Kelompok Ergonomi
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
3. Menurut L. Ackof
Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari
bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.
Sistem adalah kumpulan / group / komponen apapun baik fisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai
satu tujuan tertentu.Subsistem merupakan komponen atau bagian dari suatu
system, subsistem ini bisa fisik ataupun abstrak.
Subsistem sebenarnya hanyalah sistem di dalam suatu sistem, ini berarti bahwa
sistem berada pada lebih dari satu tingkat. Pemisalan lainnya, mobil adalah suatu
sistem yang terdiri dari sistem-sistem bawahan seperti sistem mesin, sistem badan
mobil dan sistem rangka. Masing-masing sistem ini terdiri dari sistem tingkat
yang lebih rendah lagi.
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat oleh
manusia, misalnya sistem perputaran bumi, terjadinya siang dan malam, dan
pergantian musim. Sedangkan sistem buatan manusia merupakan sistem yang
melibatkan hubungan manusia dengan mesin, yang disebut dengan human
machine system. Sistem informasi yang berbasis komputer merupakan contohnya,
karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
Sistem fisik adalah sistem yang berwujud fisik sebagai lawan dari sistem
konseptual dimana simbol-simbol merepresentasikan atribut dari komponen-
komponen sitem.
Sistem statis adalah sistem yang memiliki struktur tapi tanpa aktivitas sedangkan
dinamis mengkombinasikan komponen dengan aktivitas. Contoh dari sistem statis
adalah jembatas, bangunan, dan lain-lain. Jika intervensi manusia diperhitungkan
sebagai bagian dari sistem maka dia akan berubah menjadi sitem dinamis yang
tidak lain adalah sistem transportasi.
2.3.4. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup adalah sistem yang tidak berinteraksi secara signifikan dengan
lingkungannya. Lingkungan hanya memberikan konteks pada sistem. Sistem ini
bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak diluarnya.
Secara teoritis system tertutup ini ada, tetapi kenyataanya tidak ada system yang
benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed (secara relative tertutup,
tidak benar-benar tertutup).Sistem terbuka adalah system yang berhubungan dan
terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan
menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya.
Karena system sifatnya terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luanya, maka
suatu system harus mempunyai suatu system pengendalian yang baik. Sistem
yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relative tertutup
karena system tertutup akan bekerja secara otomatis dna terbuka hanya untuk
pengaruh yang baik saja.
BAB III
Proses Produksi
Bahan baku yang diolah oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari kebun-kebun PTP
Nusantara IV unit Adolina dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat
disekitarnya. Kelompok varietas tertentu memiliki mutu buah tertentu yang sudah
berdasarkan ketebalan relatif dari perikarp, cangkang dan inti dari tandan buah
1. Kongo : Perikrap tipis 30-40 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,4-0,85 cm,
2. Dura (Dura Deli di Sumatera) : Perikrap 40-70 % dari bobot buah, tebal
cangkang 0,2-0,5 cm
3. Tenera : Perikrap agak tebal ± 60 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,1-0,25
5. Diwakkawakka : Buah ditandai oleh mantel yang terdiri dari 6 carpel sekeliling
buah.
3.2 Pengolahan
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO di PKS Bah Jambi dibagi
menjadi 6 tahapan (stasiun) yaitu :
Stasiun penerimaan bahan buah ini berfungsi untuk menerima TBS yang berasal
dari kebun dan pembelian. Pada stasiun ini TBS melalui tahapan proses yaitu
tahap penimbangan buah dan tahap penumpukan dan pemindahan buah.
b. Loading Ramp
Berfungsi sebagai alat penampung sementara dan pemindahan TBS kedalam lori
rebusan, sebagai tempat pensortiran TBS dan juga sebagai pembersihan TBS dari
pasir dan kotoran.
- Jarak Kisi ± 1 – 5 cm
-14 buah pintu yang digerakkan oleh kompressor untuk menutup dan membuka
pintu sehingga TBS dapat masuk ke dalam lori.
Pada tahap ini dilakukan pensortasian terhadap TBS yang masuk, sebab mutu dari
TBS yang diolah sangat mempengaruhi rendemen dan mutu produksi dari CPO
yang dihasilkan. Adapun tujuan sortasi adalah untuk mengetahui tingkat
kematangan buah dan menilai mutu yang masuk ke pabrik.
Derajat kematangan yang baik yaitu, jika tandan-tandan yang dipanen berada pada
fraksi 1,2, dan 3, sebab pada fraksi ini terjadi keseimbangan rendemen minyak
tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah.
c. Lori Rebusan
Berfungsi untuk mengangkut TBS dari Loading Ramp ke Sterilizer sebagai
tempat merebus TBS. Rata-rata kapasitas dari tiap lori rebusan adalah 2,5 ton/lori.
Dalam pengisian lori hendaknya jangan sampai penuh, karena dapat
mengakibatkan:
d. Transfer Carriage
Berfungsi untuk memindahkan lori yang berisi TBS dari loading ramp ke rel
rebusan. Alat ini terdiri dari 1 unit dengan kapasitas 3 lori.
2. Stasiun Rebusan
TBS yang berada dalam lori rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah
dengan bantuan transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini
selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Badan lory
tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 27.000 mm
berjumlah 3 unit dengan system 2 pintu dan memakai PLC (Program Local
Control) dengan waktu merebus buah ± 100 menit, masing-masing sterilizer
berkapasitas 10 lory ( ± 25 ton TBS). Langkah pertama dari pengolahan kelapa
sawit adalah rebusan yang berfungsi sebagai tempat untuk merebus TBS dengan
tekanan 2,8 – 3 kg/cm² dan suhunya 130ºC - 140ºC .
a. Tujuan Perebusan:
- Mengurangi kadar air dalam buah ± 10% - 14% terhadap total TBS yang
direbus.
- Memudahkan buah sawit lepas dari janjangan pada proses penebahan (thrasher).
b. Sistem Rebusan:
1. Puncak Pertama
Setelah selesai pengeluaran udara, tekanan uap dinaikkan hingga 0,8 – 1,0 kg/cm²,
kemudian dibuang dengan Blow Down sampai tekanan uap 0 kg/cm².
2. Puncak Kedua
Sterilizer diisi uap lagi hingga tekanan 1,5 – 2,0 kg/cm², kemudian dibuang
melalui Blow Down sampai tekanan uap 0 kg/ cm².
3. Puncak Ketiga
Diisi uap hingga tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm², kemudian ditahan sampai jangka
waktu tertentu, lalu selanjutnya dibuang.
Sisitem tiga puncak digunakan karena berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat
terjadi proses mekanik, yaitu, adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan
tekanan yang cepat.
a.Pembuangan Udara
- Proses daerasi dilakukan secara bertahap dan terpadu dengan pembuangan air
kondensat, yaitu dengan pambuangan air kondensat secara terus menerus melalui
pipa pada dasar rebusan.
b. Pembuangan Air
Air dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan, sehingga jumlah air
makin bertambah. Pertambahan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air
kondensat akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
c. Lamanya Rebusan
- Semakin lama, maka jumlah buah yang terlepas dari janjangan akan semakin
banyak
- Semakin lama, maka kehilangan minyak pada air kondensat semakin tinggi
- Semakin lama, maka kandungan minyak dalam tandan kosong makin tinggi,
karena diserap oleh tandan
Uap dibuang dari cerobong atas yang pipanya berdiameter 8 inch. Pembuangan
uap pada puncak-puncak sebelum akhir perebusan bersamaan dengan
pembuangan air kondensat, sehingga penurunan tekanan dapat berlangsung cepat.
- Pemasukan uap dilakukan bertahap sehingga tidak ada udara tertinggal di dalam
sterilizer, dan pembuangan uap bekas.
3. Stasiun Penebah
b. Auto Feeder
c. Penebah (Thrasher)
Spesifikasi Alat:
Merk/Buatan/Tipe : Horizontal
Diameter : 2000 mm
Kapasitas : 30 Ton
Putaran mesin penebah ini adalah 23 rpm, buah sawit yang keluar dari kisi-kisi
tromol alat penebah ini ditampung di conveyor lalu diangkat dengan Fruit
Elevator dan diangkut ke pengadukan (Digester). Kesalahan pada proses
penebahan terjadi akibat buah yang masuk kedalam rotary drum terlalu banyak,
sehingga bantingan kurang dari 6 kali janjangan sudah keluar ke empty bunch
conveyor. Pemeriksaan dan pembersihan bagian dalam dan luar thresher
dilakukan setiap minggu.
4. Stasiun Pengempaan
Pisau pengaduk harus dan terpasang sebanyak 5 tingkat, tingkat pisau bagian
atas berfungsi sebagai pelumat dan pisau di bagian bawah berfungsi sebagai
pengadukan berat mendorong massa buah keluar dari digester.
Digester harus terisi penuh setiap saat, agar waktu tinggal massa buah lebih
lama dan memperoleh efek pengadukan yang maksimum.
Berfungsi untuk memeras buah yang sudah diaduk dari digester dengan tekanan
hydrolik 45 – 50 kg/cm², sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Oleh
tekanan 2 buah screw press yang berputar berlawanan arah di dalam sebuah
silinder. Minyak keluar melalui saringan dan ditampung di Bak Row Oil.
Sedangkan serabut dan biji diangkat oleh Cake Breaker Conveyor (CBC) menuju
ke pemisahan biji dan serabut (depricarper). Jarak screw dengan silinder press < 5
mm dan kapasitas olah ± 10 – 12 Ton TBS/Jam/unit. Oil gear box, speed redcer,
V-belt dan minyak hidrolik packe diperiksa setiap hari sebelum mesin
dioprasikan.
Pemisahan ampas dan biji tidak sempurna, maka pengolahan biji akan
mengalami kesulitan.
Minyak yang keluar dari pressan dan digester ditampung dalam Bak Row Oil dan
dialirkan ke dalam Sand Trap Tank yang berfugsi sebagai alat untuk menangkap
jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke ayakan, dengan maksud agar
ayakan terhindar dari gesekan pasir yang dapat menyebabkan keausan ayakan.
Pembersihan dan pemeriksaan dilakukan setiap minggu.
Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa
pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST
(Continuous Settling Tank). Dari Bak Row Oil minyak dikirim ke Crude Oil
Tank. Crude oil tank merupakan tanki penampung minyak kasar, untuk
selanjutnya dikirim ke Continious Settling Tank (CST) untuk proses pemurnian di
stasiun minyakan. Minyak dari crude oil tank dipompakan ke CST dimana
sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak
terlalu kencang.
Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah CPO yang sudah
dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya. Stasiun pemurnian minyak
adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO). Minyak
mentah yang dihasilkan dari stasiun pengempaan dikirim ke stasiun ini untuk
proses selanjutnya sehingga diperoleh minyak produksi.
Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah dari lumpur (air + lumpur) atas
dasar perbedaan berat jenis cairan, dimana minyak yang mempunyai berat jenis
lebih ringan akan naik, sedangkan lumpur akan turun. Dalam pemisahan ini
kekentalan cairan dan suhu sangat mempengaruhi proses ini, sebab pengenceran
dan pemanasan merupakan faktor penentu keberhasilan pemisahan dan pemurnian
minyak di klarifikasi.
Suhu cairan harus diantara 95ºC – 98ºC, pemanasan awal dengan steam
indeksi dan selanjutnya dengan steam coll, dan cairan tidak bergejolak.
Proses pemisahan CST ini berjalan secara kontiniu, selagi minyak kasar
masih dimasukkan dan oilnya akan dialirkan ke Oil Tank, sedangkan lumpur,
ke Sludge Tank.
Minyak yang bersal dari CST dialirkan ke Oil Tank untuk dipanaskan pada
temperatur 95ºC - 98ºC, agar air yang masih terdapat dalam minyak dapat
dihilangkan.
Prinsip Kerja:
Prinsip kerja alat ini adalah gaya sentrifugal, sehingga minyak yang memiliki
berat jenis lebih kecil dari dari air dan kotoran akan terlempar ke bagian atas Bowl
dan air dinding bowl).
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan kotoran dan kadar air dalam minyak. Alat
ini beroperasi dengan putaran 5000 rpm – 6000 rpm.
Jika putaran mesin tidak tercapai, lakukan pemeriksaan pada kopling dan rem.
Minyak hasil proses yang baik adalah sekitar, kadar air berkisar sekitar antara
0,20% - 50%, dan kadar kotoran 0,01% - 0,13%
Fungsi Vakum Drier adalah mengurangi kadar air dengan kevakuman ± 760
mmHg. Hasil minyak dari proses pengeringan yang sempurna kadar airnya
berkisar antara 0,10 – 0,50%.
Berfungsi untuk menampung lumpur hasil pemisahan dari CST. Lumpur yang
keluar dari CST (masih mengandung minyak) dialirkan ke dalam Sludge Tank
dan diolah lagi untuk memperoleh minyak, dimana suhu berkisar antara 95ºC -
98ºC yang dipanaskan dengan sistem injeksi.
Berfungsi untuk memisahkan kotoran-kotoran kasar dan pasir pada lumpur yang
akan diolah di Sludge Seperator.
Brush Strainer terdiri dari dua tabung silinder yang berlubang-lubang halus
dengan sikat baja yang berputar bersamaan poros pada silinder tersebut. Cairan
yang telah tersaring keluar dari bagian atas dan mengalir ke Pre Cleaner, sedang
serabut/sampah dibuang dari bagian bawah. Dilakukan pencucian setiap 6 jam
pada Brush Strainer.
g. Pre Cleaner
Cairan sludge hasil penyaringan pada brush strainer masih mengandung pasir, dan
untuk memisahkan pasir tersebut digunakan Pre Cleaner. Bagian atas alat ini
berbentuk silinder dan bagian bawah berbentuk kerucut yang terbuat dari keramik.
Dibawah kerucut ini terdapat tabung pengendapan pasir.
Cairan lumpur dipompakan pada bagian atas dengan sistem siklus, sistem cairan
berputar dalam tabung dan kerucut yang melibatkan timbulnya gaya sentrifugal.
Gaya ini menyebabkan pasir turun dengan cepat melalui kerucut (dibuang), cairan
bergerak ke atas dan keluar melalui poros. Pembuangan pasir pada bagian bawah
(penampung pasir) dilakukan secara teratur setiap 30 menit.
b. Pemeraman Biji
Biji yang berasal dari nut polishing drum diangkut dengan menggunakan
conveyor dan destoner menuju ke silo biji (Nut Silo) untuk proses pemeraman
biji. Sebelum masuk ke silo biji, terlebih dahulu biji dimasukkan kedalam tromol
fraksi biji (nut grading screen) untuk memisahkan biji-biji menurut fraksinya,
yaitu fraksi kecil dan fraksi besar dengan terpisahnya biji fraksi kecil dan fraksi
besar maka proses pemecahan biji dalam nut crecker akan lebih sempurna
(persentasi inti pecah akan berkurang). Biji yang telah dipisahkan akan masuk ke
dalam silo (nut silo) sesuai dengan fraksi-fraksinya untuk proses pemeraman biji.
Biji yang diperam dianggap kering bila kadar air biji 12%. Proses pemeraman
dilakukan selama 24 jam untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
c. Pemecahan Biji
Alat ini terdiri dari rotor yang berputar dan mempunyai dinding kasing (Slator)
yang berbentuk silinder dan pada bagian bawahnya berbentuk konus (cone).
Dinding kasing (wearing plat) ini terbuat dari plat baja keras. Rotor terdiri dari
poros yang diberi lempengan siku-siku yang berputar pada poros tersebut. Oleh
karena adanya gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh putaran rotor yang sangat
tinggi maka biji-biji yang masuk ke lubang rotor akan terbawa oleh lempengan
siku-siku tersebut kemudian terlempar ke samping membentur dinding 40 kasing.
Akibatnya biji-biji tersebut akan pecah dan intinya akan terpisah dan cangkang.
Campuran pecahan (inti, biji utuh dan cangkang) yang dihantarkan oleh timba
kraksel masuk ke dalam LTJS (Light Tanera Just Separator). Alat ini merupakan
kolom pemisah vertikal (Vertical Column Separator) yang dilengkapi dengan
fan/blower penghisap. Prinsip pemisahan berdasarkan berat jenis dan gaya
gravitasi. Melalui kolom pemisah tersebut abu, cangkang halus dan serat halus
yang lebih ringan akan terhisap dan masuk ke dalam siklon penampung abu (dust
cyclone), kemudian menghantarnya ke stasiun ketel (boiler station) sebagai bahan
bakar ketel (boiler), sedangkan inti, cangkang kasar dan biji utuh yang lebih berat
akan jatuh menuju ayakan, ayakan ini berfungsi untuk memisahkan biji utuh
(noten). Campuran pecahan akan masuk melalui kisi-kisi tersebut dan dengan
bantuan getaran akan terjadi pemisahan antara biji utuh (notten) dengan campuran
pecahan. Campuran pecahan akan jatuh ke dalam kolom kraksel (crackse
conveyor) yang akan menghantarkannya ke hidrosiklon (hydrocyclone) untuk
dipisahkan.
e. Pengeringan Inti
Inti basah hasil pemisahan akan dibawa ke konveyor inti basah menuju timba inti
(karnel elevator) yang menghantarkan inti basah masuk ke dalam konveyor atas
silo inti. Konveyor ini berfungsi untuk mendistribusikan inti basah masuk
kedalam silo inti (karnel osilo). Bentuk ataupun cara kerja silo inti sama seperti
pada silo biji (Nut Silo). Hanya saja pada silo inti yang dikeringkan adalah
intinya. Ke dalam silo inti ini juga dialirkan uap jenuh dan dihembuskan pula
udara panas oleh fan/blower pemanas (heater). Waktu pengeringan yang
dibutuhkan adalah 18 (delapan belas) jam.
3.3 Produk
dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu dari minyak kelapa
sawit berhubungan dengan aspek kadar asam lemak, kelembapan, kotoran. Dalam
hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang
meliputi kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, kotoran, Logam besi, logam
menghasilkan rendemen minyak 22,1 %-22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak
bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah), kadar air 0,150 % (tertinggi), kotoran 0,020 %.
Selain minyak, PTPN ini juga memproduksi inti dari biji kelapa sawit
tersebut. Produk ini masih berupa produk antara yang akan dikirimkan lagi ke
memuaskan pelanggan. Audit dilakukan oleh pihak Eksternal yang pertama Tahun
2005 (PT. TUV NORD INDONESIA) dan dilakukan Re-Sertifikasi setiap tahun.
1. Air
Air yang digunakan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun
Adolina bersumber dari sungai ular yang berjarak sekitar 1600 m dari lokasi
pabrik. Air digunakan untuk proses produksi, boiler ataupun untuk keperluan
domestik.
Air sungai tidak langsung digunakan, namun diolah terlebih dahulu agar
air yang digunakan bebas dari endapan mineral dan lebih jernih sehingga layak
Uap dihasilkan oleh boiler yang mengubah air hingga menjadi steam (uap
panas). PKS PTPN IV Kebun Adolina menggunakan ketel uap tipe pipa air
b. Pemanasan
sludge
3.6 Utilitas
Perusahaan PTPN IV Kebun Adolina memiliki pola aliran bahan berbentuk zig-zag.
Pola aliran bahan ini diketahui dari skema susunan mesin-mesin yang digunakan oleh
perusahaan tersebut. Bentuk ini dapat diterapkan jika lintasan lebih panjang dari
ruangan yang dapat digunakan untuk ditempatinya dan berbelok-belok dengan
sendirinya untuk memberikan lintasan aliran yang lebih panjang dalam bangunan
dengan luas, bentuk dan ukuran yang lebih ekonomis.
1 4 5
2 3 6
Jenis tata letak di pabrik PTPN IV PKS Adolina adalah layout by product
yaitu tata letak berdasarkan pada mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut aliran
proses pembuatan produk. Tata letak berdasarkan aliran proses umumnya digunakan
pada industri yang berproduksi dengan volume produksi yang relatif besar dan
Jenis tata letak layout by product memiliki mesin yang disusun berdasarkan
urutan proses produksi. Produk akan dikerjakan dari awal sampai akhir di dalam satu
departemen dengan mesin yang terintegrasi. Dengan demikian, semua fasilitas yang
Penggunaan tata letak berdasarkan produk sangat sesuai dengan proses produksi yang
Pola aliran bahan menurut aktivitas yang berlangsung pada PTPN IV PKS
Adolina adalah pola tidak beraturan (odd angle). Pola tidak beraturan bertujuan untuk
memperpendek lintasan aliran produksi dari satu stasiun ke stasiun lainnya karena
Pembahasan
Lori adalah tempat/wadah untuk merebus TBS di sterilizer. Pada lori terdapat
lubang di bagian samping dan bawahnya, yang bertujuan agar steam yang diberikan
pada stasiun sterilizer dapat masuk ke dalam lori karena tidak menggunakan uap
kering dan supaya air kondensat dapat keluar atau tidak menggenang di lori. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Hartono (2003) yaitu untuk proses
perebusan, sebaiknya tidak menggunakan uap kering karena temperaturnya lebih
tinggi dibandingkan uap jenuh pada tekanan yang sama.
Penimbunan buah yang terlalu lama di loading ramp yang saling tindih dapat
menimbulkan kememaran buah yang tinggi, dan dapat menyebabkan pemeraman
mutu minyak yang akan diekstraksi. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun
rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor
listrik hingga memasuki sterilizer untuk direbus. Sterilisasi adalah proses perebusan
TBS di dalam bejana menggunakan uap bertekanan. Proses ini memegang peranan
penting karena keberhasilan atau kegagalan perusahaan akan sangat berpengaruh
kepada proses pengolahan maupun mutu produk selanjutnya. Hal ini sesuai
menyatakan bahwa setiap PKS tentunya menginginkan hasil minyak dengan kualitas
yang baik dengan tingkat keasaman yang rendah. Proses perebusan sangat
menentukan kualitas hasil pengolahan pabrik kelapa sawit
Selanju tnya buah atau berondolan dimasukkan dalam alat yang bernama Digester
agar diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada
bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan
buah dari dige telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak
kasar.
Fungsi dari digester ini, yaitu :
• Menaikkan Temperatur.
Selanjutnya minyak menuju stasiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk
kestasiun kernel.
Minyak yang menuju stasiun klarifikasi atau pemurnian. Minyak kasar (CPO) dari
stasiun pressan dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh
produksi minyak yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Secara
keseluruhan stasiun ini berfungsi untuk memisahkan lumpur, kotoran dan air sehingga
Minyak dari proses pemurnian masih mengandung banyak air, oleh karena itu perlu
tahap vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga
campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan
air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air
akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank. Selanjutnya akan
Sedangkan biji masuk ke stasiun kernel. Stasiun ini adalah stasiun untuk memperoleh
inti sawit. Biji dari pemisahan biji dan ampas diolah di stasiun ini. Ampas dan biji
dipisahkan melalui berat jenis dengan metode hisapan angin. Angin akan mengangkat
bagian yang ringan (ampas) dan yang berat akan turun (biji). Kemudian biji dinaikkan
ke silo untuk dipecah. Mekanisme kerja stasiun pabrik biji, yaitu biji yang bercampur
dengan ampas/serabut dipisah dengan CBC (Cake Breaker Conveyor), biji dalam
serabut yang sudah mengering dipisah oleh separating coloum dengan sistem hisapan
di fiber cyclone. Biji yang masih mengandung serabut, turun ke bawah dan serabut
dibersihkan polishing drum. Biji dikirim ke destoner untuk memisahkan benda-benda
Biji dimasukkan ke dalam ripple mill untuk dipecahhinggan inti terpisah dari
cangkang. Inti yang masih terkandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%.
Maka inti masuk ke kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan. Pada kernel silo
ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari steam heater yang
dihembuskan oleh Fan kernel silo ke dalam kernel silo. Pengeringan dilakukan pada
temperatur 60-80°C selama 4-8 jam. Kernel yang telah dikeringkan ini dibawa ke
Maka setelah beberapa ahap, maka didapatkan inti kelapa sawit yang bersifat
berminyak.
BAB V
KESIMPULAN