Anda di halaman 1dari 10

2.2.

2 Frekuensi dasar Denyut Jantung Janin (Base Line Rate)

Denyut jantung janin dalam pemeriksaan kardiotokografi ada dua macam:

1. Denyut jantung janin basal, yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan

variabilitas (variability) denyut jantung janin saat uterus dalam keadaan

istirahat (relaksasi).

2. Perubahan periodik (reactivity), merupakan perubahan denyut jantung

janin yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus. (sarwono)

Frekuensi dasar adalah denyut yang paling sering terekam pada segmen

denyut jantung janin di kadiotokogram. Frekuensi ini dinilai dalam 10 menit dan

dilaporkan dalam denyut per menit (dpm). Dalam keadaan normal frekuensi dasar

denyut jantung janin berkisar antara 120-160 dpm. Disebut takikardi apabila

frekuensi dasar lebih dari 160 dpm. Bila terjadi peningkatan yang berlangsung

cepat (<1-2 menit) disebut suatu akselerasi. Peningkatan denyut pada keadaan

akselerasi ini paling sedikit 15 dpm di atas frekuensi dasar dalam waktu 15 detik.

Bradikardi bila frekuensi dasar kurang dari 120 dpm. Bila terjadi penurunan

frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit) disebut deselerasi. (sarwono, ayres

de campos)

Takikardi dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, kehamilan preterm,

infeksi ibu atau janin, ibu febris atau gelisah, ibu ipertiroid, takiaritmia janin, dan

pengaruh obat-obatan misalnya atropin dan betamimetik. Biasanya keadaan

takikardi tidak berdiri sendiri. Bila takikardi disertai variabilitas denyut jantung

janin yang masih normal, biasanya janin masih dalam kondisi baik. (sarwono)
Gambar 2.x: Frekuensi dasar normal
Bradikardi dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin, hipotermi janin,

bradiaritmia janin, obat-obatan seperti propanolol, dan janin dengan kelainan

jantung bawaan. Keadaan bradikardi juga tidak berdiri sendiri. Bila bradikardia

antara 100-120 dpm disertai variabilitas yang normal, biasanya menunjukkan

keadaan hipoksia ringan dan masih bisa dikompensasi, sedangkan bradikardi

dibawah 100 dpm disertai dengan perubahan variabilitas yang jelas, disebut

abnormal. (sarwono)

2.2.3 Variabilitas Denyut Jantung Janin

Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang tidak

teratur, yang tampak pada rekaman denyut jantung janin. Variabilitas diduga

terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis dan parasimpatis.

Variabilitas dihitung dengan menganalisa grafik CTG dengan melihat perbedaan

antara denyut paling tinggi dan paling rendah. Beberapa literatur memiliki nilai
variabilitas normal yang berbeda, berkisar antara 5-25 dpm. (Sarwono, ayres,

todd).

Klasifikasi variabilitas dibedakan menjadi (sarwono):

1. Normal : bila amplitudo antara 6-25 dpm

2. Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm

3. Menghilang : bila amplitudo < 2 dpm

4. Saltatory : bila amplitudo > 25 dpm.

Penurunan variabilitas bisa terjadi akibat hipoksia otak dan berakibat pada

turunnya aktivitas simpatis dan parasimpatis, tetapi juga bisa terjadi pada trauma

otak, infeksi, kehamilan preterm, dan pemberian obat-obatan yang mendepresi

SSP. Saat janin tidur dalam, variabilitas biasanya akan turun sampai batas bawah

normal, tetapi jarang dibawah 5 dpm. (ayres)

Gambar 2.x : Variabilitas menurun(ayres)

Gambaran saltatory atau peningkatan variabilitas adalah ketika variabilitas

lebih dari 25 dpm dan berlangsung selama lebih dari 30 menit. Patofisiologinya

belum sepenuhnya dimengerti. Diasumsikan hal ini terjadi karena adanya

hiperaktivitas sistem otonom.(ayres)


Gambar 2.x: Saltatory pattern (ayres)

2.2.3 Akselarasi

Akselerasi merupakan respon simpatetik dimana terjadi peningkatan

frekuensi denyut jantung janin, suatu respon fisiologis yang baik (reaktif). Ciri-

ciri akselerasi yang normal adalah amplitudo > 15 dpm, lamanya sekitar 15 detik

dan terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit. Penting

membedakan akselerasi akibat gerakan janin atau karena kontraksi. Akselerasi

yang seragam (uniform acceleration) yaitu terjadinya akselerasi sesuai kontraksi

uterus. Akselerasi yang bervariasi (variable acceleration) terjadi sesuai dengan

gerakan atau rangsangan pada janin. (sarwono)

Gambar 2.x: Akselerasi pada denyut jantung janin (todd)


2.2.4 Deselerasi
Deselerasi adalah penurunan denyut jantung janin >15 dpm dan

berlangsung lebih dari 15 detik. Deselerasi merupakan respon parasimpatis

sehingga menyebabkan penurunan frekuensi denyut jantung janin. Deselerasi bisa

dibagi dalam 4 tipe berdasarkan bentuk dan waktu munculnya terhadap kontraksi

uterus, yaitu: deselerasi dini, deselerasi lambat, deselerasi variabel, dan deselerasi

memanjang. (sarwono, ayres)

1. Deselerasi dini

Ciri-ciri deselerasi dini adalah timbul dan hilangnya bersamaan dengan

kontraksi uterus. Gambaran deselerasi ini seolah merupakan cermin kontraksi

uterus. Penurunan amplitudo yang terjadi tidak lebih dari 20 dpm, dengan

catatan frekuensi dasar dan variabilitas dalam batas normal. Deselerasi dini

disebabkan adanya kompresi kepala janin saat uterus berkontraksi secara

periodik. Hal ini tidak dihubungkan dengan buruknya keadaan janin (hipoksia

janin). (sarwono, ayres, todd)

Gambar 2.x : Deselerasi dini


2. Deselerasi lambat

Ciri-ciri deselerasi lambat adalah sebagai berikut: timbulnya sekitar 20-30

detik setelah kontraksi uterus dimulai; berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah

kontraksi uterus menghilang; lamanya kurang dari 90 detik; timbul berulang

pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus;

frekuensi dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takikardi ringan, dan

bisa bradikardia pada hipoksia berat.

Deselerasi lambat dapat terjadi pada beberapa keadaan yang bersifat

patologis. Penurunan aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin

hipoksia. Apabila janin masih mempunyai cadangan oksigen yang mencukupi

maka tidak tampak adanya gangguan pada gambaran kardiotokografi. Bila

terjadi kontraksi uterus maka aliran darah ke plasenta akan semakin berkurang

dan memperberat hipoksia janin. Keadaan terakhir ini akan menyebabkan

rangsangan kemoreseptor dan nervus vagus dan terjadilah deselerasi lambat.

Jarak waktu timbulnya kontraksi sampai terjadi deselerasi sesuai dengan

waktu yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n.vagus. pada

kasus ini variabilitas denyut janin akan menurun dan akhirnya akan

menghilang. Penanganan apabila ditemukan suatu deselerasi lambat adalah

memberikan infus, ibu tidur miring, beri oksigen, tokolitik, dan rencana

terminasi kehamilan. (sarwono)


Gambar 2.x: Deselerasi lambat

3. Deselerasi variabel

Gambaran deselerasi bervariasi, baik saat timbulnya, lamanya,

amplitudonya, maupun bentuknya. Saat dimulai dan berakhirnya terjadi dengan

cepat dan penurunan frekuensi dasar bisa sampai 60 dpm. Biasanya terjadi

akselerasi sebelum atau sesudah deselerasi. Deselerasi variabel dianggap berat

bila memenuhi rule of sixty, yaitu deselerasi mencapai 60dpm dan lebih dari 60

detik.

Deselerasi variabel sering terjadi akibat penekanan tali pusat pada masa

hamil atau kala I. Penekanan tali pusat ini bisa karena lilitan tali pusat, tali

pusat tumbung, atau oligohidramnion. Selama variabilitas masih baik, biasanya

janin tidak mengalami hipoksia berarti. Penanganan yang dianjurkan adalah

perubahan posisi ibu, reposisi tali pusat, pemberian oksigen pada ibu, amnio-

infusion untuk mengatasi oligohidramnion, dan terminasi bila diperlukan.

(sarwono).
Gambar 2.x: Deselerasi variabel (todd)
4. Deselerasi memanjang

Deselerasi dengan penurunan denyut jantung janin > 80 dpm dan

berlangsung > 5 menit. Deselerasi ini disebabkan oleh penurunan transfer

oksigen janin akibat hipotensi maternal, kompresi tali pusat, dan hipertonia

uterus. (ayres)

Gambar 2.x: Deselerasi memanjang

2.2.5 Penilaian Kontraksi


Kontraksi terlihat sebagai gambaran bel meningkat secara gradual dan

diikuti dengan penurunan yang simetris dengan durasi 45-120 detik.

Disebut takisistol jika terdapat >5 kontraksi dalam 10 menit. Kontraksi

normalnya terlihat saat inpartu.(ayres)


Tabel 2.1 : Kriteria klasifikasi CTG, interpretasi dan rekomendasi
manajemen (ayres)

Normal Mencurigakan Patologis


Baseline 110-160 dpm Satu diantara <100 dpm
Variabilitas 6-25 dpm karakteristik tidak Variabilitas
normal, tapi tidak menurun >50mnt;
ada fitur patologis meningkat > 30 mnt
Deselerasi Tidak ada deselerasi Deselerasi lambat
berulang berulang atau
memanjang
Interpretasi Tidak ada hipoksia / Janin dengan Janin dengan tingkat
asidosis janin kemungkinan hipoksia berat
hipoksia rendah
Manajemen Tidak ada intervensi Perbaiki penyebab Segera perbaiki
Klinis jika diketahui, penyebab, nilai dan
monitoring, nilai perbaiki oksigenasi
oksigenasi janin jaringan, terminasi
kehamilan.
Daftar Pustaka

Abadi, A. Kardiotokografi janin dan velosimetri doppler. Dalam:

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. 2014.

Ayres-de-campos D, Spong CY, Chandraharan E. FIGO consensus

guidelines on intrapartum fetal monitoring. Diunduh pada tanggal 26

September 2016. Tersedia dalam: www.jsog.or.jp>pdf>CTG.

Todd C, Rucklidge M, Kay T. Fetal heart rate monitoring-principles and

interpretation of cardiotocography. ATOTW 294. 2103.

Anda mungkin juga menyukai