Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN BIOKIMIA FARMASI


PERCOBAAN V
PENGUKURAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET

OLEH :

NAMA : AISAH NUR HAWA


NIM : O1A1 17 134
KELAS :C
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : SAMRIANA, S.Si.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biokimia merupakan pemahaman bentuk dan fungsi biologi dari sudut

pandang kimia. Biokimia mempelajari struktur dan fungsi pandang kimia.

Biokimia mempelajari struktur dan fungsi komponen seluler, seperti protein,

karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Komponen seluler

tersebut dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif.

Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup.

Protein merupakan senyawa polimer organik yang berasa dari monomer asam

amino yang mempunyai ikatan peptida, protein ditemukan di dalam semua sel dan

semua bagian sel. Beberapa fungsi utama protin dalam organisme kehidupan

antara lain sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat,

mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai antibodi.

Protein banyak terdapat pada makanan maupun inuman yang kita konsumsi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukanlah percobaan ini dengan tujuan

agar dapat mengetahui cara mengukur kadar protein setiap bahan uji yang

digunakan dengan metode biuret.


B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara mengukur kadar

protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode spektrofoometer visible

(biuret)?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara mengukur kadar

protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode spektrofotometer visible

(biuret).

D. Manfaat Percobaan

Manfaat pada percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara

mengukur kadar protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode

spektrofotometer visible (biuret).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai bahan dasar apabila

keperluan energi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak, sebagai

zat pembentuk dan pengganti jaringan tubuh yang rusak serta mempertahankan

jaringan yang sudah ada (Yashika dkk., 2018).

Protein terdiri atas asam-asam amino. Protein juga menyuplai energi dalam

keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Secara umum mutu protein

hewani lebih baik dibandingkan dengan protein nabati karena mempunyai

komposisi asam amino yang lebih lengkap, mengandung zat besi yang mudah

diserap dan nilai cerna protein lebih baik daripada bahan pangan nabati (Oktaviani

dkk., 2018).

Asam amino adalah senyawa yang diperlukan oleh makhluk hidup sebagai

kerangka molekul-molekul penting. Apabila spesies tersebut memerlukannya,

tetapi tidak mampu memproduksi sendiri disebut asam amino esensial, sedangkan

asam amino yang dapat diproduksi tubuh disebut asam amino non esensial

(Ginting dkk., 2017).

Susu merupakan bahan makanan bernilai gizi tinggi. Kandungan gizinya

lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicernadan diserap oleh tubuh. Pada

dasarnya susu terdiri dari air, lemak susu, dan padatan non lemak (Nurhasim dkk.,

2017). Komposisi utama yang terkandung di dalam susu diantaranya lemak 3,8%,
protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855%, air 87%, serta bahan kering 12,75%

(Anindita dan Sonyi, 2017).

Telur merupakan bahan pangan yang digemari masyarakat karena sarat akan

protein, lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh manusia.

Selain itu telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang

lezat, mudah dicerna dan harganya lebih terjangkau dobandingkan dengan protein

hewani lainnya (Surahmaida dan Sri, 2018).

Uji biuret adalah pengujian protein berdasarkan reaksi warna. Larutan protein

(keratin) + NaOH + CuSO4 sehingga menghasilkan warna ungu (lembayung), dari

hasil pengujian ini teridentifikasi adanya protein. Dalam larutan basa, biuret

memberikan warna violet dengan cara CuSO4 karena akan terbentuk senyawa

kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH pada rantai peptida dalam

keadaan basa (Mirdayanti, 2018).


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 08.00 WITA
sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas
Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Batang pengaduk,
gelas kimia 100 mL, kuvet, pipet tetes, rak tabung reaksi, spektrofotometer
UV-Vis dan tabung reaksi.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades,
label,reagen biuret, sampel susu (milo, ovaltine, ultramilk coklat), telur ayam
kampong dan telur puyuh.
C. Prosedur kerja

1. Pembuatan larutan blanko

Larutan Blanko
- Dimasukkan larutan biuret 2 mL kedalan gelas kimia

- Ditambahkan 8 mL akuades

- Diaduk dan dihomogenkan

- Dimasukkan dalam kuvet

- Diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer

Hasil
2. Uji biuret

Susu Milo Susu Ovaltine Susu Ultramilk

Telur Ayam Kampung Telur Puyuh

- Diambil 5 mL sampel, dimasukkan kedalam gelas kimia


- Diencerkan dengan akuades sampai volumenya menjadi 100
mL
- Diambil sampel dengan volume yang berbeda-beda (1,2,3,4,dan
5mL). perlakuan yang sama pada sampel
- Ditambahkan akuades sampai volumenya 10 mL, lalu digojok
- Diamati perubahan warnanya
- Dimasukkan larutam blanko pata kuvet (1), dan tiap sampel
secara bergantian pada kuvet (2)
- Dimasukkan larutan blanko pada spektrofotometer lalu ditekan
tombol blank, kemudian dilanjutkan dengan kuvet(2)
- Dicatat absorbansinya

Hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Hasil Pengamatan

Panjang
No Sampel (Ml) Perlakuan Abs (A)
Gelombang (nm)
Ultramilk :1 ml 0,252
2 ml 0,486
Sampel + 2 ml
3 ml 0,788
1 biuret, ad 10 560
4 ml 0,714
ml aquades
5 ml 0,203

Ovaltine :1 ml
0,128
2 ml
Sampel + 2 ml 0,157
3 ml
2 biuret, ad 10 560 0,617
4 ml
ml aquades 0,633
5 ml
0,875
Milo :1 ml
0,025
2 ml
Sampel + 2 ml 0,359
3 ml
3 biuret, ad 10 560 0,583
4 ml
ml aquades 0,702
5 ml
0,966
Telur puyu :1 ml
0,217
2 ml
Sampel + 2 ml 0,229
3 ml
4 biuret, ad 10 560 0,275
4 ml
ml aquades 0,215
5 ml
0,203
Telur ayam kampung:
1 ml 0,144
Sampel + 2 ml
2 ml 0,279
5 biuret, ad 10 560
3 ml 0,248
ml aquades
4 ml 0,254
5 ml 0,375
1. Perhitungan
a. Susu ulramilk
 1 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,252 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,301
X = 1,419
 2 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,046 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,0,535
X = 2,523
 3 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,788 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,837
X = 3,948
 4 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,714 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,736
X = 3,599
 5 ml
Y = 0,212X + 0,049
1,203 = 0,212X + 0,049
0,212X = 1,252
X = 5,905

b. Susu Ovaltine
 1 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,128 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,237
X = 1,203
 2 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,157 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,266
X = 1,350

 3 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,617 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,726
X = 3,680
 4 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,633 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,742
X = 3,76
 5 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,825 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,934
X = 4,741

c. Susu Milo
 1 ml
Y = 0,222X + 0,140
0,025 = 0,197X + 0,140
0,222X = 0,165
X = 0,734
 2 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,339 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,499
X = 2,247
 3 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,583 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,723
X = 3,256
 4 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,702 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,842
X = 3,792

 5 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,966 = 0,222X - 0,140
0,222X = 1,106
X = 4, 981

d. Telur puyuh
 1 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,217 = 0,006X + 0,140
0,006X = 0,032
X = 0,734
 2 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,229 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,020
X = 2,247
 3 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,275 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,026
X = 3,256
 4 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,215 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,034
X = 3,792
 5 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,203 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,046
X = 4, 981

e. Telur ayam kampung


 1 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,144 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,030
X = 0,731

 2 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,279 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,165
X = 4,020
 3 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,248 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,134
X = 3,260
 4 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,254 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,140
X = 3,140
 5 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,375 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,261
X = 6,360
2. Grafik
a. Susu Ultramilk

1.4
1.2
1 f(x) = 0.21 x + 0.05
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

b. Susu ovaltine
1
0.8 f(x) = 0.2 x − 0.11
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

c. Susu milo
1.2
1
f(x) = 0.22 x − 0.14
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
d. Telur puyuh
0.3
0.25
0.2 f(x) = − 0.01 x + 0.25
0.15
0.1
0.05
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

e. Telur ayam kampung


0.4
0.35
0.3 f(x) = 0.04 x + 0.11
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
B. Pembahasan

Protein adalah senyawa organik kompleks yang merupakan polimer dari

monomer-monomer asam amino yang satu sama lain dihubungkan oleh ikatan

peptida, protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semen sel makhluk

hidup. Protein juga merupakan salah satu molekul yang banyak diteliti dalam ilmu

biokimia.

Analisis protein dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

kualitatif adalah analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya

suatu senyawa atau zat dalam sampel yang dianalisis, sedangkan analisis

kuantitatif digunakan untuk mengetahui kadar serta zat atau senyawa yang

terkandung dalam suatu sampel.

Praktikum ini menggunakan analisa pada sampel yang mengandung protein

dengan menggunakan uji kuantitatif. Uji ini dilakukan untuk mencari kadar atau

konsentrasi protein dengan uji biuret menggunakan alat spektrofotometer visible.

Uji biuret dilakukan dengan tujuan untuk menentukakn adanya senyawa-senyawa

yang mengandung ikatan peptida dalam sampel protein. Prinsipnya adalah reagen

biuret yang mengandung CuSO4 dan NaOH akan berekasi ketika membentuk

kompleks dengan ikatan peptida. Ion Cu2+ dan CuSO4 dalam suasana basa NaOH

dapat bereaksi membentuk kompleks dengan ikatan peptida dan membentuk warna

ungu.

Hasil uji biuret yang dilakukan pada percobaan ini menunjukkan bahwa

semua smapel yang diujikan mengandung protein terbukti pada saat mengujian
dengan biuret semua sampel berubah warna menjadi ungu. Larutan ungu yang

terbentuk akan berguna untuk analisis menggunakan spektrofotmeter visible,

dimana zat yang akan dianalisis adalah arutan atau zat yang tampak berwarna.

Anaisis spektrofotmetri pada percobaan ini menggunakan panjang gelombang 560

nm untuk mendapatlan serapan maksimum.

Prinsip dari pengukuran menggunakan spektrofotometer visible sinar tampak

adalah ketika cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya akan diserap

oleh molekul-molekul sesuai dengan struktur dengan molekulnya. Setiap senyawa

memiliki tingkatan tenaga yang spesifik. Cahaya yang dapat diserap oleh larutan

itulah yang menunjukkan nilai serapan atau absorbansinya.

Percobaan ini menggunakan 6 sampel yang telah diujikan sebelumnya dengan

uji biuret dan menghasilkan hasil yang positif untuk semua sampel. Larutan

sampel tersebut dibuat dalam beberapa konsentrasi yang berbeda. Absorbansi yang

didapatkan melalui analisis ini digunakan mengetahui berapa konsentrasi atau

kadar pada semua sampel. Sesuai dengan hukum lambert-beer yang menyatakan

hubungan konsentrasi dan absorbansi adalah berbanding lurus, sehingga ketika

konsentrasi larutan sampel tinggi maka nilai absorbansinya pun akan tinggi dan

sebaliknya.

Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini yaitu telur ayam menunjukkan

hasil yang linear yaitu ketika diuji sampel 1 mL – sampel 5 mL absorbansinya

meingkat sejalan dengan konsentrasinya, dimana absorbansinya yaitu 0,144 (1

mL), 0,219 (2 mL), 0,248 A (3 mL), 0,254 A (4 mL) dan 0,355 A (5 mL). hasil
yang linear juga ditunjukkan oleh sampel susu beruang, susu firisan flag, susu

ultramilk, susu milo, dan susu ovaltin.


BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan pada percobaan ini adalah pengukuran kadar protein dengan

menggunakan pereaksi biuret dapat dilakukan dengan bantuan spektrofotometer

visible. Untuk analisis kualitatif digunakan reagen biuret sebagai penubah warna

dan analisis kualitatif menggunakan alat spektrofotometer visible.


DAFTAR PUSTAKA

Anindita, N. S. dan Soyi. 2017. Pengawasan Kualitas Pangan Hewani Melalui


Pengujian Kualitas Susu Sapi Yang Beredar Di Kota Yogyakarta. Jurnal
Peternakan Indonesia. Vol. 19(2): 2460-3716.

Ginting, A. R., Salbun dan Winni. 2017. Penentuan Kadar Asam Amino Esensial
(Metionin, Leusin, Isoleusin dan Lisin) Pada Telur Penyu dan Telur
Bebek. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol. 14(2): 2476-9258.

Mirdayanti, R. 2018. Identifikasi Keratn Dari Ekstraksi Limbah Bulu Ayam. Jurnal
Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial Dan Budaya. Vol. 2(2): 2548-
7663.

Nurhasim, A., Thamrin dan Djukrana. 2017. Pengembangan Susu Nabati Dari Fitltrat
Biji Labu Kuning Dan Filtrat Uni Jalar. Jurnal Sains dan Teknologi
Pangan. Vol. 2(4): 2527-6271.

Oktaviani, A.C., Rina dan Farid. 2018. Asupan Protein Hewani Sebagai Faktor
Resiko Perawakan Pendik Anak Umur 2-4 Tahun. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. Vol. 7(2): 2540:8840.

Surahmaida dan Sri. 2018. Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Telur
Ayam Ras. Jurnal Stigma. Vol. 11(1):1412-1840.

Yashika, P. P., Putu dan Nengah. 2018. Pengaruh Perbandingan Umbi Kimpul
Dengan Daun Kelor Terhadap Karateristik Keripik Simulasi, Jurnal
Media Ilmiah Teknologi Pangan. Vol. 5(1): 2477-2739.

Anda mungkin juga menyukai