Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI

Perancangan Kerja dan Performansi Organisasi

Kelompok Ergonomi

M. Achya Habibi 140403114


Anisa Rahma Lubis 180403150
Felix 180403156
Tifany Parangin Angin 180403171
M Dwi Alfandi 180403164
Josua Andrian Fredrik Panjaitan 180403181

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS : TEKNIK
JURUSAN MEDAN
: TEKNIK INDUSTRI
2018
Perancangan Kerja dan Performansi Organisasi

1.1 Perancangan Kerja


Sejak manusia pertama ada sampai sekarang, manusia tidak pernah
terlepas dari yang namanya kerja, apapun maksud dan motivasinya. Namun
demikian, tidak ada satu definisi yang sama tentang kerja. Para ahli pun
mendefiniskan kerja dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah definisi kerja
menurut para ahli.

1. Neff dalam Sutalaksana (1979) mendefinisikan kerja  sebagai:


“Kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan
yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan
hidupnya.”
2. Miller (1967):
“Any set of activities occurring about the same time, sharing some common
purpose that is recognized by a task performer”.
3. Teicher and Whitehead (1973):
“a transfer of information between components (within a system).”

Terlepas dari berbagai definisi di atas, pengertian kerja sebenarnya


sangatlah luas. Hampir semua aktivitas manusia bisa kita sebut sebagai ‘kerja’,
apapun motif atau tujuannya. Perluasan motif atau tujuan itu terjadi karena tidak
semua manusia bekerja semata-mata untuk mempertahankan hidupnya. Ada
manusia yang bekerja untuk mencari nafkah atau makan sehari-hari, ada manusia
yang bekerja supaya dapat bertemu dengan orang lain, ada pula orang yang
bekerja karena ingin memperoleh kepuasaan tertentu seperti artis atau seniman,
dan sebagainya.

Perancangan Sistem Kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-
teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja
yang EASNE . Teknik-teknik dan prinsip ini digunakan untuk mendapakan suatu
sistem kerja yang efektivitas , aman, sehat , nyaman , dan efisiensi , biasa di
singkat sebagai EASNE.

Sistem kerja terdiri dari empat komponen, yaitu:


1. Manusia
2. Bahan
3. Lingkungan Kerja
4. Peralatan (Mesin)
Komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas pekerja.

1.1.1 Definisi Analisis Perancangan Kerja (APK)


Pada awal berdirinya Teknik Industri, keilmuan Analisis Perancangan
Kerja (APK) masih bernama Methods Engineering atau dulu di Indonesia disebut
sebagai Teknik Tata Cara Kerja (TTCK). Sutalaksana dkk (1979) mendefinisikan
Teknik Tata Cara Kerja ini sebagai suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip
dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik.
Oleh karena itu, APK adalah ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip dan teknik-
teknik untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang terdiri dari
manusia, mesin, material, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja agar sistem
kerja tersebut efektif dan efisien.

1.1.2 Tujuan dari Analisis Perancangan Kerja


Tujuan Perancangan Kerja adalah menghasilkan suatu sistem kerja yang
ENASE yaitu efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Maksud dari tujuan ini
adalah bahwa dengan diterapkannya Perencanaan Kerja diharapkan sistem kerja
yang dirancang efektif yakni mampu menghasilkan output sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan, nyaman, aman, dan sehat bagi pekerja dan orang-orang yang
berada di sekitar lingkungan tempat kerja itu berlangsung, serta efisien dalam arti
bahwa biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu kecil
nilainya dibanding dengan output yang dihasilkan.

Ruang Lingkup Aplikasi Perencanaan Kerja


1. Lingkup Teknis
Perubahan teknologi yang semakin cepat serta level teknologi yang semakin
kompleks, di satu sisi menyebabkan ketergantungan manusia pada alam
semakin berkurang serta berbagai keuntungan lainnya yang bermanfaat bagi
industri manufaktur. Namun di sisi yang lain, perubahan ini juga
menyebabkan ketergantungan manusia pada teknologi itu sendiri, sehingga
efektivitas sistem secara keseluruhan sebenarnya tidak terlalu banyak
berpengaruh. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang lebih
komprehensif dengan penekanan pada aspek manusia sebagai komponen
sistem yang paling utama (Aspek Ergonomi).

2. Lingkup Organisasi
Aplikasi Perencanaan Kerja menyangkut desain dan analisis berbagai jenis
pekerjaan. Baik pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh perorangan, dengan
kontrol individu, maupun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara
berkelompok, yang membutuhkan koordinasi dan tipe pengontrolan yang
berbeda-beda. Kedua jenis pekerjaan di atas tentu saja memiliki sifat dan ciri
yang berbeda, sehingga di dalam analisisnya pun membutuhkan pendekatan
atau metode yang berbeda pula.

3. Lingkup Legalitas
Meningkatnya aturan-aturan atau legislasi memberikan berbagai dampak bagi
pekerja. Jam kerja maksimum, upah minimum, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan karena semakin disadarinya peran penting manusia di dalam
sistem kerja dan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan
Perencanaan Kerja dan Ergonomi, serta munculnya upaya-upaya untuk lebih
me’manusia’kan manusia di dalam sistem kerja ini.

4. Lingkup Sosial dan Politik


Ketidakstabilan dan semakin mahalnya ongkos pekerja terutama di negara-
negara maju membuat tekanan bagi dunia usaha untuk lebih memperhatikan
aspek pekerja ini.

5. Lingkup Finansial
Pilihan-pilihan yang muncul di dalam penerapan prinsip-prinsip Perencanaan
Kerja seringkali harus berhadapan dengan keterbatasan finansial suatu
perusahaan. Penerapan Perencanaan Kerja di satu sisi diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan perusahaan pada jangka panjang,
namun untuk pelaksanaannya juga membutuhkan investasi.

Keuntungan yang Didapat dengan Menerapkan Keilmuan Perencanaan Kerja


1. Waktu kerja yang semakin pendek
Jumlah output per hari yang semakin tinggi menyebabkan ongkos per produk
yang semakin kecil, sehingga secara keseluruhan ongkos produksi menurun.

2. Produktivitas yang lebih tinggi melalui upah perangsang


Upah perangsang akan menyebabkan pekerja semakin bergairah, sehingga
dicapai produktivitas yang semakin tinggi pula.

3. Perbaikan sistem kerja


Perbaikan sistem kerja dapat dilakukan dan diterapkan pada berbagai
komponen dan interaksi antar komponen sistem.

4. Penjadwalan produksi
Dibakukannya waktu operasi di setiap stasiun kerja memungkinkan kita untuk
menjadwalkan produksi di tingkat shopfloor.
5. Pengaturan pembebanan dan line balancing
Beban kerja pada setiap stasiun dapat diatur dan diseimbangkan berdasarkan
berbagai informasi tentang waktu operasi, beban kerja fisik, maupun mental
yang diterima pekerja.

6. Pengaturan tata letak dan lintasan kritis


Untuk merancang atau mengatur tata letak suatu pabrik baik itu manufaktur
ataupun fasilitas jasa, dibutuhkan informasi yang cukup tentang perancangan
proses kerja, pengaturan dan pengukuran waktu kerja, keterkaitan antar
berbagai aktivitas, dan lain-lain.

1.1.2 Aplikasi Perencanaan Kerja dalam Keilmuan Teknik Industri


Keilmuan APK, dilihat dari sejarahnya, merupakan cikal bakal disiplin
Teknik Industri. Apa yang dilakukan oleh para pendahulu Teknik Industri seperti
Taylor dengan Time Study-nya, pasangan suami istri Gilbreth dengan Studi Gerak
dan hubungan antar pekerja, merupakan dasar-dasar perancangan sistem kerja.
Penerapan keilmuan APK dalam suatu sistem produksi, juga tidak terlepas dari
berbagai ilmu lain dalam Teknik Industri. Kesemuanya ini berinteraksi untuk
mengoptimalkan sistem integral yang terdiri dari manusia, material, mesin,
peralatan, uang dan informasi.

1.2 Performansi Organisasi


1.2.1 Kinerja Organisasi
Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun
organisasi. Dalam arti ini kinerja merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu. 
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi

1.2.2 Indikator Kinerja Organisasi


Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran/tujuan ( Bastian 2001 : 33 dalam
buku manajemen publik ) yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan elemen
– elemen indikator berikut ini :

1. Indikator masukan ( inputs ) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar


organisasi mampu menghasilkan produknya, baik barang atau jasa yang
meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan dan sebagainya.
2. Indikator keluaran ( outputs ) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun nonfisik.
3. Indikator hasil ( outcomes ) adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
4. Indikator dampak ( impacts ) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah
ditetapkan.

Dalam pembahasan kinerja organisasi selalu dibicarakan dan dibedakan


mengenai organisasi privat dan organisasi publik. Indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja organisasi antara privat dan publik pun secara khusus juga
dapat dikatakan berbeda. Untuk membedakan suatu organisasi tertentu adalah
organisasi privat atau organisasi publik juga ada indikatornya.

Ada 3 indikator yang umumnya digunakan sebagai ukuran sejauh mana


kinerja organisasi berorientasi keuntungan ( profit oriented ), ( Bastian, 2001 : 335
– 336 dalam buku manajemen publik ) adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas adalah hubungan antara input dan output dimana penggunaan
barang dan jasa dibeli oleh organisasi untuk mencapai output tertentu.
2. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas
diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari
organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ekonomis adalah hubungan antara pasar dan input, dimana pembelian barang
dan jasa dilakukan pada kualitas yang diinginkan dan harga terbaik yang
dimungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai