh pegawai merasa tidak nyaman ditempat kerjanya

sehingga ia tidak maksimal dalam melakukan pekerjaanya, suasana

ditempat kerja harus kondusif agar pekerja tenang dan tidak stress

melakukan pekerjaannya dan juga kurangnya motivasi pegawai untuk

meningkatkan produktivitas karyawan. Perusahaan harus menumbuhkan

rasa keterikatan antar karyawan agar karyawan bersedia memberikan

kemampuannya secara optimal dalam mencapai tujuan perusahaan. Sumrit


(2014) dalam jurnalnya juga menyebutkan bahwa kualitas kehidupan kerja

yang baik mampu memediasi karyawan untuk lebih terikat dengan

perusahaan.

Suasana kerja sebagaimana tergambar seperti di atas, akan

menciptakan kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) yang

kondusif bagi tercapainya tujuan organisasi. Kualitas kehidupan kerja

sangat berkaitan dengan kepentingan kelompok manusia dalam organisasi.

Kualitas kehidupan kerja adalah suatu konsep yang mencakup kualitas

yang dirasa (dalam hati pegawai) dari semua aspek keanggotaannya dari

organisasi itu. Hal-hal yang dirasa oleh individu dalam organisasi tidak

hanya menyangkut kepentingan ekonomis, tetapi juga kepentingan yang

berkaitan dengan nilai-nilai pribadi dan sosial dari individu, sehingga

mencakup kepuasan pribadi dan kepuasan psikologis semua faktor- faktor

kepuasan ini akan membentuk konsep kualitas kehidupan kerja (Wahtini,

2002).

Cascio (2006) menyatakan bahwa kualitas kehidupan kerja adalah

persepsi karyawan akan kesejahteraan mental dan fisik mereka di tempat

kerja. Menurut Cascio Quality Of Work Life dapat diartikan menjadi dua

pandangan, pandangan pertama menyebutkan bahwa Quality Of Work

Life merupakan sekumpulan keadaan dan praktek dari tujuan organisasi

(contohnya : pemerkayaan pekerjaan, kebijakan promosi dari dalam,

kepenyeliaan yang demokratis, partisipasi karyawan, dan kondisi kerja

yang aman). Kualitas kehidupan kerja merujuk pada tingkat kepuasan,


motivasi, keterlibatan dan komitmen pengalaman individual dengan

penghargaan terhadap kehidupan kerja mereka (Bernadine & Russell,

1998). Kualitas kehidupan kerja (Quality of Work Life) seseorang

berhubungan dengan beberapa perilaku baik di dalam maupun di luar

pekerjaan. Peningkatan kualitas kehidupan kerja seseorang dapat

memberikan perasaan positif yang lebih besar, sistem diri yang lebih

tinggi, peningkatan kepuasan kerja dan peningkatan komitmen terhadap

organisasi yang pada akirnya peningkatan kualitas kehidupan kerja akan

mengurangi tingkat absensi. Terciptanya kualitas kehidupan kerja yang

baik menimbulkan kepuasan karyawan karena keinginan, kebutuhan dan

nilai-nilai karyawan dapat terpenuhi dalam organisasi tersebut. Hal ini

akan memotivasi semangat kerja karyawan yang penuh gairah, tanggung

jawab dan memberikan konstribusi pada kepuasan pribadi dan

psikologisnya sehingga produktivitas kerja karyawan itu juga diharapkan

meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas kehidupan

kerja memberikan karyawan untuk memanfaatkan statusnya sebagai

makhluk sosial secara optimal dalam mendukung pelaksanaan kerjanya.

Pegawai di lingkungan Kantor Kecamatan Ujungbatu masih berada

dalam suatu kerangka organisasi. Setiap organisasi pasti memiliki kualitas

kehidupan kerja (Quality of Work Life). Para pegawai Kantor Kecamatan

Ujungbatu sebagai aparatur Negara yang memberikan pelayanan di unit

kerjanya. Pelayanan Kantor Kecamatan Ujungbatu agar sesuai dengan

harapan masyarakat, maka keberadaan SDM yang berkualitas merupakan


pangkal dari segalanya. Dengan meningkatnya produktivitas karyawan

maka akan memuaskan masyarakat dalam pelayanan yang ada. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kualitas Kehidupan

Kerja (Quality of Work Life) Terhadap Produktivitas Karyawan Di Kantor

Kecamatan Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan masalah penelitian adalah “Apakah ada hubungan antara kualitas

kehidupan kerja dengan produktivitas karyawan kantor kecamatan

Ujungbatu kabupaten Rokan Hulu”

C. Tujuan

Tujuan yang diingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui adanya hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan

produktivitas karyawan kantor kecamatan Ujungbatu kabupaten Rokan

Hulu

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu

yang mempunyai tema besar yang sama dalam hal kajian, meskipun

berbeda dalam hal jumlah dan posisi variabel penelitian, kriteria subjek,

ataupun metode analisis yang digunakan. Penelitian dalam bidang kajian

psikologi industri dan organisasi merupakan topik yang telah banyak

diteliti dalam penelitian. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya terkait


dengan variabel-variabel penelitian yang sedang dilakukan peneliti, antara

lain:

1. Triyana oktaviani (2009). Analisis hubungan factor-faktor kualitas

kehidupan kerja (Quality Of Work Life) dengan produktivitas kerja

karyawan PT. ASPEN (persero) cabang bogor, kesimpulan dalam

penelitian ini adalah bahwa kualitas kehidupan kerja (Quality Of Work

Life) dapat dilakukan melalui Produktivitas kerja.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya konsep maupun teori serta

memberikan manfaat dalam keilmuan psikologi khususnya pada

bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai hubungan antara

kualitas kehidupan kerja dengan perilaku produktivitas terhadap

karyawan kantor kecamatan Ujungbatu kabupaten Rokan Hulu”

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Karyawan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menjadi masukan kepada pembaca, khususnya karyawan mengenai

hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan perilaku

produktivitas terhadap karyawan kantor kecamatan Ujungbatu

kabupaten Rokan Hulu”

Sebagai input atau bahan masukan dan sumbangan pikiran dalam

upaya peningkatan produktivitas karyawan ke arah yang lebih baik


b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

dan bahan perbandingan pada penelitian selanjutnya oleh peneliti lain,

khususnya mengenai hubungan antara kualitas kehidupan kerja dengan

produktivitas karyawan kantor kecamatan Ujungbatu kabupaten Rokan

Hulu”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
a. Pengertian Kualitas Kehidupan Kerja
Seorang masuk menjadi anggota organisasi, salah satu tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Kualitas
kehidupan kerja akan menyangkut pada pemenuhan kebutuhan
karyawan dalam organisasi. Cascio (2006) menyatakan bahwa kualitas
kehidupan kerja adalah persepsi karyawan akan kesejahteraan mental
dan fisik mereka di tempat kerja. Sedangkan menurut Bernardin dan
Russel (2003) menyatakan bahwa Quality of work life berkenaan
dengan tingkat kepuasan,motivasi, keterlibatan, dan komitmen pribadi

yang dialami berkenaan dengan hidup mereka di tempat kerja.


Menurut Dubrin (1994) “Quality Of Work Life is related to the degree
to which the full range of human needs is met”. Kualitas kehidupan
kerja dapat diartikan sebagai derajat pemenuhan kebutuhan manusia
(human needs) dalam suatu lingkungan kerja. Apabila kebutuhan
manusia telah dipenuhi, maka produktivitas organisasi dapat
meningkat.
Sedangkan Hadari Nawawi (2008) mengungkapkan bahwa
kualitas kehidupan kerja yaitu perusahaan harus menciptakan rasa
aman dan kepuasan dalam bekerja demi mewujudkan tujuan
perusahaan. Fokus utama dari Quality Of Work Life sendiri adalah
bahwa lingkungan kerja dan semua pekerjaan didalamnya harus sesuai
dengan orang-orang dan teknologi (Davis dan Newstrom, 1994).
Kemudian Sumarsono (2004) mendefinisikan Quality Of Work Life
sebagai salah satu pendekatan sistem manajemen untuk
mengkoordinasikan dan menghubungkan potensi SDM dalam
organisasi, sebagai suatu upaya pimpinan untuk memenuhi kebutuhan
anggota maupun organisasi secara simultan dan terus menerus.
Flippo (2005) mendefinisikan Quality Of Work Life sebagai setiap
kegiatan (perbaikan) yang terjadi pada setiap tingkatan dalam suatu
organisasi untuk meningkatkan efektivitas organisasi yang lebih besar
melalui peningkatan martabat dan pertumbuhan manusia. Ellitan
(1998), Quality Of Work Life diartikan sebagai kultur berbasis
keterlibatan. Kultur Quality Of Work Life menimbulkan komitmen
timbal balik yang sangat tinggi diantara individu terhadap sasaran-
sasaran organisasi serta antara organisasi dengan kebutuhan
pengembangan individual. Luthans (2006) mengatakan bahwa Quality
of Work Life adalah dampak efektivitas manusia dan perusahaan yang
dikombinasikan dengan penekanan partisipasi dalam pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan.
Pengertian kualitas kehidupan kerja menurut John M Ivancevich
(2001) kualitas kehidupan kerja adalah: konsep yang agak umum yang
berhubungan dengan beberapa aspek dari pengalaman kerja yang
meliputi beberapa faktor antara lain: manajemen, gaya kepengawasan,
kebebasan dan otonomi untuk membuat keputusan terhadap pekerjaan,
pemuasan kebutuhan psikis terhadap lingkungan sekitar, keamanan
kerja, kepuasan jam kerja dan tugas penting.
b. Manfaat Kualitas Kehidupan Kerja
Organisasi yang mempraktikkan program kualitas kehidupan kerja
dengan efektif akan memperoleh beberapa keunggulan seperti yang
dikemukakan Harsono (2005) :
1) Meningkatkan moral kerja, mengurangi stres dan turn over
Moral kerja karyawan dapat ditingkatkan, tingkat stres menurun dan
turn over dapat ditekan dengan mengembangkan program-program
seperti waktu kerja yang fleksibel, desain pekerjaan yang tepat serta
sistem benefityang fleksibel
2) Meningkatkan motivasi
Motivasi merupakan faktor yang cukup berperan dalam menciptakan
prestasi kerja. Praktik manajemen yang memberikan kesempatan bagi
karyawan untuk memberikan masukan kepada organisasi akan
membangun motivasi yang tinggi sehingga dapat mencapai target
pekerjaan yang efektif.
3) Meningkatkan kebanggaan kerja
Berbagai praktik pengelolaan sumber daya manusia yang memberikan
kesempatan partisipasi terhadap desain program seperti sistem benefit,
penilaian prestasi kerja, kebijakan shift kerja dan praktik lain akan
meningkatkan kebanggaan kerja.
4) Meningkatkan kompetensi
Peningkatan kompetensi karyawan secara berkesinambungan dapat
tercapai dalam organisasi yang mampu menghilangkanhambatan-
hambatan pengembangan karir mereka. Untuk itu diperlukan program
yang mendorong kearah tujuan tersebut.
5) Meningkatkan kepuasan
Karyawan akan merasakan kepuasan kerja akan menunjukkan sikap
perilaku positif dan mengarah kepada peningkatan kinerja.
Pengembangan praktik sumber daya yang mencerminkan kualitas
kehidupan kerja seperti; menciptakan kondisi kerja yang mendukung,
kebijakan kompensasi, desain pekerjaan, kesempatan partisipasi dan
kesemptan karir akan mendorong terciptanya kepuasan yang tinggi.
6) Meningkatkan komitmen
Karena karyawan merasakan kepuasan terhadap pekerjaannya, hal ini
akan menimbulkan rasa bahwa pekerjaannya itu merupakan bagian
dari hidupnya sehingga pekerjaan itu akan dilakukan dengan sebaik-
nbaiknya karena itu juga merupakan salah satu komitmen dalam
hidupnya.
7) Meningkatkan produktivitas
Kesempatan mengembangkan diri dan partisipasi yang diberikan akan
mendorong produktivitas yang lebih tinggi. Sehingga dapat
dikemukakan bahwa kualitas kehidupan kerja memiliki pengaruh pada
peningkatan kemampuan organisasi dalam menarik dan
mempertahankan karyawan yang berkualitas dengan demikiian akan
berdampak pada peningkatan produktivitas.
c. Faktor-faktor Kualitas Kehidupan Kerja
Faktor-Faktor Kualitas kehidupan kerja Menurut Bernadin Russel
(1998) mengemukakan bahwa kualitas kehidupan kerja mengacu
kepada level dari kepuasan, motivasi, keterlibatan, komitmen
pengalaman individu terhadap kehidupan kerja mereka. Pada
umumnya kualitas kehidupan kerja mencoba memotivasi karyawan
dalam hal perasaan aman, keseimbangan, harga diri, demokrasi
keluarga, kepemilikan, otonomi, tanggung jawab dan fleksibilitas.
Kualitas kehidupan kerja adalah derajat setiap individu dimana mereka
dapat memuaskan kebutuhan penting pribadi mereka (contoh,
keinginan untuk berdiri sendiri). Menurut Bernadin Russel (1998)
hampir semua program kualitas kehidupan kerja fokus kepada:
1) Kondisi pekerjaan (keamanan, kesehatan, lingkungan fisik)
2) Jumlah bayaran, keuntungan, dan bonus atau hadiah lainnya
3) Perlindungan terhadap pekerjaan
4) Interaksi sosial
5) Kepercayaan diri
6) Demokrasi (partisipasi dalam pembuatan keputusan)
7) Kepuasan kerja
8) Pendapatan yang memadai
9) Kesediaan secara sukarela dari karyawan
10) Training untuk karyawan, manajer staff pendukung dalam peran
dan tanggung jawab mereka
11) Ketersediaan dari training kemampuan yang berkelanjutan
12) Pengenalan kepada pengembangan multiskills dan rotasi pekerjaan
(job rotation)
13) Partisipasi dari serikat buruh
14) Team building
B. Pengertian Produktivitas Kerja
a. Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja merupakan masalah yang sangat penting bagi
perusahaan sementara itu karyawan mempunyai peranan yang penting
dalam meningkatkan produktivitas. Untuk itu perusahaan harus selalu
memperhatikan tenaga kerjanya sehingga produktivitas tidak akan
menurun melainkan terus meningkat.
Cascio (1998) mengartikan produktivitas kerja sebagai pengukuran
output berupa barang atau jasa dalam hubungannya dengan input yang
berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.
Schermerhorn (2011) mengemukakan bahwa produktivitas dapat dicapai
melalui kinerja tinggi (efektivitas dan efisiensi) dengan rasa kepuasan
pribadi yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan pekerjaan
tersebut. Menurut John W. Newstrom (2007) secara teknis
produktivitas digambarkan sebagai, produktivitas pada dasarnya
merupakan rasio antara masukan (input) dan keluaran (output).
Husein Umar (2002) produktivitas kerja karyawan adalah
perbandingan antara sumber hasil yang dapat dicapai perusahaan dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain, produktivitas
kerja karyawan memiliki dua dimensi pengertian, pengertian dimensi
pertama adalah tingkat efektifitas yang mengarah pada hasil pencapaian
kerja secara optimal, yaitu pencapaian hasil target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas dan waktu kerja. Sedangkan pengertian dimensi kedua
adalah tingkat efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan
input dengan realisasi penggunaannya atau aktivitas kerjanya.
Menurut Muchdarsyah Sinungan (2003) “Produktivitas mempunyai
pengertian lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik
manajemen, yaitu suatu philosopi dan sikap mental yang timbul dari
motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha
meningkatkan kualitas kehidupan”. Sedangkan menurut Mauled Mulyono
(1993) “produktivitas adalah sampai sejauh mana sumber daya-sumber
daya yang ada disertakan dan dipadukan dalam organisasi untuk
mencapai suatu hasil tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas produktivitas pada dasarnya
mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa
kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus
lebih baik dari hari ini. Upaya meningkatkan produktivitas merupakan hal
yang sangat perlu diperhatikan kerena peningkatan produktivitas dalam
perusahaan pada gilirannya dapat memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan maupun karyawan.
Dalam doktrin pada konferensi Oslo 1984 dalam Muchdarsyah
Sinungan (2003) tercantum definisi umum produktivitas semesta, yaitu:
“Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan
untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak
manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang semakin
sedikit”.
Menurut Muchdarsyah Sinungan (2003) mendefinisikan
“Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk
menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi
penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber
secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi”.
Pengertian yang hampir sama tentang produktivitas adalah menurut
Sondang P Siagian (1993) “Produktivitas adalah kemampuan yang
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan
sarana dan prasarana yang tersedia sehingga mampu menghasilkan
keluaran out put yang optimal.”
Produktivitas pada dasarnya mengikutsertakan pendayagunaan
secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal,
teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain
menuju kepada pengembangan dan peningkatan standart hidup untuk
seluruh masyarakat, melalui konsep produktivitas.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas menurut Sony Sumarsono
(2004), paling tidak ada enam elemen kunci antara lain :
1) Dukungan manajemen puncak
2) Dukungan struktur sangat diperlukan
3) Menciptakan corperatif climate yang kondusif
4) Perusahaan harus membuat metode pengukuran produktivitas dan
menetapkan tujuan-tujuan yang realistis
5) Teknik-teknik produktivitas baru harus terus dicari 6) Implementasi
program produktivitas harus dijadwalkan.
b. Aspek-aspek Produktivitas
Menurut Cascio (1998), aspek-aspek produktivitas kerja yaitu:
1. Motivasi kerja. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka
produktivitas akan mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena
adanya dorongan untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih
baik. 
2. Efisiensi dan efektivitas kerja. Efisiensi dan efektivitas kerja
adalah modal menunjang produktivitas. Sebab dengan adanya
efisiensi dan efektivitas dalam bekerja akan menimbulkan
produktivitas yang tinggi. 
3. Kemampuan kerja. Kemampuan kerja seseorang karyawan
sangat menentukan hasil produksi. Apalagi kemampuan karyawan
tinggi maka akan menghasilkan produk yang tinggi, sebaliknya
kemampuan karyawan rendah maka akan menghasilkan produk
yang rendah. 
4. Pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dan pengetahuan
seseorang karyawan sangat berpengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan akan tetapi akan lebih tinggi apabila seseorang
karyawan mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai