Anda di halaman 1dari 58

Patologi Penyakit Sistem

Reproduksi Pria

Putri Rahayu Ratri, S.Si., M. Biomed


Politeknik Negeri Jember
Jurusan Kesehatan
Program Studi Gizi Klinik
Sub Capaian Pembelajaran
• Mampu mengenal dan memahami
patofisiologi berbagai penyakit pada
sistem reproduksi pria. Penyakit yang
dipelajari meliputi:
1. Penyakit pada Testis
2. Penyakit pada Skrotum
3. Penyakit pada Penis dan Urethra
4. Penyakit pada Kelenjar Tambahan
5. Penyakit Impotensi
Organ Reproduksi Pria
Alat reproduksi laki-laki
terdiri dari:
- Sepasang testis
- Penis
- Saluran-saluran
kelamin
- Kelenjar-kelenjar
tambahan
Organ Reproduksi Pria
• Testis: kelenjar kelamin penghasil sperma dan hormon
testosterone
• Penis: alat kelamin luar yang berfungsi untuk
memasukan sperma kedalam saluran kelamin wanita
• Saluran kelamin
- Vasa eferentia: menampung sperma
- Epididimis: mengabsorpsi sperma hingga kental dan
menyimpan sperma sementara (3 minggu)
- Vasdeferens: saluran penghubung epididimis dengan
uretra pada penis. Dibagian ujungnya terdapat saluran
ejakulasi
- Uretra merupakan saluran untuk mengeluarkan
sperma dan urine
Kelenjar tambahan
- Vesika seminalis: Merupakan kantong
semen (mani) yang dindingnya
menghasilkan cairan lendir yang
mengandung fruktosa, asam askorbat dan
asam amino sebagai makanan dan
pelindung sperma sebelum membuahi
ovum.
- Kelenjar prostat: menghasilkan cairan
basa yang berfungsi untuk menetralkan
sifat asam pada cairan vagina sehingga
sperma dapat bergerak dengan aktif
- Kelenjar cowperi (bulbouretralis):
Penghasil cairan pelicin
Spermatogenesis

• Spermatogenesis
merupakan proses
pembentukan
sprematozoa dari bakal
sperma
(spermatogonium hingga
menjadi sperma matang
(spermatozoa)
• Spermatogenesis terjadi
di tubulus seminiferus
Tubulus seminiferus
Sistem Hormonal
yang memengaruhi
fungsi normal
sistem reproduksi
Patologi Penyakit Pada Pria
1. Testis
2. Skrotum
3. Penis dan Urethra
4. Kelenjar Asesoris/Kelenjar
tambahan
5. Impotensi
ANATOMI
PATOLOGI TESTIS DAN
EPIDIDIMIS
1. Kriptorkimus / Kriptorkidisme
2. Epididimitis
3. Tumor testis
4. Torsio testis
1.Kriptorkimus / Kriptorkidisme
• Kegagalan turunnya testis masuk ke dalam skrotum
• Prevalensi pada anak laki2 usia 1 tahun sebanyak 1%
• Diagnosis: testis berukuran kecil (cryptorchid testicle)
skrotum bila diraba kosong (tdk terdapat testis)
• Etiologi: sebagian besar karena kelainan genetik
(trisomi 13) atau kelainan hormonal (defisiensi hormon
androgen)
• Penatalaksanaan: dapat dilakukan dengan cara
pembedahan untuk memperbaiki posisi normal testis
1.Kriptorkimus / Kriptorkidisme
• Kejadian
Kriptokirdisme yang
tidak segera diatasi
dapat menimbulkan
beberapa akibat:
1. Arthropi testis
2. Infertilitas
3. Meningkatkan
tumbuhnya maligna
dan carcinoma
hingga 30-50 kali
lebih tinggi
Kriptorkimus yang tidak segera ditangani
menyebabkan atrofi testis
Artrofi testis ditandai dengan peristiwa:
• Diameter tubulus seminiferus
mengecil
• Membran basal menebal, fibrosis
jaringan
• Penurunan aktivitas
sprematogenesis
2. Epididimitis
• Epididimitis merupakan kondisi inflamasi pada
epididimis dengan fitur klinis berupa demam, nyeri,
skrotum yang membengkak dan epididimis yang
membesar.
• Epididimitis paling sering ditemukan pada laki-laki
berusia 14–35 tahun dengan infeksi
patogen Chlamydia trachomatis dan Neisseria
gonorrhoeae
• Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian
antibiotik untuk membunuh patogen
3. Tumor Testis
4. Torsio testis
• Torsio testis terjadi ketika funikulus spermatikus melintir
‘spermatic cord ’ (untaian serat dan jaringan seperti tali
spermatika) yang membawa darah ke skrotum terhambat.
• Torsio testis paling sering terjadi pada anak laki-laki
dengan rentang usia 12 dan 18 tahun, tetapi dapat juga
terjadi pada segala usia, bahkan sebelum kelahiran.
• Torsio testis biasanya membutuhkan penanganan operasi
darurat.
• Jika ditangani dengan cepat, testis biasanya dapat
diselamatkan. Tetapi ketika aliran darah telah terputus
terlalu lama, testis mungkin menjadi rusak parah sehingga
harus diangkat.
5. Orkitis
• Orkitis merupakan peradangan pada salah satu atau
kedua buah testis
• Etiologi : infeksi virus Mumps (gondongan) à menular
melalui percikan liur dan urine (virus mumps menyukai
suasana asam)
• Gejala: pembengkakan skrotum disertai
pembengkakan kelenjar parotis, demam 38,5-40oC,
nyeri ketika berkemin (disuria), nyeri saat ejakulasi,
semen mengandung darah
• Terapi: pemberian parasetamol dan analgesik untuk
mengurangi demam dan rasa sakit. Namun sistem
imun yang akan membunuh virus
• Cara meningkatkan sistem imun à menkonsumsi
makanan kaya vitamin, mineral dan antioksidan
PATOLOGI PADA BAGIAN
SKROTUM
1. Varikokel
2. Hernia
3. Hidrokel
4. Hematokel
1. Varikokel
• Varikokel merupakan pelebaran pembuluh darah balik di
daerah pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna
• Umumnya dialami oleh pria berusia 15 – 25 tahun
• Penyebab: genetik, makanan, suhu, tekanan abdomen tinggi
• Terjadi pada 15% pria
• Pengobatan:
- Bedah (varicocelectomy)
- Embolisasi
àmemasukan bahan
sklerosing
Varikokel mengganggu spermatogenesis
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis
sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain
katekolamin dan prostaglandin) melalui vena
spermatika interna ke testi
3. Peningkatan suhu testis.
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis
kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat hasil metabolit
tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan
sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis
testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.
2. Hernia
• Hernia merupakan penonjolan (protrusi) isi suatu
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga perut
• Etiologi :
1. Hernia kongenital à bawaan sejak lahir
2. Hernia akuisita à hernia akibat faktor peningkatan
tekanan intra abdomen
• Gejala: benjolan di daerah inguinal disertai rasa nyeri
• Terapi: operasi
3. Hidrokel
• Hidrokel merupakan penimbunan cairan berlebihan di dalam
selaput pembungkus testis (di antara lapisan parietalis dan
viseralis tunika vaginalis).
• Etiologi : pada bayi àadanya kegagalan penutupan tempat
turunnya testis (prosesus vaginalis) dari rongga perut ke dalam
skrotum, belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
• Pada orang dewasa à kelainan yang didapat pada testis atau
epididimis sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
yang berlebihan pada cavum vaginalis
• Gejala: adanya benjolan lunak dan testis membesar
(meradang), skrotum yang berisi cairan jernih akan tembus
cahaya
• Penatalaksanaan: Pada Bayi à tunggu hingga usia 1-2 tahun
(prosesus vaginalis menutup) à cairan dalam rongga
diabsorpsi kembali
• Jika hidrokel tidak sembuh maka dilakukan aspirasi cairan
3. Hidrokel
4. Hematokel
• Hematokel merupakan
penumpukan darah pada
lapisan tunika vaginalis
• Etiologi : injury pada bagian
skrotum atau karena adanya
tumor maligna pada testis
• Terapi: dalam jumlah sedikit
dapat ditunggu beberapa
waktu agar diserap kembali
oleh sistem limfatik, namun
apabila dalam jumlah besar
maka perlu dilakukan
pembedahan membuang
penumpungan jaringan darah
PENIS DAN URETHRA
1. Urethritis
2. Fimosis
3. Peyronie’s disease
4. Hipospadias dan Epispadias
5. Striktura urethra
1. Urethritis
• Urethritis à Peradangan pada saluran urethra
• Etiologi à infeksi bakteri atau virus (Herpes)
• Bakteri yang sering menjadi penyebab urethritis
E. coli Gonococcus Chlamydia Mycoplasma
trachomatis genitalium

Diagnosa:
• Pemeriksaan fisik meliputi
area genital perut dan dubur
• Tes urin keberadaan bakteri
dan adanya sel darah
• Pemeriksaan cairan genital
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN URETHRITIS

• Pemberian antibiotik dan antivirus (asiklovir)

• Melakukan aktivitas seks secara aman dan sehat

• Menjaga kesehatan saluran kemih

• Menjaga pola makan dan memperbanyak asupan cairan

• Tidak menahan buang air kecil

• Menghindari penggunaan spermisida


2. Fimosis
• Merupakan kejadian preputium penis yang tidak dapat
diretraksi ke bagian proksimal karena adanya adhesi
antara peputium dan gland penis
• Etiologi: ruang antar katup dan penis tidak berkembang
dengan baik à kulup melekat pada kepala penis. Pada
beberapa anak laki-laki penis tumbuh dan berkembang
dengan debris yg dihasilkan epitel preputium
• Apabila tidak segera diatasi à meningkatkan infeksi
karena penumpukan kotoran, susah berkemih
• Koreksi dengan metode sirkumsisi (sunat)
SIRKUMSISI UNTUK MENGATASI FIMOSIS
3. Peyronie’s disease
• Peyronie disease à anomali penis melengkung atau
membengkok akibat adanya jaringan parut fibrotik
• Penyebab: cedera berulang pada penis, kecelakaan
dan trauma penis
• Faktor resiko
1. Keturunan à apabila ayah atau kakak laki-laki
mengalami Peyronie disease
2. Laki-laki diatas 55 tahun
3. Penderita kelainan jaringan ikat.
4. Hipospadia dan Epispadia
• Hipospadia dan epispadia merupakan kondisi anomali
dimana orifisium urethra tidak berada di ujung penis
• Hipospadia à dibagian ventral penis (bawah)
• Epispadia di bagian dorsal penis (atas)
• Etiologi : defek atau gangguan hormon androgen dan
genetik
• Penatalaksanaan : Pembedahan untuk mengkoreksi
posisi orifisium urethra
HIPOSPADIA
EPISPADIA
5. Striktura Urethra
• Striktura urethra adalah penyempitan salurin uretra
pada penis akibatnya aliran urin terhambat atau tidak
lancar
• Etiologi : adanya peradangan pada jaringan atau
karena adanya jaringan parut akibat prosedur operatif.
• Faktor resiko :
1. anak laki-laki yang menjalani prosedur koreksi
hipospadia
2. laki-laki dewasa yang menjalani implan penis
3. Cedera pada selangkangan à jatuh atau terbentur
4. Operasi prostat
5. Pemasangan kateter
Kelenjar Asesoris / Kelenjar Tambahan
1. Prostatitis
2. Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH)
1. Prostatitis
• Prostatitis à Inflamasi Pada kelenjar prostat
• Etiologi : infeksi bakteri (E.coli, Klebsiella,
Pseudomonas, Proteus)
• Gejala: demam disertai low back pain, ditemukan
bakteri pada sampel urine, dalam keadaan infeksi
kronis kelenjar prostat akan mengalami pembengkakan
berarti, sakit saat berkemih
• Terapi: pemberian antibiotik (penicillin dengan beta-
lactam inhibitor, cephalosporin, fluoroquinolones, atau
aminoglycoside dikampicillin)
2. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
• Pembesaran kelenjar prostat karena proliferasi sel-sel
kelenjar prostat akibat stimulasi hormon seks (keadaan
hormon yang tidak seimbang)
• Umumnya terjadi pada usia lanjut > 50 tahun
(pembesaran prostat 50% umumnya terjadi pada laki2
diatas 60 tahun)
• Perubahan hormon seks diyakini erat kaitannya
dengan kejadian BPH:
1. Berkurangnya jumlah tesosteron yang aktif
2. Hormon estrogen memengaruhi pertumbuhan sel
kelenjar prostat
3. Produksi dihidrotestosteron pada lelaki usia lanjut
yang memacu pertumbuhan sel
DIAGNOSA BPH

1. Digital rectal examination à meraba prostat mengetahui adanya


pembengkakan

2. Prostate Spesific antigen à dilakukan pada laki-laki usia di atas


50 untuk melihat pembesaran mengarah ke carcinoma

3. Sistiskopi à memasukkan tabung kecil yang berisi lensa serta


cahaya untuk melihat penyumbatan karena adanya pembesaran
kelenjar prostat

4. Biopsi jaringan
Histologis Biopsi Jaringan Prostat dengan BPH
PENGOBATAN BPH

1. Pengobatan dengan agen penghambat produksi dan


kerja DHT atau pemberian obat yang membantu
merilekskan otot prostat

2. Minimal Invasive Therapy à menggunakan metode


pemanasan untuk mengurangi pembesaran jaringan
prostat. Metode dapat berupa ablasi trans uretra
dengan jarum berfrekuensi rendah, termoterapi melalui
media air, pemberian gelombang mikro.

3. Operatif
Impotensi
• Impotensi merupakan disfungsi ereksi yang disebut
ketidakmampuan secara konsisten untuk ereksi atau
mempertahankan ereksi untuk mencapai aktivitas
seksual yang memuaskan.
• Secara umum impotensi dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Impotensi koinde adalah ketidakmampuan untuk
melakukan hubungan seksual,
2. impotensi origende tidak mampu berereksi, dan
3. impotensi generandi tidak mampu menghasilkan
keturunan.
• Angka kejadian impotensi terjadi pada usia lanjut, dan
akan meningkat angka kejadian pada pria yang lebih
tua.
Penyebab Impotensi

Penyebab terjadi impotensi ada 2 faktor utama, faktor


psikis dan fisik.
• Usia lansia yang menyebabkan kemampuan fisik
berkurang dan akan mempengaruhi psikis.
• Penyakit metabolik seperti: Diabetes mellitus atau
kencing manis, kolesterol,
• Faktor-faktor gangguan saraf neurogenic, ganguan
pembuluh darah yang mensuplai darah ke penis,
• dan faktor psikis seperti depresi.
• Pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat
Pengobatan Impotensi
Pengobatan pada impotensi atau disfungsi ereksi
dengan:
1. Pendekatan psikoterapi dan pendekatan farmakologis
(obat-obatan)
2. Memperbaiki pola hidup menjadi pola hidup sehat
(berhenti merokok dan minum alkohol)
3. Konsumsi asupan gizi yang dapat mendukung
produksi hormon terstosteron

Anda mungkin juga menyukai