Abstrak
Abstract
Stroke is a sudden onset of neurological attack which is one of the highest causes
of disability and death in the world. Post-stroke patients must do self-care to
prevent rehospitalization, complications, and recurrent stroke. The aim of this
research is to know the overview of self care in post-stroke patients. This research
used a quantitative descriptive survey research. The sampling technique used is
total sampling. Respondents of this study were 79 post-stroke patients who
outpatient in Puskesmas Kedungmundu Semarang. The data was taken by using the
Questionnaire Self Care Post Stroke and was analyzed by using descriptive
statistic. The result showed that more than half of the respondents have good self
care (57%) and less good (43%). Researchers suggest that paramedics have to
actively collaborate with post stroke patients to provide motivation in doing self-
care.
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 20
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
PENDAHULUAN
Stroke merupakan suatu kegawatan yang menyerang pada neurologis secara
mendadak yang menjadi salah satu penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di
dunia (Boger, 2015). Pasien pasca stroke akan mengalami dampak pada aspek fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual (Bill & Melinda, 2016). Aspek fisik ditandai dengan
terjadinya kelumpuhan semua atau sebagian anggota gerak, kehilangan kemampuan
menelan, gangguan komunikasi dan gangguan kognitif. Aspek psikologis ditandai
dengan penderita akan mengalami kecemasan, ketakutan, kesedihan, dan putus asa
bahkan sampai depresi (Charfi, 2016). Aspek sosial ditandai dengan kehilangan
pekerjaan, hambatan dalam menjalankan peran di keluarga maupun masyarakat.
Aspek spiritual ditandai dengan menurunnya keimanan untuk melaksanakan
kewajiban solat lima waktu dan kurangnya penerimaan diri bahkan sampai
menyalahkan Allah SWT (Hidayanti, 2015).
Pasien pasca stroke memiliki beberapa dampak yang dapat menghambat dalam
proses penyembuhan. Upaya untuk mencegah serangan stroke berulang,
rehospitalisasi dan komplikasi penting bagi penderita untuk memahami pentingnya
proses rehabilitasi dan memahami pentingnya pengendalian faktor resiko.
Seseorang yang dinyatakan sembuh dari serangan stroke pertama memiliki risiko
yang signifikan untuk mengalami serangan stroke yang kedua di kemudian hari
dengan risiko kematian lebih tinggi dibandingkan serangan stroke yang pertama.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan stroke kedua dapat
dilakukan dengan menerapkan self care pada pasien (Go AS, 2014).
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 21
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
Dampak positif self care pada pasien pasca stroke yaitu dapat meningkatkan
aktivitas sehari-hari, kematian, mempermudah kolaborasi, dan meningkatkan
kualitas hidup sebesar 95% dibandingkan dengan perawatan biasa (Barbara, 2017).
Self care harus menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien. Upaya dalam mencapai hal tersebut perlunya self care yang terlatih dan
terorganisasi dengan baik sehingga tercapainya perbaikan dalam perawatan diri di
masa mendatang (Camphell, 2007). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
gambaran self care pada pasien pasca stroke.
METODE
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptive survei.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019 di wilayah kerja Puskesmas
Kedungmundu. Teknik sampling dengan pendekatan total sampling sebanyak 79
pasien pasca stroke. Kriteria inklusinya adalah pasien pasca stroke serangan
pertama yang masih menjalani rawat jalan dan dapat berkomunikasi dengan baik
yang sebelumnya dilakukan dengan pengisian kuesioner SPMSQ (Short Portable
Mental Status Questionnaire). Kriteria eksklusinya adalah pasien pasca stroke yang
memiliki masalah kognitif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner self care
yang terdiri dari 29 item pertanyaan dengan skala dikotomi dan sudah diuji validitas
dan reliabilitas oleh Ismayanti (Ismayanti, 2015). Hasil uji reliabilitas 0,971 ( > 0,6).
Penelitian ini mendapatkan ethical clearence di RS. Moewardi dengan nomor
462/IV/HREC/2019. Data penelitian ini dianalisis secara univariat.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 22
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden paska stroke yaitu lansia akhir
(73,4%), berjenis kelamin perempuan (53,2%), status perkawinan menikah (74,7%)
dengan tingkat pendidikan SD (39,2%), serta menderita stroke selama >1 tahun.
Tabel 2 menunjukkan gambaran self care pada pasien pasca stroke dalam kategori
self care baik lebih dari separuh (57%). Namun, ada sebagian responden yang
memiliki self care kurang baik (43%).
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 23
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 24
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar memiliki self care yang baik
yaitu sebanyak 45 responden (57%). Penelitian yang sejalan menyatakan bahwa self
care yang baik yaitu sebanyak 75% (Ismatika, 2017). Self care yang baik
dikarenakan pasien memiliki keyakinan diri yang baik. Teori sosial kognitif yang
menyatakan bahwa dengan memiliki keyakinan diri yang baik dapat memberikan
motivasi dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, membantu
pemulihan motorik, meningkatkan kepercayaan diri, serta pasien akan memiliki
tingkat stress yang rendah (Rustika, 2012).
Self care baik sebagian besar terjadi pada usia baik dewasa akhir, lansia awal,
dan lansia akhir. Faktor umur dapat mempengaruhi, semakin cukup umur tingkat
kematangan seseorang maka lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Dewi, 2010).
Individu memiliki pengalaman yang banyak sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan dengan mencapai tujuan yang diinginkan seperti
individu mampu mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Self care yang
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 25
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
baiksebagian besar juga terjadi pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan.
Penelitian yang sejalan menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki stressor
yang lebih baik dibandingkan perempuan (Zalihic, 2010). Laki-laki lebih tenang
dalam menghadapi sesuatu dan mudah bergaul sehingga pada laki-laki dapat
mencari solusi dalam menyelesaikan masalah melalui bertukar pikiran dengan
orang lain, sedangkan perempuan emosinya cenderung lebih mendominasi dan
memiliki banyak fokus seperti mengurus anak, rumah tangga, maupun pekerjaaan,
dimana hal ini dapat menimbulkan perasaan cemas dan mengabaikan perawatan
dirinya (Devi, 2007).
Penelitian ini juga didapatkan hasil self care yang kurang baik yaitu sebanyak
34 responden (43%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ismayanti yang
menyatakan bahwa sebanyak 33 responden (52,4%) memiliki self care yang kurang
baik. Self care yang kurang baik dikarenakan kondisi fisiknya yang menurun akibat
adanya manifestasi dari stroke. Keterbatasan fisik pada stroke dapat menyebabkan
ketergantungan terhadap orang lain dalam menjangkau layanan kesehatan
(Ismayanti, 2015). Middle range theory of chronic illness yang menyatakan bahwa
dalam mencapai kemampuan untuk melakukan perawatan diri diperlukan adanya
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 26
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
motivasi, keyakinan budaya, kebiasaan, keyakinan diri, harga diri, dukungan sosial,
dan fasilitas (Riegel, 2012).
Pasien paska stroke selama >1 tahun memiliki self care kurang baik yaitu
sebanyak 22 responden (51,2%). Penelitian lain juga menyatakan bahwa individu
yang telah lama terdiagnosis stroke akan mengalami kelelahan fisik dan emosional,
dimana hal ini yang menurunkan produktivitas dalam melakukan perawatan diri
(Milazzo, 2014). Semakin lama menderita stroke maka individu akan mengalami
kejenuhan dalam melakukan rehabilitasi yang panjang. Kejenuhan dapat
meningkatkan bebas psikis yang dapat menyebabkan stress sehingga dapat
menghambat dalam melakukan perawatan diri (Wardhana, 2011).
Self care yang kurang baik didapatkan hasil bahwa terdapat responden yang
tidak mengikuti kegiatan di lingkungan yaitu sebanyak 39 responden (49,4%).
Penelitian lain juga menyatakan bahwa sebanyak 34 responden memiliki hubungan
dengan lingkungan yang kurang memiliki self care yang kurang yaitu sebanyak 27
responden (79,4%) (Ismayanti, 2015). Adanya hambatan mobilitas fisik pada
pasien stroke akibat manifestasi dari stroke sehingga kurangnya motivasi untuk
melakukan kegiatan di lingkungan. Hambatan ini juga menyebabkan responden
tidak dapat melakukan tugas dalam keluarga seperti biasa yaitu sebanyak 37
responden (46,8%). Penelitian yang sejalan menyatakan bahwa sebanyak 19
responden (55,9%) mengalami penurunan mobilitas sehingga responden tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Hambatan mobilitas ini mengakibatkan
terjadinya perubahan aktivitas sehari-hari, aktivitas kerja maupun hubungan sosial.
Pasien tidak dapat bekerja kembali seperti sediakala dan sosialisasinya dapat juga
terhambat akibat sebagian dari tubuhnya mengalami kecacatan (Juliana, 2012).
Self care kurang baik pada responden yang memiliki perasaan takut, marah,
kecewa sebanyak 28 responden (35,4%). Penderita stroke cenderung mengalami
emosi yang negatif seperti takut, marah, kecewa. Risiko stroke tiga kali lipat
meningkat saat emosi negatif muncul (Wardhana, 2011). Pasien pasca stroke
mudah sekali mengalami ketidakstabilan emosi akibat kelumpuhan dan penurunan
kemampuan fisiknya. Emosi yang tidak stabil berakibat buruk bagi kesehatan
penderita stroke (Aditya & Handayani, 2012). Emosi negatif dapat menyebabkan
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 27
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
denyut jantung menjadi cepat dan pembuluh darah cenderung menyempit sehingga
tekanan darah meningkat, dimana hal ini merupakan salah satu dari faktor risiko
terjadinya stroke.
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 28
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
jantung dan pembuluh darah. Durasi tidur yang pendek ini apabila tidak segera
ditangani dapat menyebabkan risiko stroke (Xia Ning, 2018).
KESIMPULAN
Sebagian besar responden paska stroke yaitu lansia akhir (73,4%), berjenis
kelamin perempuan (53,2%), status perkawinan menikah (74,7%) dengan tingkat
pendidikan SD (39,2%), serta menderita stroke selama >1 tahun. Gambaran self
care pada pasien pasca stroke dalam kategori self care baik lebih dari separuh
(57%). Namun, ada sebagian responden yang memiliki self care kurang baik (43%).
Individu diharapkan dapat mempertahankan self care yang baik. Keluarga juga
diharapkan untuk memotivasi pasien dalam melakukan self care. Puskesmas dapat
melakukan kunjungan ke rumah pasien pasca stroke untuk memonitor kemajuan
kesehatannya. Institusi diharapkan dapat mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat kepada pasien pasca stroke. Peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi self care pada pasien pasca
stroke.
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 29
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
DAFTAR PUSTAKA
Adientya G & Handayani F. (2012). Stres pada kejadian stroke. Jurnal Nursing
Studies.1 (1):183–8.
Barbara R. (2017). Self-care for the prevention and management of cardiovascular
disease and stroke a scientific statement for healthcare professionals from
the American Heart Association. Journal American Heart Association: 1–
18.
Bill & Melinda Gates Foundation. (2016). New Study: Indonesia faces a “double
burden” of diseases. The Lanchet.
Boger, E.J., Hankins, M., Demain, S.H., Latter, S.M., et al. (2015). Development
and psychometric evaluation of a new patient-reported outcome measure for
stroke self-management: The Southampton Stroke Self-Management
Questionnaire (SSSMQ). Health Quality of Life Outcomes: 1–9.
Camphell, J. (2007). Supporting self-care in general practice. British Journal
General Practice: 57.
Charfi, Trabelsi, S., Turki, M., Mâalej Bouali, M., Zouari, L., Dammak, M., Ben
Thabet, J., Mhiri, C., Mâalej, M., et al. (2016). Impact of physical disability
and concomitant emotional disturbances on post-stroke quality of life
(43(5):429–434).
Devi, S. (2007). Perbedaan komitmen kerja berdasarkan orientasi pada gender.
Universitas Gunadarma.
Dewi, W. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Gafarov, D., Panov, Gromova, Gagulin, A.G. (2015). Relations of sleep
disturbances with psychosocial factors in female population aged 25–64
years in Russia: Monica-Psychosocial Epidemiological Study.
Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L., Benjamin, E.J., Berry, J.D., Blaha, M.J.,
et al. (2014). Heart disease and stroke statistics--2014 update: a report from
The American Heart Association. Circulation (21;129(3):e28-e292).
Harahap, S. (2015). Hubungan kemampuan fungsi tubuh dan dukungan keluarga
dengan depresi pada pasien pasca stroke. Jurnal Kesehatan USU.
Hidayanti, E. (LP2M UW). (2015). Representasi nilai-nilai Islam dalam pelayanan
kesehatan: studi terhadap Husnul Khatimah Care (Hucare) bagi pasien rawat
inap di Rumah Sakit Nur Hidayah Yogyakarta: 78–80.
Irwan, A.M., Mayumi, K., Kazuyo, K., Teruhiko, K.Y.T.M. (2016). Factors of self-
care practices and health-seeking behavior among older persons in a
developing country: theories-based research. Elsevier International Journal
Nurse Science: 1–11.
Ismatika, U.S. (2017). Hubungan self efficacy dengan perilaku self care pasien
pasca stroke di Rumah Sakit Islam Surabaya.
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 30
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76
ISSN 2338-2058 (print), ISSN 2621-2986 (online)
Ismayanti, D. (2015). Hubungan kualitas hidup pasien stroke dengan perawatan diri
(self care) di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin
Banda Aceh.
Juliana. (2012). Quality of life pasien pasca stroke di Ruang Rehabilitasi Medis
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh.
Lis, M.L., & Handayani, F. (2018). Pengaruh pengelolaan stress keluarga terhadap
Activity Daily Living (ADL) pasien post stroke iskemik: literature review.
Jurnal Ilmu Keperawatan Medical Bedah 2.
Milazzo. (2014). Are you way too stressed out? survey results. An Assessment of
The Stress Levels of Nurses in The United States. Vickie Milazzo Institute.
Mutia, S. (2014). Dukungan keluarga pada pasien paska stroke dalam menjalani
terapi rehabilitasi di RS Haji Medan. Jurnal Kesehatan USU.
Ning Xia & Huige. (2018). Loneliness, social isolation, and cardiovascular health
(28(9): 837–851). Available from:
https://litbang.kemendagri.go.id/website/menurut-penelitian-kesepian
buruk-untuk-kesehatan-jantung/.
Patricia, A.P. (2005). Fundamental of nursing : concept, process, and practice.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Riegel, B. (2012). A middle range theory of self care science (chronic illness).
Nursing (Lond) (35), 3, 194-204.
Rosmary, M., & Handayani, F. (2019). Hubungan pengetahuan keluarga dan
perilaku keluarga pada penanganan awal kejadian stroke. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/73648/.
Rustika, I.M. (2012). Efikasi diri: tinjauan teori Albert Bandura. Buletin Psikologi
Vol. 20, No.1-2. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Wardhana, W.A. (2011). Strategi mengatasi dan bangkit dari stroke: panduan bagi
penderita, keluarga, sahabat, dan siapa saja yang peduli terhadap stroke.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Cetakan 1).
Zalihic, A., Marotic, Vedran, Zalihic, D., Mabic, Mirela, et al. (2010). Gender and
quality of life after cerebral stroke. Bosn Jurnal Basic Medical Science.
Puri, Setyawan / Gambaran self care pada pasien paska stroke di wilayah kerja... 31