STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN KELUARGA SUKU BANJAR
SELAMA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA
DENGAN KONDISI STROKE DI BANJARMASIN
Oktovin1, Nurachmah, Elly2, M.Syafwani3
1Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, 70114,
Indonesia
2Staff Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 16424, Indonesia
3Staff Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, 70114, Indonesia
*Email : oktavin24@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Prognosis penyakit stroke kebanyakan sembuh dengan kecacatan. Kalimantan
selatan terutama Kota Banjarmasin angka kejadian stroke mencapai 4.031 kasus yang sembuh
dengan gejala sisa. Gejala sisa ini menjadikan penderita stroke di Kota Banjarmasin memiliki
kualitas hidup rendah, terlebih lagi dengan rendahnya dukungan keluarga.
Metode : Metode penelitian dengan metode kualitatif fenomenology. Penelitian dilaksanakan dengan
wawancara mendalam dan catatan lapangan (field note) kepada 5 partisipan yang terpilih sesuai
kriteria inklusi. Data hasil wawancara dan catatan lapangan di analisa dengan tematik analisis.
Hasil : Penelitian ini menghasilkan 6 tema yaitu : kurangnya pengetahuan keluarga Suku Banjar
tentang stroke; kebutuhan dasar pasien stroke tidak terpenuhi; keluarga memenuhi kebutuhan dasar
pasien stroke; sikap keluarga selama merawat pasien stroke; sistem pemberian layanan kesehatan;
dan pendekatan keluarga dalam asuhan keperawatan.
Kesimpulan : Keluarga Suku Banjar memiliki pengetahuan rendah tentang stroke. Hal ini
berdampak pada koping keluarga sehingga di awal keluarga sempat menunjukan sikap tidak
mendukung. Peran petugas kesehatan mengajarkan keluarga menjadi caregiver menjadikan keluarga
saat ini mampu memaksimalkan perawatan kepada penderita stroke.
153
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
154
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
1. Anggota keluarga dari penderita stroke (ibu, 2 sub tema yaitu keluarga tidak memahami
ayah, anak, istri/suami). tentang stroke dan cara keluarga memahami
2. Anggota keluarga bersuku Banjar atau stroke. Keluarga tidak memahami stroke didasari
keturunan asli Suku Banjar dari kedua orang oleh ungkapan 2 partisipan yang menyatakan
tua. awalnya tidak tahu tentang stroke, seperti
3. Tinggal satu rumah selama ±2 tahun dengan kutipan berikut ini :
penderita stroke di daerah sekitar Kota “dulu tu kada paham lalu ding ai”(P2)
Banjarmasin. “nah apa yo lah, kada tahu jua ulun”(P5)
4. Setuju menjadi partisipan, mampu
berkomunikasi dengan baik dan mampu Respon lain muncul yaitu keluarga tidak
menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa memahami stroke karena belum pernah
Banjar. mendapat penjelasan tentang stroke, seperti
kutipan berikut ini:
Peneliti mengumpulkan data dari 5 “kada tahu ulun tentang stroke tu apa,
partisipan dengan cara wawancara mendalam kada suah dijelasi” (P4)
(indepth interview) dan field note. Wawancara
dan field note dilaksanakan peneliti dengan Cara keluarga memahami stroke adalah
bantuan alat perekam (recorder) dan buku berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman
catatan. Wawancara yang digunakan adalah tersebut berupa pengalaman ketika melihat tanda
wawancara semi berstruktur dengan dan gejala stroke dari anggota keluarga sendiri
menggunakan pertanyaan terbuka (open-ended dan penderita stroke lain. Kutipan ungkapan
question). Pertanyaan urutannya tidak selalu tersebut yaitu:
sama pada setiap partisipan bergantung pada “nang ulun tahu lah stroke tu, oleh ulun ni
proses wawancara dan jawaban tiap individu dari suah beisi keluarga kana stroke” (P3)
partisipan. Namun pedoman wawancara “mungkin stroke tu nang kaya mama ku ini
menjamin bahwa peneliti mengumpulkan jenis kalo lah” (P5)
data sama dari para partisipan. Field note
digunakan peneliti dalam mencatat suasana Kutipan ungkapan dari salah satu
tempat dan respon partisipan saat wawancara partisipan menyatakan memahami stroke karena
berlangsung. melihat tanda gejala stroke penderita lain yaitu:
“mengawani mendata stroke di wilayah
Analisis data penelitian adalah dengan sini, jadi sedikit banyaknya aku kawa
tematik analisis. Proses analisis data yaitu memahami…sekalinya setiap aku betamu lawan
dengan membuat transkrip verbatim sesuai orang stroke, lain-lain bekelakuan” (P2)
dengan rekaman wawancara dan catatan
lapangan pada setiap partisipan. Transkrip yang Kebutuhan dasar pasien stroke tidak
telah tersusun kemudian dianalisis dengan terpenuhi. Tema ini terbentuk dari 2 sub tema
membuat koding pada setiap kata kunci dari yaitu kebutuhan dasar biologis dan kebutuhan
ungkapan partisipan. Setiap kata kunci tersebut dasar psikologis. Gangguan pemenuhan
kemudian dianalisa kembali untuk membentuk kebutuhan dasar biologis misalnya seperti :
kategori. Setiap kategori dianalisa kembali untuk gangguan pola eliminasi, gangguan menelan,
membentuk sub tema yang kemudian dianalisa kelemahan fisk, mati rasa, wajah asimetris,
menjadi tema hasil penelitian. hambatan mobilitas fisik dan gelisah. Berikut ini
beberapa kutipan partisipan :
HASIL PENELITIAN ”ngalih menahan kamih lawan
Penelitian ini menghasilkan 6 tema bahera…ngalih makan” (P1)
penelitian, yaitu : “pina uyuh pinanya” (P2)
Kurangnya pengetahuan keluarga Suku
Banjar tentang stroke. Tema ini terbentuk dari
155
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
156
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
157
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
158
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
pekerjaan merupakan salah satu faktor internal biologis, psikologis, spiritual dan upaya merawat
individu untuk memperoleh pengetahuan. keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Pengetahuan ini terbentuk dari kerja Kadarwati, dkk (2019) menjelaskan bahwa
pancaindera, terutama 2 pancaindera yaitu keluarga berupaya memenuhi hampir semua
penglihatan dan pendengaran dalam membentuk kebutuhan penderita pasca stroke karena defisit
pengetahuan. fungsional yang dialami penderita stroke
meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan,
2. Kebutuhan dasar pasien stroke tidak kebersihan diri, berpakaian dan berhias,
terpenuhi. mobilisasi, spiritual dan sosial. Penderita stroke
Keluarga Suku Banjar menyadari penderita sangat bergantung pada caregiver dalam
stroke mengalami gangguan kebutuhan dasar pemenuhan aktifitas perawatan diri dan mobilitas
biologis dan psikologis seperti gangguan buang karena adanya gangguan atau defisit neurologis
air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), (Hesamzadeh, et al., 2016).
gangguan menelan, mati rasa, wajah tampak Keluarga Suku Banjar berusaha memenuhi
asimetris, hambatan mobilitas fisik dan kebutuhan spiritual dalam upaya mengendalikan
terganggunya kemampuan komunikasi secara kebutuhan psikologis penderita stroke. Keluarga
verbal serta gangguan emosional. menginginkan penderita stroke menerima dan
Creasy, et al (2016) mengungkapkan mampu mengendalikan perilaku emosional
bahwa stroke secara umum dapat mempengaruhi secara mandiri, yaitu dengan berdzikir dan
kebutuhan biologis, hubungan sosial dan berdoa. Widarti & Krisnawati (2012)
psikologis penderitanya. Penderita stroke dapat mengungkapkan bahwa berdzikir dan berdoa
sembuh tetapi meninggalkan gejala sisa seperti akan menciptakan perasaan damai, tenang dan
gangguan berjalan, gangguan bicara, gangguan suasana emosi diliputi oleh emosi-emosi positif.
buang air kecil, gangguan emosi, gangguan Berdzikir dengan penuh konsentrasi akan
berpikir dan lain-lain (Handayani & Dewi., memunculkan gelombang alpha dan
2009). Perubahan mental, emosi dan depresi menimbulkan perubahan kesadaran seseorang,
cenderung terjadi pada penderita stroke (Lingga., dari kesadaran normal menuju kesadaran lain
2013). Penderita stroke dengan kondisi yang sering disebut sebagai altered states of
vegetative state bahkan mengalami perubahan consciousness (ASC).
signifikan dari segi kognitif dan perilaku Temuan ini didukung oleh Dewi, dkk
(Arafat., 2010). Faktor penyebabnya adalah (2017) yang menjelaskan depresi pada penderita
kerusakan neurovaskuler akibat stroke (Ariani., stroke akan mempengaruhi emosional penderita.
2012). Dukungan spiritual dari keluarga ternyata
Temuan ini juga menunjukan keluarga berdampak positif untuk menurunkan perilaku
dengan Suku Banjar mampu menjalankan emosional penderita.
perannya dengan baik yaitu mengenali masalah Agianto & Setiawan (2017) menjelaskan
kesehatan setiap anggota keluarganya bahwa kualitas hidup penderita stroke dapat
(Friedman., 2010). Kemampuan mengenali terbantu dengan aktifnya keluarga sebagai
masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga caregiver. Suppoert system yang baik dan positif
menjadi salah satu sumber pengetahuan yang dari keluarga akan membantu proses pemulihan
akan mempengaruhi sikap seseorang (A.Wawan penyakit stroke (Maria, 2014), karena keluarga
& Dewi., 2010). Terutama sikap yang memiliki tanggung jawab dalam merawat
mendukung pemulihan stroke. anggota keluarga dengan stroke atas dasar
kepedulian (Moral-Fernadez, et al., 2018) dan
3. Keluarga memenuhi kebutuhan dasar mampu memberikan rasa nyaman, rasa percaya,
pasien stroke. empati dan perhatian atas dasar ikatan (Dewi &
Keluarga Suku Banjar berusaha memenuhi Darliana, 2017).
kebutuhan dasar penderita stroke. Kebutuhan
dasar yang dipenuhi yaitu kebutuhan dasar
159
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
4. Sikap keluarga dalam merawat pasien perubahan kondisi kehidupan setelah anggota
stroke. keluarga menderita stroke merupakan suatu
Keluarga dengan Suku Banjar menunjukan tantangan yang cukup berat. Keluarga harus
sikap yang mendukung dan tidak mendukung mampu membantu penderita stroke bahkan
selama merawat penderita stroke. Sikap keluarga merasa stroke memiliki dampak negatif
mendukung ataupun yang tidak mendukung bagi kehidupan keluarga (Tilling, Coshall,
ditunjukan dalam bentuk tindakan nyata atau McKevitt, Daneski, & Charles, 2006). Dampak
perilaku, persepsi atau pandangan dan juga negatif tersebut seperti beban berlebih dari
perasaan. Temuan ini didukung oleh Baron., et al adanya tuntutan ekonomi dan waktu singkat
dalam Wawan & Dewi (2010) yang dalam perawatan, ketergantungan penderita
mengungkapkan 3 komponen sikap yaitu stroke dengan keluarga, kesabaran yang tinggi
kognitif (perseptual), afektif (emosional) dan dalam menghadapi emosi penderita stroke, dan
konatif (perilaku). menurunnya produktivitas dalam keluarga
Sikap mendukung dari keluarga Suku (Masitoh, Asiyah & Sholihah, 2014).
Banjar selama merawat penderita stroke adalah
seperti memberi perawatan secara langsung atas 5. Sistem pemberian pelayanan kesehatan
dasar tanggung jawab terhadap perannya di Pemerintah melalui program kesehatan
keluarga, menjadi pendengar yang baik dalam menyediakan layanan kesehatan bagi penderita
upaya mengendalikan emosional penderita stroke stroke dan keluarga. Bentuk layanan kesehatan
dan rutin mengontrol kesehatan penderita. tersebut seperti layanan kesehatan langsung dan
Temuan ini diperkuat Kadarwati, dkk (2019) tidak langsung. Layanan kesehatan langsung
dimana keluarga menjadi caregiver bagi berupa pengontrolan dan pengobatan penyakit
penderita stroke karena bertanggungjawab dalam serta pendidikan kesehatan.
menjalankan fungsinya dalam keluarga. Salah Layanan kesehatan dapat ditemui di rumah
satu fungsi tersebut yaitu memberikan perawatan sakit, puskesmas, klinik dokter, perawat dan
pada anggota keluarga yang sakit (Friedman, bidan (Yuliana, 2013). Pos Pembinaan Terpadu
2010). Widarti & Krisnawati (2012) juga Pengendalian Penyakit Tidak Menular
menjelaskan komunikasi verbal dan non verbal, (Posbindu-PTM) salah satu contoh layanan
bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh untuk menangani penyakit tidak menular (RI,
keakraban sosial atau berupa kehadiran dan 2016). Fasilitas ini digunakan dalam upaya
mempunyai manfaat emosional atau berpengaruh pengobatan dan pencegahan untuk menurunkan
pada perilaku penerimanya. resiko yang diakibatkan dari suatu penyakit
Sikap tidak mendukung keluarga Suku (Ratnawardani, Utomo, & Safri, 2018) dengan
Banjar juga ditunjukan saat awal keluarga kegiatan salah satunya pendidikan kesehatan.
menghadapi perubahan kondisi anggota Keluarga membutuhkan informasi tentang
keluarganya dengan stroke. Sikap tersebut faktor-faktor mempengaruhi pemulihan penyakit
seperti pergi meninggalkan keluarga dan stroke (Agianto & Setiawan., 2017) karena
mengeluh tidak tahan dengan perubahan kondisi sebagian besar keluarga adalah orang awan yang
tersebut. Sikap tidak mendukung ini baru pertama kali merawat penderita stroke
menggambarkan keluarga harus menghadapi dirumah (Kadarwati, Ulfa.R, & Oktarina.E,
perubahan kondisi akibat stroke yang sebenarnya 2019).
merupakan beban dan berdampak negatif bagi Layanan kesehatan tidak langsung juga
keluarga. dirasakan oleh keluarga seperti bantuan jaminan
Tooth, et al (2005) di dalam Luthfa (2018) kesehatan dari pemerintah. Jaminan kesehatan
menjelaskan 12 bulan pertama family caregiver ini mengurangi beban biaya kesehatan. Tseng,et
mengalami kecemasan dan depresi terkait al (2005) menguraikan bantuan dana kesehatan
pelaksanaan tugas (misalnya memberi bantuan sangat dibutuhkan keluarga. Bantuan dana
fisik) dan lamanya waktu perawatan yang rata- tersebut untuk memfasilitasi keluarga merawat
rata 5-9 jam per hari. Adaptasi terhadap
160
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
161
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
M. (2016). Family caregivers’ experience of Stroke. Jurnal Ilmu Kesehatan Insan Sehat,
activities of daily living handling in older 2, 75-82.
adult with stroke : a qualitative research in
the Iranian Context. Scandinavian Journal of Moral-Fernandez, L., Frias-Osuna, A., Moreno-
Caring Sciences, 1-12. Camara, S., Palamino-Moral, P., & Del-Pino-
Casado, R. (2018). The Start Of Caring For
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar An Elderly Dependdent Family Member : a
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Qualitative Metasynthesis. BMC Geriatrics,
Medika. 1-5. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
Hokmabadi, E., Vahdati, S., Rikhtegar, R., MC6157059/pdf/12877_2018_Article_922.p
Ghasempor, K., & Rezabakhsh, A. (2019). df
Public Knowledge of people visiting Imam
Reza Hospital regarding stroke symptoms Obembe, A., Alaogun, M., Bamikole, A., Komolafe,
and risk factors. BMC Emergency Medicine, M., & Odetunde, M. (2014). Awarness of
1-5. Risk Factors and Warning Signs of Stroke in
A Nigeria University. Jornal of Stroke and
Irfan, M. (2012). Fisioteraapi Bagi Insan Stroke. Cerebrospsinal Diseases, 749-758.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Parhani, I. (2016, Januari-Juni). Perubahan Nilai
Kadarwati, Ulfa.R, & Oktarina.E. (2019). Studi Budaya Orang Banjar (Dalam Perspektif
Fenomenologi : Pengalaman Keluarga Teori Troompenaar). AL-BANJARI, 15, 27-
Merawat Penderita Pasca Stroke di Kota 56.
Jambi Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 476-480. Rachmawati, D., Andarini, S., & Kartikawati, D.
(2017). Pengetahuan Keluarga Berperan
KEMENKES RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Terhadap Keterlambatan Kedatangan Pasien
(RISKESDAS) Tahun 2018. Jakarta : Stroke Iskemik Akut di Instalasi Gawat
KEMENKES RI. Darurat. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 368-
Lingga, L. (2013). All about stroke hidup sebelum 375.
dan pasca stroke. Jakarta: Alex Media Ratnawardani, D., Utomo, W., & Safri. (2018).
Komputindo. Pengalaman Keluarga dalam Penanganan
Lopez-Espuela, F., Gonzalez-Zill, T., Amarilla- Serangan Pertama Pada Pasien Stroke. JOM
Donoso, J., Cordovilla-Guardia, S., Portilla- FKp, 259-267.
Cuenca, J., & Casodo-Naranjo, I. (2018). RI, K. K. (2016). Pedoman Umum : Program
Critical Point in the Experience of Spouse Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Caregivers of Patients Who Have Suffered a Keluarga. jakarta: KEMENKES RI.
Stroke. A Phenomenological Interpretative
Study. PLOS ONE, 1-16. Sari, R., Syuhaimi, P. Y., & Nurhikmah. (2018).
Studi Fenomenologi : Pengalaman Perawat
Luthfa, I. (2018). Peran Keluarga Merawat Lansia Memenuhi Kebutuhan Personal Hygene
Pasca Stroke (Family Role to Care Post Klien Dengan Keterbatasan Gerak Fisik.
Stroke Elderly). UNISSULA PRESS, 62-69. Tesis. Retrieved from
Maclsaac, L., Harrison, M., Buchanan, D., & http://eprints.umbjm.ac.id/id/eprint/290
Hopman, W. (2011). Supportive Care Needs Tarwoto, & Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar
After an Acute Stroke : A Descriptive Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Enquiry of Caregivers Perspective. Journal Salemba Medika.
Of Neuroscience Nursing, 132-140.
Tilling, K., Coshall, C., McKevitt, C., Daneski, K., &
Mant, J., Carter, J., Wade, D., & Winner, S. (2000). Charles, W. (2006). A Family Support
Family Support for Stroke : a Randomised Organiser for Stroke Patients and Their
Controlled Trial. THE LANCHT, 808-813. Carers: A Randomised Controlled Trial.
Maria, I. (2014, Juni). Support System Keluarga Cerebrovaskular Disease, 85-91.
Tentang Range of Motion pada Pasien
162
Jurnal Keperawatan Suaka Insan | Volume 5 Edisi I, Juni 2020
Tseng, C., Huang, G., Yu, P., & Lou, M.-f. ( 2015). Yuliana, P. D. (2013). Hubungan karakteristik
A qualitative study of family caregiver keluarga dan jenis penyakit terhadap
experiences of managing incontinence in pemanfaatan pelayanan kesehatan. .
stroke survivors. Plos One, 1-15. Pekanbaru: Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau .
Wawan, & Dewi. (2010). Pengetahuan, sikap dan
perilaku manusia. Yoyakarta: Nuha Medika. Yuniarsih, W. (2010). Pengalaman Caregiver
Keluarga dalam Konteks Asuhan
Widarti, L., & Krisnawati. (2012). HOME CARE Keperawatan Pasien Stroke Tahap Paska
HOLISTIC TERHADAP PERUBAHAN Akut di RSUP Fatmawati. FKIK Universitas
KECEMASAN DAN DEPRESI PADA Indonesia.
PASIEN STROKE ISKEMIK (Home Care
Holistic on the Change of Anxiety and
Depression for the Patient with Stroke
Ischemic). Jurnal Ners, 107-115.
163