STUDI ISLAM
IBADAH MALIYAH
DOSEN PENGAJAR : AHMAD LUVIADI, M.Pd.I
Kelompok 5 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Islam merrupakan agama yang terakhir sebagai penututp semua agama yang telah
ada , islam merupakaan agama rahmatal lil alamin untuk semua umat islam. Islam itu di
bawakan oleh nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam yang mendapat wahyu
dari Allah.
Ajaran islam yang di bawah oleh nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam
dari Allah Subhanahu wa ta'ala berisi pedoman hidup yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya,
denganmakhluk bernyawa lainnya, dengan benda mati, dan dengan alam semesta. Aja
ran ini dapat di yakini sebagai ajaran yang di turunkan Allah Subhanahu wa ta'ala
untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. untuk mengetahui islam
lebih mendalam maka munculah ilmu yang di namakan studi islam.
Seiring dinamika perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari studi
islam dapat melaui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari studi
islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk
menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun
jangan sampai penggunaannya melampauui batas dankeluar dari rambu rambu ajaran
Allah Subhanahu wa ta'ala.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................
Bab I................................................................................................................................
1.1 Latar belakang masalah.....................................................................................
2.1 Rumusan masalah..............................................................................................
3.1 Tujuan Masalah.................................................................................................
Bab II..............................................................................................................................
2.1 Pengertian Ibadah Maliyah...................................................................................
2.2 Macam macam Ibadah Maliyah..........................................................................
2.3 Urgensi Ibadah Maliyah............................................................................……...
Penutup ...........................................................................................................................
Kesimpulan...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah. Menurut
para ulama, wajib adalah:
Sedangkan sunahadalah:
1. Zakat
Zakat menurut istilah bahasa artinya tumbuh, beerkat atau kebaikan. Menurut
istilah (ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok-
kelompok tertentu dengan berbagai syarat.
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Hukumnya fardhu ‘ain (wajib)
atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun
kedua Hijriyah. Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat adalah:
“Memberikansebagian yang khusus, dari harta yang khusus, dengan ketentuan yang
khusus, dan sebagiannya disalurkan pada waktu yang khusus, untuk yang berhak
menerimanya”.
2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal yang
dibolehkan”
Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran, waktu dan
mustahik. Jika zakat sudah tertentu sebagaimana lima unsur utama zakat, maka infaq
tidak ditentukan standar ukuran, waktu penunaian, dan mustahiknya tidak terpaku
sebagaimana dalam Q.S. at-Taubah (9) ayat 60.
3. Shadaqah
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas, perak,
perdagangan, hewan ternakdll., maka shadaqah tidak demikian. Shadaqah boleh
dengan barang-barang bisa juga dengan tenaga, fikiran dan lainnya.Bahkan, wajah
sumringah dan senyuman pun bisa bernilai shadaqah.
Seluruh Kebaikan itu Shadaqah
ٍ ط ْل
ق َ ف َش ْيئًا َولَوْ اَ ْن ت َْلقَى أَخَ اكَ بِ َوجْ ٍه
ِ ْالَتَحْ قِ َر َّن ِمنَ ْال َم ْعرُو
4. Fidyah
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-Nya
menyulitkan hamba-hamba-Nya.Landasan normatif yang dititahkan Allah SWT
mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’andan wajib bagi orang-orang
yang berat melakukan shaum (jika mereka tidak shaum) memberi fidyah, yaitu
dengan memberi makan satu orang miskin. (Q.S. Al Baqarah(2) :184).
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT.di atas adalah wajib, apabila :
c. Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang bersangkutan boleh
memilih antara qadha shaum atau fidyah).
d. Jumlah fidyah adalah sejumlah makanan yang dikonsumnsi yang bersangkut pada
bulan Ramadhan. Setiap hari tidak puasa diganti dengan fidyah makan sehari untuk
seorang miskin.
5. Kifarat
Kifarat sumpah (bersumpah palsu), salah satu caranya adalah dengan memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa diberikan kepada
keluarga sendiri atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang
hamba sahaya. Dalam hadits riwayat Muslim, juga diterangkan bahwa kifarat nadzar
yang tidak dapat dilakukan sama dengan kifarat sumpah.
6. Kurban/Udhiyyah
Udhiyyah adalah menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Qurban (Idul
Adha) atau Hari Tasyriq (11,12 dan 13 Dzulhijjah)dengan niat taqarub atau qurban
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Udhiyyah (qurban) sebenarnya sudah menjadi
syari’at para Nabi dan Rasul Allah.Setiap Nabi melakukan ibadah qurban.Putra Nabi
Adam as (Qabil dan Habil) juga pernah melakukan ibadah qurban.
Yang diabadikan secara khusus adalah qurban yang menjadi syari’at Allah SWT
yang dibawa Nabi Ibarahim as.Kemudian syari’at itu dilestarikan menjadi syari’at
Nabi Muhammad saw.atas legitimasi dan perintah Allah SWT yang diabadikan-Nya
dalam al Qur’an surat Al Kautsar, (108) :2.
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
B. Binatang qurban ialah unta, sapi atau kerbau, kambing, biri-biri atau domba.
Binatang-binatang tersebut hendaknya :
1) Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya, rusak/pecah
sebelah tanduknya atau telinganya).
2) Bulu binatang (kambing) lebih disukai yang berwarna putih mulus atau bulu
mulutnya, bulu kakinya dan bulu di sekitar matanya berwarna hitam.
3) Sudah berumur satu tahun. Bila kesulitan mendapatkan binatang berumur satu
tahun boleh kambing jadza’ah (berumur sekitar 9-11 bulan, tetapi gemuk, sehat
tanpa cacat).
5) Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
7. Aqiqah
Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan tetapi ada pendapat
lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan, lebih baik berkurban saja pada tanggal
10 Dzulhijjah atau pada hari-hari tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
8. Al-Hadyu
9. Dam
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap pelanggaran
atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan dalam rangka pelaksanaan
ibadah haji dan umrah atau karena mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu)
atau karena melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga
diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu sama.
Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal lain dam
bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan untuk membuat sesuatu
yang rusak (batal) menjadi sah atau yang kurang menjadi lengkap.Dam dilakukan
sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT.sekaligus juga sebagai salah
satu bentuk penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah atau
umrah.
Ibadah maliyah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
1. Membersihkan harta dari kotoran kebakhilan, keserakahan, kekejaman dan
kezaliman terhadap kaum fakir miskin.
2. Berfungsi ekonomi, membantu makanan bagi yang miskin atau memerlukan.
3. Memilikifungsi sosial, dengan memberikan zakat kepada fakir miskin bisa menjaga
keseimbangan hidup atau kesenjangan dan menghindari ketidakadilan sosial.
Memupuk rasa kasih sayang dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak
memiliki harta sehingga terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya,
karena kalau telah terjadi keterpaduan diantara keduanya, mudah-mudahanan bisa
mengantisipasi dan akan mengikis segala bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam
masyarakat akibat kesenjangan dan ketidakadilan sosial.
Dalam Al-Qur'anul karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam satu
ayat.Jadi, artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakatsama dengan
urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya selalu
lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi tidak mau
membayar zakat, beliau spontan melakukan sebuah sikap yang sangat keras dengan
sumpah, "Demi Allah.Saksikan oleh kalian.Demi Allah, saya akan berperang dengan
orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau membayar zakat." Mungkin
karena kebijakan ini dan sikap Abu Bakar yang begitu tegas, mereka segera
membayar zakat.Perintah itu ditujukan kepada para penguasa Muslim untuk turut
campur, supaya memerintahkan kepada umat Islam yang wajibmengeluarkan zakat.
Allah SWT. berfirman dalam sebuah hadits qudsi"Anfiq, unfiq." (Infakkan hartamu !
Keluarkanzakatmu!Allah yang akan menggantinya).Barangsiapa yang membuka
keran rezekiuntuk kepentingan agama dan kemanusiaan. Allah akan membuka keran
rezekiyang lebih besar. Nabi SAW. menyatakan, tidak akan berkurang harta karena
sedekahdan zakat, dijamin tidak akan ada orang menjadi sengsara gara-gara infak dan
zakat, tidak akan ada orang menjadi menderita gara-gara infakdan zakat. Barangsiapa
yang memberikan infak, zakat atau sedekahkepada orang yang memerlukannya,
berarti dia telah menghutangkan sesuatu kepada Allah.Allah yang bertanggung jawab
untukmembayarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa apa yang merupakan perintah Allah
selalu membawakan berkah dan hikmah. Manusia tidak akan pernah lepas dari harta,
karena harta merupakan kebutuhan bagi manusia. Dengan harta manusia bisa
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder atau tertier. Selain
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, dengan harta manusia bisa beribadah
kepada Allah.
Harta menjadi alat bagi seseorang untuk mengabdikan dirinya kepada Allah.
Ibadah (harta) maliyah memberikan pengaruh baik bagi pemberi dan penerimanya.
Harta yang lebih dari keperluan yang pokok bila tidak di belanjakan pada jalan-jalan
kebaikan, maka kosonglah ia dari hikmah dan terlepaslah ia dari maksud dijadikannya
sebagai barang yang memberi manfaat. Maka Allah yang Maha Hakim melimpahkan
harta, juga menyuruh ntuk dikeluarkan sebagiannya untuk kepentingan orang-orang
yang membutuhkannya, yaitu dengan cara mengeluarkan zakat.