Anda di halaman 1dari 4

Etiologi Cushing Syndrome

1. Sindromcushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang


berlebihan, kelebihan stimulasi  ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal
ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga
mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau
tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor
hipofisis disebut penyakit cusing.
2. Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan
pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom
cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan
oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol
abnormal.
Sylvia A. Price. 1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta: EGC.

Manifestasi Cushing Syndrome


Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan
gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak
di sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk
menjadi gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome antara lain :
a. Rambut tipis
b. Moon face
c. Penyembuhan luka buruk
d. Mudah memar karena adanya penipisan kulit
e. Petekie
f. Kuku rusak
g. Kegemukan dibagian perut
h. Kurus pada ekstremitas
i. Striae
j. Osteoporosis
k. Diabetes Melitus
l. Hipertensi
m. Neuropati perifer
Tanda-tanda umum dan gejala lainnya termasuk
(a) Kelelahan yang sangat parah
(b) Otot-otot yang lemah
(c) Tekanan darah tinggi
(d) Glukosa darah tinggi
(e) Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan
(f) Mudah marah, cemas, bahkan depresi
(g) Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu
(National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service, 2008)

(Forget H, Lacroix A, Somma M, Cohen H. Cognitive decline in patients with Cushing’s


syndrome. J Int Neuropsychol Soc. 2000;6(1):20-9)

Farmakodinamik Obat Steroid

Deksametason, seperti kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dan anti alergi
dengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason merupakan salah satu
kortikosteroid sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menaggulangi peradangan dan alergi
kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari pada yang dimiliki prednisone. 1 Penggunaan
deksametason di masyarakat sering kali kita jumpai, antara lain: pada terapi arthritis
rheumatoid, systemic lupus erithematosus, rhinitis alergika, asma, leukemia, lymphoma,
anemia hemolitik atau auto immune, selain itu deksametason dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis sindroma cushing. Efek samping pemberian deksametason antara
lain terjadinya insomnia, osteoporosis, retensi cairan tubuh, glaukoma dan lain-lain.2

Kegunaan kortikosteroid pada gangguan fungsi adrenal merupakan suatu fungsi


kemampuan mereka untuk menekan respons inflamasi dan imun. Pada kasus dengan
respons inflamasi atau imun, penting dalam mengontrol proses patologis, terapi dengan
kortikosteroid dapat berbahaya, tetapi dipertimbangkan untuk mencegah kerusakan yang
tidak dapat diperbaiki dari suatu respons inflamasi jika digunakan dalam hubungannya
dengan terapi khusus untuk proses penyakit tersebut1.

Deksametason adalah kortikosteroid kuat dengan khasiat immunosupresan dan


antiinflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan . Makna
terapeutik kortikosteroid terletak pada kerja antiflogistiknya (antireumatik), antialergi, dan
imunsupresiv, bila terapi substitusi pada insufiensi korteks adrenal diabaikan. Kortikosteroid
seperti deksametason bekerja dengan cara mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di
jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel
jaringan dan membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan
konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini
menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein
ini merupakan perantara efek fisiologik steroid.2

Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial.
Metabolitnya merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Setelah penyuntikan IV,
sebagian besar dalam waktu 72 jam diekskresi dalam urin, sedangkan di feses dan
empedu hampir tidak ada. Diperkirakan paling sedikit 70% kortisol yang diekskresi
mengalami metabolisme di hepar . Efek terapeutik glukokortikoid seperti deksametason
yang paling penting adalah kemampuannya untuk mengurangi respons peradangan secara
dramatis dan untuk menekan imunitas. Telah diketahui bahwa penurunan dan
penghambatan limfosit dan makrofag perifer memegang peranan. Juga penghambatan
fosfolipase A2 secara tidak langsung yang menghambat pelepasan asam arakidonat, prekursor
prostaglandin dan leukotrien, dari fosfolipid yang terikat pada membran. Glukokortikoid
memiliki efek antiinflamasi dan ketika pertama kali diperkenalkan dianggap sebagai
jawaban terakhir untuk pengobatan artritis yang Universitas Sumatera Utara beradang .
Deksametason (dexamethasone) merupakan glukokortikoid sintetis yang memiliki efek
antiinflamasi, antialergi, antirematik, dan antishock yang sangat kuat. Menurut Suherman
(2007), penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif, dalam
hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat. Hal inilah yang
menyebabkan obat ini banyak digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan disebut sering
disebut life saving drugs, tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.2

Dapus :

1. Katzung, B. G.Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta, Salemba


Medika.2002

2. Suherman, SK, Ascobat P. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. 2007

Anda mungkin juga menyukai