Anda di halaman 1dari 19

“Makalah Perawatan Skin Graft”

Dosen Pengampu:
Daryono, M. Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12

Febby Gita Rizkia Z ( PO71200190062)

Meliza ( PO71200190024)

Sukmawati ( PO71200190046 )

Tingkat : 3B D3 Keperawatan

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat
sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar
yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan
kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk
mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat
proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin
graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan
kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh Daerah resipien diantaranya adalah
luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung
dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah
bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung
secara optimal

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui skin draft.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap skin draft
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun.

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan
khususnya pada kasus skin draft

2
2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan
skin draft dan penatalaksanaan masalah keperawatan
3. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal
terhadap tanda dan gejala yang berhubungan dengan skin draft

3
BAB II

2.1 Defenisi skin graft


Menurut Heriady skin graft adalah menanam kulit dengan ketebalan tertentu
baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaskan dari satu bagian
tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan
ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut daerah resipien). Skin graft
adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka (Blanchard,
2006:1). Diantara donor dan resipien tidak mempunyai hubungan pembuluh darah
lagi sehingga memerlukan suplai darah baru untuk menjamin kehidupan kulit
yang dipindahkan tersebut
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat
sehingga terjadi gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar
yang hebat, ulserasi, biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan
kehilangan kulit yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk
mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat
proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin
graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan
kemampuan kulit sehat yang ada pada tubuh Daerah resipien diantaranya adalah
luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung
dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah
bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung
secara optimal

2.2 Klasifikasi
Beberapa perbedaan jenis skin graft adalah:
a. Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang
yang sama.

4
b. Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
3.Xenograft Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan
antara dua spesies yang berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi
menjadi 2, yaitu  :
1. Split Thicknes Skin Graft ( STSG ) 
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan
kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3
kategori yaitu :
a) Tipis (0,005 - 0,012 inci)
b) Menengah (0,012 - 0,018 inci)
c) Tebal (0,018 - 0,030 inci)

STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai


tingkat aplikasi yang lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka
yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan mukosa, menutup flap pada
daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga dapat digunakan
untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya
harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan
rekonstruksi yang akan dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh
secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa epidermis yang ada
pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga mempunyai
beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran
pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah
rusak atau pecah terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan
hanya ditunjang atau didasari dengan jaringan lunak serta biasanya
STSG tidak tahan dengan terapi radiasi (Revis, 2006: 3). STSG akan
menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan
harus dirawat agar dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih

5
mengkilat daripada kulit normal. STSG akan mempunyai pigmen yang
tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau pucat atau
kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit
yang lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan
ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan
rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari
segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada luka bakar yang luas
pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan
yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor
dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah
resipien.

2. Full Thickness Skin Graft ( FTSG )


FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak
diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG
lebih menjaga karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna,
tekstur/ susunan, dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG
juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama penyembuhan. Ini
adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah
pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena
dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa
keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi / bersih,
pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak
mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.

2.3. Daerah Donor Skin Graft
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan
pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit

6
pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada
tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus
sangat diperhatikan. daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit
dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak
mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering
dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang
dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk
mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik. Bagian kulit yang tidak
ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan dapat diambil dari
batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan
ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari
preposium (kulup), scrotum, dan labia minora
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh
seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya
yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha. Daerah donor dari paha
lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh (Bakar,
2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi
biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan
bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan
pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama
berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang
terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.

2.4. Daerah Resipien Skin Graft
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan
pada daerah resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu
menerima serta memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahan
hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan
hidup pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.

7
Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau
ketidakcukupan arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan
pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft
dapat bertahan hidup. Luka juga harus bebas dari jaringan yang mati dan bersih
dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm²
akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.

2.5. Prosedur Operasi
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat hidup.
Setelah melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan lokal,
regional atau general anestesi, tindakan selanjutnya adalah mempersiapkan luka
untuk pemindahan kulit. Ini termasuk membersihkan luka dengan larutan garam
atau betadine yang diencerkan, kemudian membersihkan luka dengan
pengeluaran benda asing dan membuang jaringan yang rusak atau yang terinfeksi
atau biasa disebut debridement serta mencapai hemostasis dengan cermat

Kontrol hemostatik yang baik dapat diperoleh dengan pengikatan, tekanan


yang lembut, pemberian substansi topikal sebagai vasokonstriksi, misalnya
epinefrin atau alat bedah pembakar dengan tenaga listrik (electrocautery).
Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena dapat mengganggu kehidupan
jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin yang disuntikkan pada daerah
donor atau resipien tidak akan membahayakan kelangsungan hidup graft (Rives,
2006:6). Teknik operasi yang dilakukan pada tiap jenis skin graft tentunya akan
berbeda-beda, tergantung pada jenis yang akan digunakan teknik operasi yang
dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
FTSG dipotong menggunakan pisau bedah. Pada awalnya dilakukan
pengukuran pada luka, pembuatan pola serta pola garis yang dibuat lebih
besar pada daerah donor. Pola sebaiknya diperluas atau diperbesar kurang
lebih 3-5 % untuk mengganti kerusakan dengan segera terutama terjadinya

8
penyusutan atau pengerutan akibat kandungan serat elastik yang terdapat
pada graft dermis. Kemudian daerah donor mungkin akan diinfiltrasi
menggunakan anestesi lokal dengan atau tanpa epinefrin. Infiltrasi
sebaiknya dilakukan setelah sketsa graft dilukis pada kulit untuk
mencegah terjadinya penyimpangan. Setelah pola di insisi, kulit diangkat
pada sisi epidermis dengan tangan yang tidak dominan menggunakan
penjepit kulit. Tindakan ini akan memberikan ketegangan dan rasa pada
ketebalan graft ketika tangan memotong graft hingga ke dasar lemak
subcutan (Rives, 2006:7).
Beberapa sisa jaringan lemak harus dipotong dari sisi bawah graft,
karena lemak ini tidak mengandung pembuluh darah dan akan mencegah
hubungan langsung antara dermis graft dan dasar luka. Pemotongan sisa
lemak subcutan secara profesional menggunakan alat yang runcing,
gunting bengkok, dan sisa-sisa dermis yang berkilau pada bagian dalam.

2. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Ada beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin graft dengan jenis
STSG, antara lain: proses pemotongan, pelubangan, pemasukan graft, dan
proses pembalutan.
a. Pemotongan
Untuk memperoleh hasil pemotongan terbaik pada graft tentunya
harus ditunjang dengan teknik pemotongan yang benar. Pemotongan
pada STSG dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (Rives,
2006:7):
1) Mata pisau dermatom
Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau dermatom, yang
mampu memotong pada graft yang luas dengan ketebalan yang
sama. Dermatom dapat dioperasikan dengan tenaga udara atau
manual. Dermatom yang biasa digunakan termasuk Castroviejo,
Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan Zimmer. Tanpa

9
memperhatikan alat yang digunakan, anestesi yang cukup harus
segera ditentukan karena pemotongan pada skin graft merupakan
prosedur yang dapat menyebabkan nyeri. Lidocain dengan
epinefrin disuntikkan ke daerah donor untuk mengurangi
hilangnya darah dan memberikan turgor kulit yang bagus sehingga
dapat membantu dalam pemotongan.
2) Drum Dermatom
Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-akhir ini jarang
digunakan tetapi masih tersedia untuk keperluan pemindahan kulit
tertentu. Alat ini memiliki mata pisau yang bergerak dengan
tenaga manual seperti drum yang berputar diatas permukaan kulit.
Alat ini dapat digunakan lembaran kulit yang luas dengan
ketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada daerah donor
dengan kecembungan, kecekungan atau keadaan tulang yang
menonjol (leher, panggul, pantat), karena potongan kulit yang
pertama menempel pada drum dengan menggunakan lem khusus
atau plester pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola yang tidak
teratur dengan tepat untuk dipotong dengan perubahan pola yang
diinginkan dengan direkatkan pada kulit dan drum.
Kerugian dari penggunaan alat ini adalah kemungkinan
terjadinya cedera pada operator sendiri akibat ayunan mata pisau,
penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau aseton
untuk membersihkan daerah donor dan memindahkan permukaan
minyak untuk memastikan terjaminnya perlekatan yang kuat
antara kulit dan drum dermatom serta diperlukannya teknik
keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan peralatan operasi
dengan aman dan efektif (River, 2006:8)
3) Free-Hand
Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah free hand
dengan pisau. Meskipun ini metode ini dapat dilakukan dengan

10
pisau bedah, alat yang lain seperti pisau Humby, mata pisau Weck
dan pisau Blair. Kelemahan dari metode ini adalah tepi graft
menjadi tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama seperti drum
dermatom, keahlian teknik sangat diperlukan dan perawatan
kualitas graft lebih bergantung pada operator daripada
menggunakan dermatom yang menggunakan tenaga listrik atau
udara.
4) Dermatom dengan tenaga udara dan listrik
Bila menggunakan dermatom jenis ini, ahli bedah harus
terbiasa dengan pemasangan mata pisau dan bagaimana mengatur
ketebalan graft serta memeriksa peralatan sebelum operasi
dimulai. Terdapat dua pemahaman yang tepat dan kurang tepat
mengenai mata pisau. Hal ini akan membingungkan bagi anggota
ruang operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan mata
pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015 inci dan
dapat digunakan untuk memeriksa penempatan ketebalan yang
sama dan tepat.
Langkah awal pada proses pemotongan adalah dengan
mensterilisasi daerah donor menggunakan betadine atau larutan
garam yang lain. Kemudian daerah donor diberi minyak mineral
untuk melicinkan kulit dan dermatom sehingga dermatom akan
mudah bergerak diatas kulit. Dermatom dipegang dengan tangan
dominan dengan membentuk sudut 30-45º dari permukaan daerah
donor. Tangan yang tidak dominan berfungsi sebagai penahan dan
diletakkan di belakang dermatom. Asisten operasi bertugas
sebagai penahan pada bagian depan dermatom, memajukan dan
mengaktifkan dermatom dengan lembut serta melanjutkan gerakan
pada seluruh permukaan kulit dengan tekanan yang menurun
dengan lembut. Setelah ukuran yang sesuai dipotong, dermatom
dimiringkan menjauhi kulit dan diangkat dari kulit untuk

11
memotong tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila
pada proses pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan lemak,
ini mengindikasikan bahwa insisi yang dilakukan terlalu ke dalam
atau mungkin karena teknik yang salah dalam pemasangan
dermatom
b. Pelubangan
Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft hingga 9
kali permukaan area donor. Teknik ini juga sangat berguna jika kulit
donor tida cukup untuk menutup area luka yang luas, misalnya pada
luka bakar mayor atau ketika daerah resipien memiliki garis yang tidak
teratur. Bagian graft dilubangi agar cairan pada luka dapat keluar
melalui graft daripada berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian
graft ini tidak akan dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft.
Bila telah mengalami proses penyembuhan, graft akan tampak seperti
kulit buaya. Karena teknik ini kurang baik dari segi estetika dan
terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka penggunaan teknik ini
harus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah, tangan dan area
lain yang terlihat.
c. Pemasukan graft
Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah mengamati
hemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian graft ditempatkan
pada dasar luka. Pada tahap ini perhatian harus difokuskan pada sisi
bawah kulit. Meskipun terlihat sederhana dan nyata, dermis dan
epidermis kadang tampak serupa bila tidak dilakukan inspeksi dengan
sangat dekat dan teliti pada kulit individu yang berwarna terang.
Perawatan juga harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan atau
peregangan yang berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar
diletakkan dengan benar pada daerah resipien untuk menjamin
perlekatan dasar serta proses penyembuhan. Tahap ini diakhiri dengan
penjahitan atau penggunaan staples untuk menjaga agar graft menempel

12
kuat pada kulit disekitar dasar luka. Staples sangat berguna untuk luka
yang lebih dalam daripada permukaan kulit sekitarnya. Efek dari
penggunaan staples adalah rasa nyeri yang hebat dan dapat mengganggu
perlekatan graft pada luka ketika dilakukan pengambilan kira-kira 7 –
10 hari setelah operasi.Kemampuan penyerapan benang juga perlu
diperhatikan. Biasanya benang dengan empat sudut digunakan untuk
menahan graft dengan beberapa pertimbangan, kemudian penjahitan
dilakukan disekitar perifer. Ini membantu sebagai jalan keluar pertama
jarum melewati graft kemudian melalui margin disekitar luka untuk
mencegah pengangkatan graft dari dasar luka.
d. Pembalutan
Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang sama pada
seluruh area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga bertujuan
untuk mengimobilisasikan area graft dan mencegah pembentukan
hematom pada bagian bawah graft. Menurut Blanchard (2006),
pembalutan awal dilakukan pada daerah resipien segera setelah
pemindahan kulit dilakukan dan baru diganti setelah 3 hingga 7 hari
berikutnya. Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada seluruh daerah
graft hingga skin graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor
ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak melekat.
Kemudian diatasnya dipasang kasa absorben untuk menyerap darah atau
serum dari luka. Kasa selaput (seperti Op-Side) dapat digunakan untuk
memberikan manfaat tertentu, yaitu kasa ini bersifat transparan dan
memungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa menggangu kasa
pembalutnya semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena
kasa pembalut tersebut tidak menyerap air (Smeltzer & Bare,
2002:1899). Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi
selanjutnya adalah regenerasi termasuk pertumbuhan kembali rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Pada prosedur STSG, kelenjar
keringat tidak akan dapat sembuh secara total sehingga akan berdampak

13
pada masalah pengaturan panas. Tidak adanya kelenjar sebasea pada
kulit dapat menyebabkan kulit menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk
mengatasi masalah ini, biasanya dilakukan pemberian lotion dengan
frekuensi sering.

2.6. Proses Penyembuhan
Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri
dari beberapa tahap yaitu:
1. Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan fibrin yang
tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar jaringan
telah benar-benar terjadi.
2. Penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada graft
merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka
dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan
melalui pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan
terutama pada pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft.
Keseluruhan proses ini merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft
selama 2–3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini
berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat
hingga 30-50%.
3. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft dengan
mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme,
sirkulasi pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah
operasi. Tanpa adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan
revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan hidup.
4. Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan masalah

14
yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat
keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan
terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk
melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan
kulit yang digunakan sebagai graft.
5. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit
berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit
pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat
gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak
kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk
membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi
gatal.
6. einnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini
biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna
hingga beberapa tahun.
7. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi yang
hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat
lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak
bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan
untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6
bulan atau lebih.

2.7. Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam
tergantung dari jenis luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang
mungkin terjadi antara lain (Blanchard, 2006:2):

15
1. Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan karena
sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan
yang kurang baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah
resipien. Timbulnya hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah
hubungan dan perlekatan pada graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan
pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada graft juga dapat menjadi
penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain diantaranya adalah
daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang atau
permukaan luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi
kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang
dikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka
sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah
juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang
terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan
penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun
seluruhnya.
2. Reaksi penolakan terhadap skin graft
3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
4. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft
5. Munculnya jaringan parut
6. Hiperpigmentasi
7. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft
atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ
(Long, 1996:60). Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak
menstransmisikan sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi
nyeri (Smeltzer, 2002:214). Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut,
kelenjar keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan

16
macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri.
Nosiseptor berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa
nyeri.
8. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom
biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka
kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma,
2006:1). Hematom juga menjadi komplikasi tersering dari pemasangan graft.
9. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft

BAB IV
PENUTUP

1.1 Simpulan
Graft adalah jaringan hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang,
sumsum tulang, kornea dan organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru,
pankreas serta hepar (Brooker, 2001:184).Skin graft dilakukan pada pasien
yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi gangguan pada
fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi,
luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang
luas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, I. A. (2003). Cangkok kulit merupakan alternatif pilihan. (Online), (www.


kompas.com/ver1/Muda/0606/14/192815.htm-17k- diakses tanggal 11 Juli 2006
Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2015). Skin graft. (Online),
(www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?
proc_name=Skin+Graft+&content_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006)
Brooker, C. (2001). The nurse’s pocket dictionary (31st ed.). Terjemahan oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC.
Carpenito, L. J. (2001). Handbook of nursing diagnosis (8th ed.). Terjemahan oleh
Monika Ester. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Informatorium obat nasional indonesia 2000.
Jakarta: Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan 20011
Doenges, M. E. (2000). Application of nursing process and nursing diagnosis an
intervensive text for diagnostic reasoning (2nd ed.). Terjemahan oleh Made
Karisa. Jakarta: EGC.

18
Heriady, Yusuf. (20014). Manfaat transplantasi kulit pada pengobatan kanker.
(Online), (www.pontianakpost.com/berita/index.asp?
Berita=konsultasi&id=103880-31k- diakses tanggal 11 Juli 2006)
Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses keperawatan.
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan UNPAD.
Potter, P. A & Perry, G. A. (2006). Fundamentals of nursing: concepts, process and
practice (4th ed.). Terjemahan oleh Monika Ester. Jakarta: EGC.
Revis, D. R. (2014). Author information introduction graft selection donor site
selection wound preparation operative technique graft Survival and healing
graft failure biologic skin subsitutes bibliography. (Online).
(www.baylor.vasculardomain.com diakses tanggal 31 Juli 2011)

19

Anda mungkin juga menyukai