Anda di halaman 1dari 7

PERTANYAAN KELOMPOK 3 & 4

KELOMPOK 2

Pertanyaan:

1 Wahyuni Rahayu
Apa saja pencegahan untuk glaucoma?
Jawaban:
a. Melindungi Mata Dari Paparan Sinar UV
Pastinya setiap orang tidak menyadari bahwa paparan sinar matahari dapat
menyebabkan glaukoma jika secara langsung mengenai mata. Jadi perlu di biasakan
untuk memberikan perlindungan pada mata jika Anda sedang melakukan aktivitas
secara langsung di bawah sinar matahari.
b. Sering Mengkonsumsi Buah Berwarna Gelap atau Abu-Abu
Mungkin sebagian orang belum tahu bahwa semua jenis buah yang memiliki warna gelap
atau abu-abu ternyata sangat baik untuk menjaga kesehatan mata termasuk mencegah
penyakit mata glaukoma. Buah-buahannya bisa berupa buah blueberry, cranberry dan
semua jenis golongan buah berry. Dan buah-buahan ini bisa membuat sistem syaraf dan
otot pada bagian mata bisa bekerja secara maksimal.
c. Mengkonsumsi Makanan Tinggi Karotenoid 
Biasanya makanan yang mengandung zat karotenoid sangat identik dengan makanan yang
berwarna kuning. Selain sumber makanan Karotenoid juga memiliki banyak cadangan
vitamin A yang sangat baik untuk mata. Dan kaya akan antioksidan yang bisa mencegah
semua penyakit degenerasi makula dan menjaga kesehatan lensa mata. Makanan yang
tinggi karotenoid bisa berupa jeruk, pepaya, nanas, ubi jalar, dan wortel.
d. Melakukan Pemeriksaan Mata Secara Teratur
Orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun maka harus melakukan pemeriksaan mata
secara teratur. Dari langkah ini di perlukan untuk mengatasi semua jenis gejala yang
mungkin muncul paling awal. Ketika glaukoma di ketahui sejak dini mungkin Anda bisa untuk
memutuskan melakukan kegiatan program diet yang sehat untuk mata. Tak hanya itu
melakukan pemeriksaan mata juga bisa mencegah terjadinya kerusakan mata yang lebih
lanjut.
e. Sering Mengkonsumsi Buah Berwarna Gelap atau Abu-Abu
Mungkin sebagian orang belum tahu bahwa semua jenis buah yang memiliki warna gelap
atau abu-abu ternyata sangat baik untuk menjaga kesehatan mata termasuk mencegah
penyakit mata glaukoma. Buah-buahannya bisa berupa buah blueberry, cranberry dan
semua jenis golongan buah berry. Dan buah-buahan ini bisa membuat sistem syaraf dan
otot pada bagian mata bisa bekerja secara maksimal.
f. Mengendalikan Kadar Gula Darah 
Untuk Anda yang mempunyai gangguan penyakit yang berhubungan dengan kadar gula
dalam darah seperti diabetes, maka sebaiknya harus selalu mewaspadai dengan penyakit
mata glaukoma. Saat kadar gula darah tinggi maka sebaiknya membuat lensa mata dan
retina mengalami gangguan. Tubuh tidak bisa membuat insulin yang cukup untuk
mengolahnya semua kadar gula dalam darah. Maka akan berdampak kerusakan pada bagian
lensa dan retina.
2 Tedi mahendra effendi
Apakah bisa penyakit medis missal hipertensi menyebabkan glaucoma, jelaskan?
Jawaban:
Risiko glaukoma dipengaruhi oleh tekanan mata, riwayat keluarga, usia, dan etnis. Penyebab
glaukoma bukan hanya tekanan mata yang tinggi saja. Banyak orang dengan tekanan mata tinggi
tidak mengalami atau mungkin tidak akan pernah mengalami glaukoma. Selain itu, beberapa
studi menunjukkan bahwa ada kemungkinan pengidap glaukoma memiliki tekanan mata normal.
Maka dari itu, glaukoma perlu diwaspadai karena dapat dialami dan berkembang pada semua
orang.
Akibat Tekanan Darah Tinggi Pada Mata
Tekanan darah tinggi meningkatkan jumlah cairan yang dihasilkan mata dan
memengaruhi keluarnya cairan dari mata. Selain meningkatkan tekanan mata dan
kemungkinan risiko glaukoma, penting untuk diingat bahwa tekanan darah tinggi juga
dapat menyebabkan kerusakan pada retina dan mengakibatkan retinopati hipertensi yang
merusak retina dan sirkulasi retina.
Akibat Tekanan Darah Rendah Pada Mata
Tekanan darah rendah (hipotensi) menyulitkan darah pemasok oksigen dan nutrisi
penting masuk ke mata. Kondisi rentan terjadi pada individu dengan tekanan mata normal
yang mengidap hipotensi atau individu yang mengalami efek perawatan hipertensi.
Tubuh normalnya beradaptasi dengan perubahan tekanan darah, posisi tubuh, atau
perubahan lain untuk menjaga sirkulasi darah ke area penting seperti otak atau mata.
Namun pada sebagian orang, tubuhnya kesulitan dalam mengatur sirkulasi tersebut
sehingga jaringan tubuh tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi penting yang memadai.
Akibatnya, jaringan berpotensi mengalami kerusakan.
Hubungan diabetes melitus dan glaukoma ini terjadi jika tingkat kadar gula darah adalah tinggi
secara berkelanjutan. Hal ini menyebabkan kelebihan glukosa dalam aliran darah secara
langsung dapat mempengaruhi lapisan pembuluh darah kecil yang membawa cairan atau darah
ke mata, dan atau karena komplikasi retinopati dimana ada penumpukan lemak di retina
sebagai akibat dari kebocoran pembuluh darah yang mengalir ke makula mata.
3 Sri wahyuni
Apakah bisa glaucoma menyebabkan katarak?
Jawaban
Justru katarak yang menyebabkan glaucoma dimana pada katarak imatur terjadi serangan
glaukoma akut primer, dimana ada sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal
ini menyumbat aliran humor akuos dan TIO meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi pada
pasien berusia tua seiring dengan pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan
penuaan.14Pada glaukoma akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Rasa
nyeri hebat pada mata yang menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma
akut. Hal ini terjadi karena meningkatnya TIO sehingga menekan simpul-simpul saraf di
daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar
mata yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada glaukoma akut,
TIO sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem
kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara tiba-tiba dan visus
menjadi menurun. Pada kasus dengan TIO meningkat secara cepat, yaitu pada glaukoma
akut sudut tertutup, kornea menjadi penuh air yang terlihat keruh dengan menggunakan
slit lampdan bermanifestasi terlihatnya halo disekitar cahaya.
4 Sucita effendi
Apakah lansia bisa terkena 2 jenis glaucoma secara bersamaan, bagaimana cara
penangannya?
Jawaban
Tujuan terapi glaukoma adalah untuk menghentikan atau memeperlambat progresivitas
glaukoma. Dan untuk mencapainya target tersebut, pengobatan untuk glaukoma saat ini
berfokus pada penurunan TIO. Secara garis besar terapi glaukoma ada dua macam, yaitu
terapi farmakologis dan terapi pembedahan, baik dengan cara biasa (operatif) atau dengan
bantuan laser. Secara garis besar farmakodinamik obat-obat glaukoma ada 4 macam, yaitu:
menurunkan produksi aqueous humor, melancarkan aliran aqueous humor, reduksi volume
korpus vitreum, obat-obatan lainnya (miotikum, midriatikum, sikloplegik) . Secara umum,
terapi laser dan operatif yang sering dilakukan untuk mengelola glaukoma yaitu: iridotomi,
iridektomi, dan iridoplasti peifer; trabekuloplasti laser, operasi drainase glaukoma, dan
prosedur siklodestruktif. Terapi operatif diindikasikan ketika terapi farmakologis dan terapi
laser tidak bisa mencegah, menghentikan, atau menghambat progresivitas dari penyakit.
Terapi operatif merupakan tantangan, utamanya pada glaukoma yang advanced karena bisa
disertai komplikasi dan kegagalan terapi. Terapi operatif yang biasanya dilakukan adalah
trabekulektomi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika menentukan target TIO
meliputi:

 Stadium glaukoma

 TIO sebelum terapi

 Umur dan harapan hidup

 Laju progresivitas saat follow-up

 Adanya faktor risiko lain

 Efek samping dan risiko terapi


 Preferensi pasien
Kriteria keberhasilan terapi operatif glaukoma dilihat dari TIO pasca operasi dan kebutuhan
obat antiglaukoma. Kriteria keberhasilan tersebut dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu:
 Complete Success (TIO 6-21 mmHg tanpa tambahan obat anti glaukoma)

 Qualified success (TIO 6-21 mmHg dengan tambahan obat anti glaukoma)

 Failure (TIO <6 mmHg atau >21 mmHg meskipun dengan tambahan obat antiglaukoma)

Trabekulektomi
Trabekulektomi merupakan prosedur yang dilakukan dengan membuat saluran bypass untuk
aqueous humor agar mengalir langsung dari COA ke jaringan subkonjungtiva dan orbita. 1
Operasi ini biasanya efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler secara bermakna.
Trabekulektomi telah banyak dilakukan secara dini sebagai terapi glaukoma. 22
Trabekulektomi dianggap sebagai baku emas dari terapi operatif non-penetrating pada
glaukoma. Trabekulektomi juga merupakan terapi operatif yang sering dikembangkan dengan
cara yang baru dan lebih efektif dan aman. Trabekulektomi mempunyai beberapa komplikasi,
dan yang paling sering adalah fibrosis pada jaringan episklera. Hal tersebut dapat memicu
menutupnya kembali jalur drainase baru yang telah dibuat. Terapi tambahan perioperatif dan
pasca operasi dengan anti metabolit seperti 5-fluorourasil dan mitomisin C dosis rendah dapat
menurunkan risiko komplikasi tersebut dan dapat mengontrol tekanan intraokuler lebih baik.
Tetapi bisa terjadi komplikasi yang ditimbulkan oleh bleb yang timbul pada mata pasca
operasi. Kelainan tersebut berupa rasa tidak nyaman pada mata yang menetap, infeksi bleb,
atau makulopati karena keadaan hipotonik pada mata yang menetap,
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi-atau disebut juga “fako”-merupakan operasi pengangkatan katarak dengan
mengemulsifikasikan lensa dengan energi ultrasonik. Fakoemulsifikasi juga merupakan salah
satu jenis operasi ekstraksi katarak ekstrakapsular dengan membuat insisi kecil pada kornea
tanpa dibutuhkan proses penjahitan. Laporan tentang hasil fakoemulsifikasi dengan implan
lensa pada kasus penutupan sudut iridokorneal akut, kronik, dan sekunder dengan/tanpa
disertai glaukoma menggambarkan hasil yang sangat baik. Namun peran pasti lensektomi
pada glaukoma primer sudut tertutup masih belum dapat dibuktikan. Suatu studi seri kasus
menunjukkan bahwa ekstraksi katarak berhubungan dengan penurunan TIO yang baik dan
penurunan kebutuhan obat-obatan untuk mengontrol TIO. Beberapa seri kasus atau penelitian
randomized clinical trial telah dilakukan untuk menentukan nilai dan risiko komparatif
beserta efektivitas dari operasi lensa-baik operasi lensa yang normal maupun lensa katarak-
dibandingkan terapi farmakologis, iridotomi perifer dengan laser, iridoplasti laser, dan
operasi-operasi filtrasi glaukoma lainnya untuk manajemen penutupan sudut primer akut dan
kronik dan untuk pencegahan glaukoma sudut tertutup kronik. Keduanya dilakukan setelah
iridotomi laser perifer dan dibandingkan. Operasi katarak pada glaukoma primer sudut
tertutup secara umum lebih menantang dan rentan terhadap komplikasi daripada mata normal
atau mata dengan glaukoma primer sudut terbuka karena adanya COA yang dangkal, lensa
yang lebih lebar, edema kornea, miosis mata yang jelek, sinekia posterior yang ekstensif,
jumlah sel endotelial yang lebih rendah, zonula yang lebih lemah, khususnya setelah serangan
akut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lai dkk., TIO pasca fakoemulsifikasi menurun dari
19.7 ± 6.1 mmHg (rentang nilai TIO 11 mmHg-40 mmHg) ke 15.5 ± 3.9 mmHg (rentang
nilai TIO 9 mm Hg-26 mm Hg) pada follow-up terakhir.
Fako-Trabekulektomi
Glaukoma primer sudut tertutup sering dilakukan juga terapi kombinasi trabekulektomi dan
fakoemulsifikasi, atau sering disebut sebagai fako- trabekulektomi. Suatu penelitian yang
meneliti glaukoma primer sudut tertutup kronis disertai dengan katarak melaporkan bahwa
operasi fako-trabekulektomi menimbulkan komplikasi operasi yang lebih signifikan
dibandingkan operasi dengan fakoemulsifikasi saja. Tajam penglihatan dan progresivitas
glaukoma tidak berbeda antara kedua kelompok perlakuan tersebut. Peneltian yang dilakukan
oleh Song dkk. tentang perbedaan luaran klinis pasca trabekulektomi dan fako-
trabekulektomi secara umum, tidak didapatkan adanya perbedaan luaran klinis yang
signifikan di antara keduanya. Rata-rata TIO menurun dari 21.3±7.9 mmHg menjadi 12.2±3.9
mmHg dalam 12 bulan pada kedua kelompok pasien. Tidak ada perbedaan signifikan antara
kedua kelompok pada rata-rata TIO, jumlah kebutuhan obat antiglaukoma, dan tajam visus
dengan pemeriksaan logMAR.

KELOMPOK 3

Pertanyaan:

1 Masayu laela nur fitria


Jelaskan apa yang dimaskud di bagian penatalaksanaan yang non-farmakologi untuk
terapi PRM?
Tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian terapi dengan manuver
reposisi partikel / Particle Repositioning Maneuver (PRM) yang dapat secara efektif
menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh
pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%. Efek
samping yang dapat terjadi dari melakukan manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan
nistagmus. Hal ini terjadi karena adanya debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke
segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah
melakukan manuver hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan
partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus. Ada lima manuver yang dapat dilakukan,
antara lain: (a) Manuver Epley, manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal
vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 45° lalu pasien
berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90° ke
sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30-60
detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk
secara perlahan. (b) Manuver Semont, manuver ini diindikasikan untuk pengobatan
cupulolithiasis kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu
kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan
dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu
pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi. (c)
Manuver Lempert, manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral.
Pasien berguling 360° yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90° ke sisi
yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh
ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90°
dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi. Masing-masing
gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai
respon terhadap gravitasi. (d) Forced Prolonged Position, manuver ini digunakan pada BPPV tipe
kanal lateral. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus
pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam. (e) Brandt-Daroff exercise,
manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh
pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley
atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga
dapat menjadi kebiasaan.13
2 Nurfadilla
Bagaimana cara mencegah dan pengobatan terhadap vertigo jenis perifer?
Jawaban:
Penyebab vertigo perifer sendiri ada dua jenis, yaitu penyebab yang tidak diketahui secara pasti
(Idiopatik) dan penyebab lainnya, seperti pasca trauma, pasca labirintitis, pasca operasi, atau
infeksi pada tulang mastoid (belakang telinga). Selain terapi berupa pengobatan, ada cara
mudah untuk mengurangi atau bahkan mengobati vertigo perifer itu sendiri, yaitu melalui
Brandt-Daroff Exercise.
3 Mohammad Fathoni
Gimana cara mengatasi dari sekian yang di patthway vertigo tersebut?
Tergantung dari masalah keperawatan yang muncul
4 Nina kania safitri
Kenapa ibu rumah tangga lebih rentan terkena vertigo?
Gerakan yang tidak teratur dan tidak berimbang yang tidak sesuai dengan tekhnik dalam
memposisikan gerakan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai