Anda di halaman 1dari 26

PANCASILA SEBAGAI ETIKA

POLITIK

Dra. Nurmiani. M.H.


1. Pengertian Etika

 Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, bentuk tunggal kata


etika yaitu ethos yang mempunyai banyak arti yakni
kebiasaan/adat, akhlak, watak, cara berpikir dan bentuk jamak
dari kata etika yaitu ta etha yang berarti adat kebiasaan.
 Sumber lainnya, mengatakan bahwa Etika berasal dari
kata ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan.
Defenisi Etika
 Merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan moral

 Suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita


mengikuti ajaran tertentu atau bagaimana kita harus mengambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
ajaran moral.
 Definisi etika adalah aturan pandangan sikap, perilaku sopan santun,
yang mengatur hubungan, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
 Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia melakukan semua
tindakan sehari-harinya baik dalam masyarakat maupun dalam
bernegara.
 Etika mambantu manusia menunjukan nilai-nilai untuk membulatkan
hati mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan
dan mengapa hal itu dilakukan. 
 Pancasila adalah etika bagi rakyat dan bangsa Indonesia
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembagian Etika
 Secara umum yaitu mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia.

 Secara khusus yaitu membahas prinsip-prinsip itu di dalam


hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi :

- Individual: membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri


- Sosial : membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia
lainnya
Etika Politik
Merupakan cabang etika dan termasuk dalam lingkup filsafat
serta
mempertanyakan praksis manusia.

 Berkaitan dengan Norma dan Moral yaitu karena


berhubungan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur
dari sudut pandang baik atau buruk, sopan atau tidak sopan,
susila atau tidak susila sebagai seorang manusia.
 Pancasila mempunyai arti lima dasar, yakni
1.      Sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.      Sila kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.      Sila persatuan Indonesia,
4.      Sila kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
5.      Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Dari Pancasila inilah kita memperoleh acuan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Republik Indonesia ini.
2. Pancasila sebagai Etika
Politik

 Tahukah Anda apa itu politik?


Sebenarnya, sadar ataupun tidak, setiap hari kita sudah berpolitik.
Tidak percaya?
Contohnya di kampus. Saat mencalonkan diri sebagai Presiden BEM,
ketika mengerjakan tugas kuliah bersama-sama, sewaktu belajar
bersama untuk menghadapi ulangan umum, belum lagi contoh-
contoh yang buruk seperti menyontek sewaktu ujian,  semua itu
sudah termasuk politik.
Dengan kata lain, setiap kali kita menyusun strategi atau siasat
untuk mendapatkan sesuatu, itulah yang dinamakan berpolitik. Jadi,
politik terjadi di mana-mana, mulai dari kantor pemerintah sampai ke
gedung sekolah, bahkan sampai ke ranah domestik.
Pengertian Politik
 Secara etimologis istilah politik sendiri pertama kali muncul di Yunani,
yaitu dari kata “polis”, yang artinya “kota”. Pada awalnya politik
digunakan sebagai ilmu atau cara untuk mengatur kota-kota di Yunani,
khususnya kota Athena. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites
yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan
dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos
yang berarti kewarganegaraan.
 Sedangkan  dari segi pemerintahan, kata Politik berarti cara bertindak
(dalam menghadapi atau menangani suatu masalah) yang berkaitan
dengan segala urusan dan tindakan (kebijakan, strategi, dsb) mengenai
pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI).
 Seorang filsuf (ahli ilmu filsafat) Yunani, Aristoteles (384-322 SM), mengatakan
bahwa tujuan dari politik adalah membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur
(good society). Bapak Paul Wellstone, seorang Senator Amerika Serikat, juga
mengatakan bahwa tujuan politik ialah untuk mengembangkan kehidupan orang
lain. 
 Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang
memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut
zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan
sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan
melibatkan hubungan politik.
 Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari
manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam
masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya
memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.
Pancasila sebagai Sumber Nilai
 Pancasila adalah sumber nilai, berarti ;
Pancasila merupakan acuan utama bagi pembentukan hukum
nasional, kegiatan penyelenggaraan negara, partisipasi warga
negara dan pergaulan antarwarga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa
dan bernegara.
Tidak lepas dari Pancasila sebagai suatu sistem filsafat; pada
hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber
dari segala sumber penjabaran norma, baik norma hukum, moral
maupun norma kenegaraan lainnya.

Sebagai suatu Nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang


bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hubungan Nilai, Norma , dan Moral
 Adalah suatu ajaran, wejangan, patokan, kumpulan peraturan baik
lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup
dan bertindak agar masyarakat menjadi manusia yang baik.

 Korelasinya yaitu nilai merupakan bagian dari norma, norma


merupakan ajaran, dan moral adalah aplikasi norma.
 Norma Moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut pandang, baik atau buruk, sopan
atau tidak sopan dan susila atau tidak susila.

 Norma Hukum yaitu suatu sistem peraturan per-undang-


undangan yang berlaku di Indonesia.
3. DIMENSI POLITIS MANUSIA

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial .


Paham Antropologi Filsafat memandang sifat dan hakikat kodrat
manusia
dalam berbagai kacamata yang berbeda:
 Paham Individualisme sebagai cikal bakal paham Liberalisme
memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas.
Konsekuensinya dapat terlihat dalam setiap kehidupan
bermasyarakat, bangsa maupun negara.
 Dasar ontologis ini merupakan dasar moral politik negara.
 Paham kolektivisme yang merupakan cikal bakal sosialisme dan
komunisme, memandang manusia sebagai makhluk sosial saja.
 Pengertian dimensi politis manusia memiliki dua segi fundamental
yaitu: pengertian dan kehendak untuk bertindak (inilah yang
senantiasa berhadapan dengan tindakan moral)

 Contohnya:
Manusia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau
akibat dari kejadian tertentu, akan tetapi itu dapat dihindarkan
karena kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap orang
lain. Sebaliknya jika manusia tidak bermoral maka ia tidak akan
peduli dengan orang lain.
 Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, merupakan acuan landasan
etika dalam berpolitik. 
 Etika Politik dan Pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana
harmonis antarpelaku dan antarkekuatan sosial politik serta
antarkelompok kepentingan lainnya untuk mencapai sebesar-besar
kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.
  Etika Politik dan Pemerintahan mengandung misi kepada setiap pejabat
dan elit politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani,
berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap mundur dari
jabatan Politik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral
kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
 Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek pelaku etika yaitu
manusia. Oleh karena itu, pribadi yang menjadi subjek dalam etika
politik harus terlebih dahulu mengimplementasikan Pancasila sebagai
acuannya sebagai etika dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam
kehidupan politiknya dalam hal kenegaraan.
 Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam
perilaku politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari
sikap munafik serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak
manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji lainnya.
4. PANCASILA SEBAGAI SUMBER
ETIKA POLITIK

 Sebagai dasar filsafat negara Pancasila tidak hanya merupakan


sumber peraturan perundang-undangan melainkan juga sumber
moralitas utama dalam hubungannya dengan legitimasi
kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara.
Sebagai Etika Politik Pancasila memiliki lima prinsip :
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya
untuk hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal
bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup,
agama, budaya, adat.
 Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa, bukanlah negara Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan
dan penyelenggaraan negara pada legitimasi religius.
 Kekuasaan kepala negara tidak mendasarkan pada legitimasi
religius melainkan mendasarkan pada legitimasi hukum dan
demokrasi. Oleh karena itu asas sila pertama lebih berkaitan
dengan legitimasi moral.
 Inilah yang membedakan negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa dengan Teokrasi.
 Walaupun dalam negara Indonesia tidak mendasarkan pada
legitimasi religius, namun secara moralitas kehidupan negara harus
sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan, terutama hukum
serta moral dalam kehidupan bernegara.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil
dan beradab. Karena hak-hak asasi manusia menyatakan
bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak
diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar
sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, hak-hak
asasi manusia adalah mutlak.
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri,
melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib
sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila
tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu
pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembang
secara melingkar yaitu keluarga, kampung, kelompok etnis,
kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia.  Maka
di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang
apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan
keterbatasan masing-masing.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada
manusia atau sebuah elit atau sekelompok ideologi berhak
untuk menentukan dan memaksakan orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka
yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin
mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi
memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat
ke dalam tindakan politik.
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara
ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama
tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme. Keadilan sosial
adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan sosial
diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada
dalam masyarakat.
 Pemerintah harus menggunakan politik untuk memimpin masyarakatnya
supaya teratur. Pemerintah membuat aturan-aturan, seperti peraturan lalu
lintas, pemakaian air dan listrik, pembangunan rumah, atau pembayaran
pajak tidak lain dengan maksud supaya rakyat di negara tersebut dapat
hidup dengan tertib dan tenteram. Semua itu membutuhkan kemampuan
yang cukup baik untuk memimpin agar rakyat mau menuruti semua aturan-
aturan tersebut.
 Selain untuk memimpin, politik juga dapat dipakai untuk mempengaruhi
pihak lain. Cara untuk mempengaruhi ini namanya diplomasi. Kita tidak boleh
menggunakan pengaruh untuk kejahatan tetapi untuk kebaikan. Misalnya,
kalau ada dua orang yang ingin bertengkar, kita dapat menggunakan
pengaruh kita supaya mereka tidak jadi bertengkar, bahkan harus berdamai.
Perbuatan itu sudah termasuk berdiplomasi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai