FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein merupakan senyawa polimer organik yang berasa dari monomer asam
amino yang mempunyai ikatan peptida, protein ditemukan di dalam semua sel dan
semua bagian sel. Beberapa fungsi utama protin dalam organisme kehidupan
antara lain sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat,
Protein banyak terdapat pada makanan maupun inuman yang kita konsumsi.
agar dapat mengetahui cara mengukur kadar protein setiap bahan uji yang
Rumusan Masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara mengukur kadar
protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode spektrofoometer visible
(biuret)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui cara mengukur kadar
protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode spektrofotometer visible
(biuret).
D. Manfaat Percobaan
mengukur kadar protein setiap bahan uji yang digunakan dengan metode
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Protein merupakan zat makanan yang berfungsi sebagai bahan dasar apabila
keperluan energi dalam tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak, sebagai
zat pembentuk dan pengganti jaringan tubuh yang rusak serta mempertahankan
Protein terdiri atas asam-asam amino. Protein juga menyuplai energi dalam
keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Secara umum mutu protein
komposisi asam amino yang lebih lengkap, mengandung zat besi yang mudah
diserap dan nilai cerna protein lebih baik daripada bahan pangan nabati (Oktaviani
dkk., 2018).
Asam amino adalah senyawa yang diperlukan oleh makhluk hidup sebagai
tetapi tidak mampu memproduksi sendiri disebut asam amino esensial, sedangkan
asam amino yang dapat diproduksi tubuh disebut asam amino non esensial
lengkap dengan sifat gizi yang mudah dicernadan diserap oleh tubuh. Pada
dasarnya susu terdiri dari air, lemak susu, dan padatan non lemak (Nurhasim dkk.,
2017). Komposisi utama yang terkandung di dalam susu diantaranya lemak 3,8%,
protein 3,2%, laktosa 4,7%, abu 0,855%, air 87%, serta bahan kering 12,75%
Telur merupakan bahan pangan yang digemari masyarakat karena sarat akan
protein, lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh manusia.
Selain itu telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna dan harganya lebih terjangkau dobandingkan dengan protein
Uji biuret adalah pengujian protein berdasarkan reaksi warna. Larutan protein
hasil pengujian ini teridentifikasi adanya protein. Dalam larutan basa, biuret
memberikan warna violet dengan cara CuSO4 karena akan terbentuk senyawa
kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH pada rantai peptida dalam
METODOLOGI PRAKTIKUM
Larutan Blanko
- Dimasukkan larutan biuret 2 mL kedalan gelas kimia
- Ditambahkan 8 mL akuades
Hasil
2. Uji biuret
Hasil
BAB IV
A. HASIL PENGAMATAN
Panjang
No Sampel (Ml) Perlakuan Abs (A)
Gelombang (nm)
Ultramilk :1 ml 0,252
2 ml 0,486
Sampel + 2 ml
3 ml 0,788
1 biuret, ad 10 560
4 ml 0,714
ml aquades
5 ml 0,203
Ovaltine :1 ml
0,128
2 ml
Sampel + 2 ml 0,157
3 ml
2 biuret, ad 10 560 0,617
4 ml
ml aquades 0,633
5 ml
0,875
Milo :1 ml
0,025
2 ml
Sampel + 2 ml 0,359
3 ml
3 biuret, ad 10 560 0,583
4 ml
ml aquades 0,702
5 ml
0,966
Telur puyu :1 ml
0,217
2 ml
Sampel + 2 ml 0,229
3 ml
4 biuret, ad 10 560 0,275
4 ml
ml aquades 0,215
5 ml
0,203
Telur ayam kampung:
1 ml 0,144
Sampel + 2 ml
2 ml 0,279
5 biuret, ad 10 560
3 ml 0,248
ml aquades
4 ml 0,254
5 ml 0,375
1. Perhitungan
a. Susu ulramilk
1 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,252 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,301
X = 1,419
2 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,046 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,0,535
X = 2,523
3 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,788 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,837
X = 3,948
4 ml
Y = 0,212X + 0,049
0,714 = 0,212X + 0,049
0,212X = 0,736
X = 3,599
5 ml
Y = 0,212X + 0,049
1,203 = 0,212X + 0,049
0,212X = 1,252
X = 5,905
b. Susu Ovaltine
1 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,128 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,237
X = 1,203
2 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,157 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,266
X = 1,350
3 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,617 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,726
X = 3,680
4 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,633 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,742
X = 3,76
5 ml
Y = 0,197X + 0,109
0,825 = 0,197X + 0,109
0,197X = 0,934
X = 4,741
c. Susu Milo
1 ml
Y = 0,222X + 0,140
0,025 = 0,197X + 0,140
0,222X = 0,165
X = 0,734
2 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,339 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,499
X = 2,247
3 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,583 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,723
X = 3,256
4 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,702 = 0,222X - 0,140
0,222X = 0,842
X = 3,792
5 ml
Y = 0,222X - 0,140
0,966 = 0,222X - 0,140
0,222X = 1,106
X = 4, 981
d. Telur puyuh
1 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,217 = 0,006X + 0,140
0,006X = 0,032
X = 0,734
2 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,229 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,020
X = 2,247
3 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,275 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,026
X = 3,256
4 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,215 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,034
X = 3,792
5 ml
Y = 0,006X + 0,249
0,203 = 0,006X + 0,249
0,006X = 0,046
X = 4, 981
2 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,279 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,165
X = 4,020
3 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,248 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,134
X = 3,260
4 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,254 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,140
X = 3,140
5 ml
Y = 0,041X + 0,114
0,375 = 0,041X + 0,114
0,041X = 0,261
X = 6,360
2. Grafik
a. Susu Ultramilk
1.4
1.2
1 f(x) = 0.21 x + 0.05
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
b. Susu ovaltine
1
0.8 f(x) = 0.2 x − 0.11
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
c. Susu milo
1.2
1
f(x) = 0.22 x − 0.14
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
d. Telur puyuh
0.3
0.25
0.2 f(x) = − 0.01 x + 0.25
0.15
0.1
0.05
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
monomer-monomer asam amino yang satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
peptida, protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semen sel makhluk
hidup. Protein juga merupakan salah satu molekul yang banyak diteliti dalam ilmu
biokimia.
suatu senyawa atau zat dalam sampel yang dianalisis, sedangkan analisis
kuantitatif digunakan untuk mengetahui kadar serta zat atau senyawa yang
dengan menggunakan uji kuantitatif. Uji ini dilakukan untuk mencari kadar atau
yang mengandung ikatan peptida dalam sampel protein. Prinsipnya adalah reagen
biuret yang mengandung CuSO4 dan NaOH akan berekasi ketika membentuk
kompleks dengan ikatan peptida. Ion Cu2+ dan CuSO4 dalam suasana basa NaOH
dapat bereaksi membentuk kompleks dengan ikatan peptida dan membentuk warna
ungu.
Hasil uji biuret yang dilakukan pada percobaan ini menunjukkan bahwa
semua smapel yang diujikan mengandung protein terbukti pada saat mengujian
dengan biuret semua sampel berubah warna menjadi ungu. Larutan ungu yang
dimana zat yang akan dianalisis adalah arutan atau zat yang tampak berwarna.
adalah ketika cahaya jatuh pada senyawa, maka sebagian dari cahaya akan diserap
memiliki tingkatan tenaga yang spesifik. Cahaya yang dapat diserap oleh larutan
uji biuret dan menghasilkan hasil yang positif untuk semua sampel. Larutan
sampel tersebut dibuat dalam beberapa konsentrasi yang berbeda. Absorbansi yang
kadar pada semua sampel. Sesuai dengan hukum lambert-beer yang menyatakan
konsentrasi larutan sampel tinggi maka nilai absorbansinya pun akan tinggi dan
sebaliknya.
Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini yaitu telur ayam menunjukkan
mL), 0,219 (2 mL), 0,248 A (3 mL), 0,254 A (4 mL) dan 0,355 A (5 mL). hasil
yang linear juga ditunjukkan oleh sampel susu beruang, susu firisan flag, susu
KESIMPULAN
visible. Untuk analisis kualitatif digunakan reagen biuret sebagai penubah warna
Ginting, A. R., Salbun dan Winni. 2017. Penentuan Kadar Asam Amino Esensial
(Metionin, Leusin, Isoleusin dan Lisin) Pada Telur Penyu dan Telur
Bebek. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol. 14(2): 2476-9258.
Mirdayanti, R. 2018. Identifikasi Keratn Dari Ekstraksi Limbah Bulu Ayam. Jurnal
Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial Dan Budaya. Vol. 2(2): 2548-
7663.
Nurhasim, A., Thamrin dan Djukrana. 2017. Pengembangan Susu Nabati Dari Fitltrat
Biji Labu Kuning Dan Filtrat Uni Jalar. Jurnal Sains dan Teknologi
Pangan. Vol. 2(4): 2527-6271.
Oktaviani, A.C., Rina dan Farid. 2018. Asupan Protein Hewani Sebagai Faktor
Resiko Perawakan Pendik Anak Umur 2-4 Tahun. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. Vol. 7(2): 2540:8840.
Surahmaida dan Sri. 2018. Perhitungan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Telur
Ayam Ras. Jurnal Stigma. Vol. 11(1):1412-1840.
Yashika, P. P., Putu dan Nengah. 2018. Pengaruh Perbandingan Umbi Kimpul
Dengan Daun Kelor Terhadap Karateristik Keripik Simulasi, Jurnal
Media Ilmiah Teknologi Pangan. Vol. 5(1): 2477-2739.