A. TUJUAN
Untuk mencapai sasaran belajar di atas, maka tujuan khusus yang diharapkan adalah mahasiswa
mampu memahami dan menjeaskan tentang
1. Gaya belajar
B. MATERI PEMBALAJARAN
1. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menggunakan kemampuannya. Terdapat
dua dikotomi gaya belajar dan berpikir, yaitu : (1) gaya implusif/reflektif, disebut juga sebagai tempo
konseptual, yakni kecenderungan seseorang untuk bereaksi cepat (implusif), atau menggunakan
banyak waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi jawabannya (reflektif); (2) gaya
mendalam/dangkal adalah sejauh mana murid mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang
membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam), atau sekedar mencari apa-apa yang
perlu dipelajari (gaya dangkal).
Siswa juga memiliki perbedaan gaya belajar. Berdasarkan prefensi sensori atua kemampuan yang
dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu
dibagi menjadi tiga tipe belajar yaitu : (1) gaya belajar visual (melalui penglihatan), (2) gaya belajar
auditif (melalui pendengaran), dan (3) gaya belajar kinestetik (melalui aktivitas tangan). Sementara
itu berdasarkan kemampuan mental, gaya belajar dapat dikategorikan menjadi empat bagian, yaitu :
(1) gaya belajar konkret-sekuensial, (2) gaya belajar abstrak-sekuensial, (3) gaya belajar konkret-
acak, dan (4) gaya belajar abstrak-acak. Implikasinya dalam pembelajaran guru dapat menerapkan
teknik dan model pembelajaran yang bervariasi yang dapat mengakomodir semua gaya belajar siswa
tersebut secara bergantian, karena tidak ada suatu metode, strategi, ataupun model pembelajaran
yang paling baik, semua tergantung pada karakteristik materi pelajaran dan karakteristik peserta
didik.
Kepribadian (personalities) adalah pemikiran, emosi, dan perilaku khas yang dipakai seseorang untuk
beradaptasi dengan dunianya. Berdasarkan aspek biologis, kepribadian dibagi menjadi empat
kelompok besar, yaitu : (1) Sanguin, adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah
membuat orang tertawa, dan bisa memberi semnagat pada orang lain, tetapi kelemahannya adalah
dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai emosi dan keinginannya, (2) Plegmatik,
adalah orang yang cenderung tenang , dari luar cenderung tidak beremosi, tidak menampakkan
perasaan sedih atau senang. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup
baik, ia instropektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap, dan memikirkan masalah-
masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang plegmatik adalah ia cenderung mengambilo
mudahnya, tidak mau susah, sehingga mudah mengambil jalan pintas yang paling mudah dan
gampang, (3) Melankolik, adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling
sempurna, dan ia memang orang yang mengerti dengan estetika keindahan hidup ini. Kelemahan
orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari
hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung, (4) Kolerik, adalah seseorang yang dikatakan
berorientasi pada pekerjaan dan tugas, dia adalah norang yang memiliki disiplin kerja yang sangat
tinggi. Kelebihannya adalah dia yang melaksanakan tugas dengan setia dan akan bertanggung jawab
dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri kolerik adalah kurangnya
kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati), belas kasiannya terhadap
penderitaan orang lain juga agak minim, kerena perasaannya kurang bermain.
Selanjutnya menurut Chaplin (1995) temperamen adalah disposisi reaktif seseorang.
Pengertian disposisi dalam hal ini adalah totalitas terorganisir dari kecenderungan-kecenderungan
psikofisik individu untuk mereaksi dengan satu cara tertentu. Selain itu disposisi dapat diartikan
sebagai sifat-sifat yang realitif terus-menerus atau menerangkan kualitas yang menetap dan
konsekuen dari tingkah laku.
Dalam kaitannya dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap
seumur hidup, yang tidak mengalami perkembangan, karena temperamen bergantung pada
konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup.
Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan,
pengalaman, dan sebagainya).
Terdapat tiga tipe temperamen, yaitu (1) anak mudah (easy child), biasanya memiliki mood positif,
cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, (2) anak sulit (difficult
child), cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, dan lamban dalam menerima pengalaman
baru, dan (3) anak lambat bersikap hangat (slow-to-warm-up child), biasanya beraktivitas lamban
agak, negatif, menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi, dan intensitas mood yang rendah.
Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat
istiadat. Adanya nilai-nilai dalam masyarakat memberitahu pada angotanya tentang apa yang baik
dan atau penting dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut terjabarkan dalam suatu norma-norma.
Norma masing-masing masyarakat berbeda, maka perilaku yang muncul dari anggota masing-masing
masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya. Individu-individu yang status sosial ekonominya
rendah, sering kali mempunyai tingkat pendidikan dan kekuatan yang rendah untuk mempengaruhi
institusi masyarakat dan sumber ekonomi yang lebih sedikit.
Setiap siswa berasal dari ruang lingkup budaya yang berbeda, hal ini jelas berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan. Banyak aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri
pelajaran dan mempengaruhi nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa dan
perilaku lain para pelajar. Hal ini mewajibkan lingkungan pendidikan agar mampu merangkum
semua siswa dari berbagai budaya dan kebiasaan agar di didik secara efektif dan efisien.
Status sosio-ekonomi yang didasarkan pada penghasilan perkerjaan, pendidikan dan gengsi sosial
sangat mempengaruhi sikap pelajar terhadap sekolah, pngetahuan, kesiapan beajar dan pencapaian
akademis. Siswa yang berasal dari keluarga yang berpendidikan rendah mengalami tekanan yang
mempunyai andil bagi praktik pengasuhan anak, pola komunikasi dan harapan yang rendah yang
mungkin akan kurang menguntungkan anak-anak ketika mereka memasuki sekolah.
Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa belajar.
Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antar guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang
harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar.
4. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan
penuh perhatian.
5. Menangani anak didik dengan member rasa aman, penuh pengertian, bantuan dan mungkin
member beberapa alternative pemecahan.
Menurut Hamalik (2008:187) mengemukakan ada beberapa cara pendekatan pembelajaran sesuai
dengan gaya belajar individu
a. Gaya Visual
4. Gunakan multimedi
3. Gunakan musik
c. Gaya Kinestik
C. RANGKUMAN
Gaya belajar adalah cara yang digunakan seseorang dalam menggunakan kemampuannya.
Berdasarkan prefensi sensori atua kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan
menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dibagi menjadi tiga tipe belajar yaitu : (1) gaya
belajar visual (melalui penglihatan), (2) gaya belajar auditif (melalui pendengaran), dan (3) gaya
belajar kinestetik (melalui aktivitas tangan).
Kepribadian (personalities) adalah pemikiran, emosi, dan perilaku khas yang dipakai seseorang untuk
beradaptasi dengan dunianya. Menurut Allport (dikutip oleh Hull, Lindzey, & Campbell, 1998),
temperamen adalah disposisi perilaku individu yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau
fisologis. Oleh sebab itu, temperamen sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan.
Budaya merupakan pikiran, akal budi, hasil karya manusia, atau dapat juga didefinisikan sebagai adat
istiadat. Dampak budaya terhadap pembelajaran
Setiap siswa berasal dari ruang lingkup budaya yang berbeda, hal ini jelas berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan. Banyak aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri
pelajaran dan mempengaruhi nilai, sikap dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa dan
perilaku lain para pelajar.