Anda di halaman 1dari 29

Pediatric Urology

Penis Testis
Hernia/ Hydrocele
Phimosis
Undescended testis
Paraphimosis
Varicocele
Adhesions
Epididymitis/ Orchitis
Buried penis
Torsion
Penile pain
Testis
Hypospadias
Appendix Testis
Tumor
1. Definisi
Hipospadia  hypo” = “di bawah” dan “spadon“ berarti
keratan yang panjang.
*) Hipospadia : suatu keadaan dimana lubang uretra
terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis.
Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak
lahir.

•) Terjadi pada 3 diantara 1.000 BBL. Beratnya hipospadia


bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis.
GAMBAR
2. KLASIFIKASI
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus sbb :

1. Tipe sederhana/ Tipe anterior


Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara
klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu
tindakan.

2. Tipe penil/ Tipe Middle


Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.
Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara
bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka
sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang
ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.
Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang
disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan
umumnya testis tidak turun.
Gambar Klasifikasi Hipospadia

1. Hipospadia Glandular 4. Hipospadia Pene-escrotal

2. Hipospadia Subcoronal 5. Hipospadia Perineal

3.Hipospadia Mediopenean
3. ETIOLOGI
Penyebab pasti hipospadia tidak diketahui secara pasti.
Beberapa etiologi dari hipospadia telah dikemukakan, termasuk
faktor genetik, endokrin, dan faktor lingkungan. Sekitar 28%
penderita ditemukan adanya hubungan familial.
Beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling
berpengaruh antara lain :
1.Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone
androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Jika
testis gagal memproduksi sejumlah testosteron . Atau biasa
juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam
tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila
reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu
efek yang semestinya.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini
biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis
androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak
terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab
adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi
Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya
terjadi bersamaan pada penderita hipospadia.
4. Tanda dan Gejala

 Glans penis bentuknya lebih datar & ada lekukan yg dangkal di


bagian bawah penis menyerupai meatus uretra eksternus.
 Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di
bagian punggung penis.
 Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus
dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras
dari jaringan sekitar.
 Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
 Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
 Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari
glans penis.
 Chordee dpt timbul tanpa hipospadia shgg penis mjd bengkok.
 Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung
skrotum).
 Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
5. Diagnosis
 Dx hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.
Kadang2 hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound
prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka
biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir.

 Pada dewasa yg menderita hipospadia dapat mengeluhkan


kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat
menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat
mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe perineal dan
penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi
duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas.
Lanjut...
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks
internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan
untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada
ginjal dan ureter

Diagnosis bias juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik.


Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan
bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak
disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada
pembedahan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan
dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti,
mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan
seksual.
6. Komplikasi

Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai


dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin
tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak
segera dioperasi saat dewasa.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
•Membuat penis yang lurus dengan memperbaiki chordee
•Membentuk uretra dan meatusnya yang bermuara pada ujung penis
(uretroplasti)
•Untuk mengembalikan aspek normal dari genetalia eksterna (kosmetik)
Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan malforasinya. Pada
hipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk, biasanya tanpa
recurvactum, bentuk seperti ini dapat direkontruksi dengan flap lokal.
Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu
enam bulan sampai usia prasekolah. Anak yang menderita hipospadia
hendaknya jangan dulu di khitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi
rekontruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup
lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu dapa penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekontruksi antara lain:
1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin.
Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit
preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2. (Uretroplasty) tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa
naficularis pada gland penis. Uretroplasty yaitu membuat fossa naficularis
baru pada gland penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis
uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.

Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah


penanganan pasca bedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat
digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang
sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentknya. Urin untuk
sementara dikeluarkan melalui sonde yang dimasukan pada vesica
urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter
bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai
kandung kemih.
© 2006 by Pearson Education, Inc.
Jane W. Ball and Ruth C. Bindler
Upper Saddle River, New Jersey 07458
Child Health Nursing: Partnering with Children & Families All rights reserved.
* The urethral meatus may be * The meatal opening
located anywhere along the islocated on the dorsal
course of the ventral surface surface of the penile shaft,
of the penile shaft and may be at the level of
the bladder neck.
*For mild cases of hypospadias, no intervention is
necessary
*Surgical correction is the tx of choice
*Corrected during the first year of life
*DO NOT CIRCUMCISE as foreskin tissue may be
used in reconstruction
*Goals of Surgery:
*Placement of the urethral meatus at the end of the
glans penis allowing for good urine stream
*Release of chordee to straighten penis
*Cosmetic appearance
 At birth
• Prepuce retractable in 4%
• Meatus can be seen in 50%
 6 month of age
• Prepuce retractable in 20%
 3 years of age
• Prepuce retractable in 90%
• Minor adhesions present
 Puberty
• Almost all completely
retractable

Kaplan G, Urol Clin 1983


 Phimosis
• Prepuce cannot be retracted over the glans penis
 Physiologic Phimosis
• Pliant, unscarred preputial orifice
 Pathologic Phimosis
• Failure to retract secondary to distal scarring of the
prepuce
 Occurs mostly by
forcefully pulling back
the prepuce in infancy
 Scarring after
Infection
 Failure of the phimotic
preputial ring to
retract after childhood

Osburn et al, Pediatrics 1981


Forceful
Retraction PAIN

Glans
becomes
raw with
bleeding

Now…Mom has to retract


2-3/day to prevent
adhesions

Real Adhesions will


form So…Mom will stop
retracting
 No forceful retraction of the prepuce
 If no retraction at all after 5 years or
scarring is present from previous
attempts
• Betamethasone dipropionate 0.05% cream
(Diprolene) – no FDA approval under 16 years
of age
 Most important: Parent education about
the natural process
• Handouts
 Perform circumcision on parents request
 Tight preputial ring
is trapped behind
the glans after
retraction
• Very painful
• Edematous preputial
skin and glans
• Urinary retention
 Requires immediate
attention
• Pain
• Possible necrosis
 Management
• Compression
• Dorsal slit
 Balanitis (inflammation
of the glans)
 Posthitis (inflammation
of the foreskin)
 Antibiotics
 No surgery in acute
inflammation
 Circumcision versus
conservative treatment
 Often causes later
adhesions or phimosis
 Congenital abnormalities involving
abnormal location of urethral meatus
• Nursing management
 Preoperative teaching
 Fluid intake and output documentation
 Education
 Catheter and stent care
 Incision and penis care
 Congenital abnormalities involving
abnormal location of urethral meatus
• Postoperative care
 Protect surgical site
 Pain management
 Double diapering
 Infancy vs. older child
 Parental concerns
• Injury, infection, disfigurement, and
preservation of renal and reproductive
function
 Parental teaching
• Bladder elimination procedures, special
dressing and diapering, bathing, hydration
assessment, wound care, and infection
control
 Assess family coping mechanisms
and support systems
 Assess level of understanding of the
surgery and concerns
 Provide parents with the opportunity
to discuss concerns
 Psychological counseling may be
beneficial

Anda mungkin juga menyukai