1. Denyut jantung janin basal, yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan
istirahat (relaksasi).
janin yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus. (sarwono)
Frekuensi dasar adalah denyut yang paling sering terekam pada segmen
denyut jantung janin di kadiotokogram. Frekuensi ini dinilai dalam 10 menit dan
dilaporkan dalam denyut per menit (dpm). Dalam keadaan normal frekuensi dasar
denyut jantung janin berkisar antara 120-160 dpm. Disebut takikardi apabila
frekuensi dasar lebih dari 160 dpm. Bila terjadi peningkatan yang berlangsung
cepat (<1-2 menit) disebut suatu akselerasi. Peningkatan denyut pada keadaan
akselerasi ini paling sedikit 15 dpm di atas frekuensi dasar dalam waktu 15 detik.
Bradikardi bila frekuensi dasar kurang dari 120 dpm. Bila terjadi penurunan
frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit) disebut deselerasi. (sarwono, ayres
de campos)
infeksi ibu atau janin, ibu febris atau gelisah, ibu ipertiroid, takiaritmia janin, dan
takikardi tidak berdiri sendiri. Bila takikardi disertai variabilitas denyut jantung
janin yang masih normal, biasanya janin masih dalam kondisi baik. (sarwono)
Gambar 2.x: Frekuensi dasar normal
Bradikardi dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, hipotermi janin,
jantung bawaan. Keadaan bradikardi juga tidak berdiri sendiri. Bila bradikardia
dibawah 100 dpm disertai dengan perubahan variabilitas yang jelas, disebut
abnormal. (sarwono)
teratur, yang tampak pada rekaman denyut jantung janin. Variabilitas diduga
antara denyut paling tinggi dan paling rendah. Beberapa literatur memiliki nilai
variabilitas normal yang berbeda, berkisar antara 5-25 dpm. (Sarwono, ayres,
todd).
Penurunan variabilitas bisa terjadi akibat hipoksia otak dan berakibat pada
turunnya aktivitas simpatis dan parasimpatis, tetapi juga bisa terjadi pada trauma
SSP. Saat janin tidur dalam, variabilitas biasanya akan turun sampai batas bawah
lebih dari 25 dpm dan berlangsung selama lebih dari 30 menit. Patofisiologinya
2.2.3 Akselarasi
frekuensi denyut jantung janin, suatu respon fisiologis yang baik (reaktif). Ciri-
ciri akselerasi yang normal adalah amplitudo > 15 dpm, lamanya sekitar 15 detik
dan terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit. Penting
dibagi dalam 4 tipe berdasarkan bentuk dan waktu munculnya terhadap kontraksi
uterus, yaitu: deselerasi dini, deselerasi lambat, deselerasi variabel, dan deselerasi
1. Deselerasi dini
uterus. Penurunan amplitudo yang terjadi tidak lebih dari 20 dpm, dengan
catatan frekuensi dasar dan variabilitas dalam batas normal. Deselerasi dini
periodik. Hal ini tidak dihubungkan dengan buruknya keadaan janin (hipoksia
detik setelah kontraksi uterus dimulai; berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah
pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus;
frekuensi dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takikardi ringan, dan
patologis. Penurunan aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin
terjadi kontraksi uterus maka aliran darah ke plasenta akan semakin berkurang
kasus ini variabilitas denyut janin akan menurun dan akhirnya akan
memberikan infus, ibu tidur miring, beri oksigen, tokolitik, dan rencana
3. Deselerasi variabel
cepat dan penurunan frekuensi dasar bisa sampai 60 dpm. Biasanya terjadi
bila memenuhi rule of sixty, yaitu deselerasi mencapai 60dpm dan lebih dari 60
detik.
Deselerasi variabel sering terjadi akibat penekanan tali pusat pada masa
hamil atau kala I. Penekanan tali pusat ini bisa karena lilitan tali pusat, tali
perubahan posisi ibu, reposisi tali pusat, pemberian oksigen pada ibu, amnio-
(sarwono).
Gambar 2.x: Deselerasi variabel (todd)
4. Deselerasi memanjang
oksigen janin akibat hipotensi maternal, kompresi tali pusat, dan hipertonia
uterus. (ayres)