Anda di halaman 1dari 69

KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH I

STIKES KESEHATAN BARU PRODI D III


KEPERAWATAN DOLOKSANGGUL TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Penanggung Jawab :
WINTA M BATUBARA, S.KEP,NS,MKM

Tim Penyusun :
Winta M. Batubara S.Kep,Ns MKM
Lidia E Silaban, S.Kep, Ns

Disahkanpadatanggal:20Feberuari2020

Mengetahui;

KA. PRODI D3 KEPERAWATANSTIKES


KESEHATAN BARU

Winta M Batubara, S.Kep, Ns, MKM


1

DAFTAR ISI

BAB I tinjauanmatakuliah
A. Deskripsi mata kuliah
B. Tujuan pembelajaran
C. Capaian pembelajaran
D. Bahan kajian
E. Petunjuk penggunaan modul
F. Pengalaman belajar mahasiswa
G. Norma akademik

BAB II MATERI PEMBELAJARAN


MODUL I Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan: TB paru, Ca.paru
A. Defenisi TB paru, Ca.paru
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang
paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian
tubuh, termasu meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,
2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang
tinggi (Tabrani Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua
bentuk yaitu: (1) tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama
kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis
primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau
kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.

B. Etiologi TB paru dan Ca. Paru


TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak
diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan
bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare,
2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai,
atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet
atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu
dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini
terhirup oleh orang sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri
tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
2

C. Patofisiologi TB paru dan Ca. Paru


Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kumankuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi.
TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel.
Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel
imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokinnya.Respons ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler
(lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di
inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan
alveolus, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus
bawah, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus
bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari pertama,
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid,
yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10
sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
fibroblas menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih
fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer
paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr getah bening
regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks Ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan infeksi TB paru
tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi. Respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cairan lepas
kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali dibagian lain
dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau
usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen
bronkus dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
denagan taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak
dapat kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala
demam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjer getah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil yang kadang kadang
3

dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagaipenyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan TB miler, ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular
dan tersebar ke organ – organ tubuh. (Sylvia, 2005)

D. Klasifikasi TB paru dan Ca. Paru


TB paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013 halaman 161
yaitu:
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberculosis post primer (adult tuberculosis).
b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
1) Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
Moderately advanced tuberculosis Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1 bagian
paru.Bila bayangan kasar tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
2) Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavita

Klasifikasi TB paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,


radiologik, dan riwayat pengobatan sebelumnya.Klasifikasi ini penting
karena merupakan salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi
terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulan Tuberkulosis) klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
1) Dengan atau tanpa gejala klinik
2) BTA positif:
mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan
positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
1) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tapi radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial
foto yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung).

E. Manifestasi klinis TB paru dan Ca. Paru


Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru
primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik
a. Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
4

paling sering dikeluhkan.


b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan
utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
c. Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.
2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama
semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin
pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggusampai bulan.Akan tetap tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, dan sesak nafas.
Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan
turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah
kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan
hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non spesifik
terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat
badan, crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009)
Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe
infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat berupa
gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat
juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk
yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan
sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat
gejala penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah
yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar, peritonitis
dengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada
kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma. (Tabrani Rab, 2016)

F. Pemeriksaan diagnostik TB paru dan Ca.paru


Diagnosis Tuberkulosis TBC (Tuberkulosis)
 Foto Rontgen.
 CT scan.
 Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test.
 Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).
5

G. Komplikasi TB paru dan Ca. Paru


Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada
TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal,
dan sebagainya. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary
Insuffciency).

H. Asuhan keperawatan pada pasien TB paru dan Ca. Paru


1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru
(Irman Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya
matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat
terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4
tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar
paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3
tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup
rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada
paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak
bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena
biasanyapenyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit
keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
6

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh


2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang
menderita TB paru.Biasanya ada keluarga yang menderita
penyakit keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung
dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan.
Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu,
masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang
masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.

g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
7

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani


Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir
penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 1015
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; padatahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidakn jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada
klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan
paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas
pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam
hari.
Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2. Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan
lemak sub kutan.
3. Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa
sekresi
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan status pernafasan :
kepatenan
jalan nafas dengan
kriteria hasil :
a) Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
b) Irama pernafasa tidak ada deviasi dari kisaran normal
c) Kemampuan untuk mengeluarkan secret tidak ada deviasi dari akisaran
normal
d) Suara nafas tambahan tidak ada
e) Dispnea dengan aktifitas ringan tidak ada
f) Penggunaan otot bantu pernafasan tida ada
NOC
8

Manajemen jalan nafas


a) Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagai mana
mestinya
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas
d) Lakukan fisioterapi dada sebagai mana mestinya
e) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lender
f) Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
g) Auskultasi suara nafas
h) Posisikan untuk meringankan sesak nafas

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan


hiperventilasi,keletihan, keletihanotot pernapasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
pernafasan : ventilasi dengan
kriteria hasil :
a) Frekuensi pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
b) Irama pernafasan tidak ada deviasi dari kisaran normal
c) Suara perkusi nafas tidak ada deviasi dari kisaran normal
d. Kapasitas vital tida ada deviasi dari dari kisaran normal

NIC
1) Bersihkan jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
sebagai mana mestinya
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka jalan nafas
4) Lakukan fisioterapidada sebagai mana mestinya
5) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lender
6) Instruksikan bagaimana agar bias melakukan batuk efektif
7) Auskultasi suara nafas
8) Posisikan untuk meringankan sesak nafas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan status pernafasan :
pertukaran gas dengan kriteria hasil :
a) Tekanan parsal oksigen di darah arteri (PaO2) tidak ada deviasi dari
kisaran normal Tekanan parsial karbondioksisa di darah arteri
(PaCO2) tidak ada deviasi dari kisaran normal
b) Saturasi oksigen tidak ada deviasi dari kisaran normal
c) Keseimbangan ventilasi dan perfusi tidak ada deviasi dari kisaran
normal
NIC
a) Pertahankan kepatenan jalan nafas
b) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
c) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda hipoventialsi induksi oksigen
g) Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan
oksigen tambahan selama kegiatan dan atau tidur
9

MODUL II Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pernafasan: Asma Bronkhialis
A. Defenisi asma bronkhialis
B. Etiologi asma bronkhialis
C. Patofisiologi asma bronkhialis
D. Klasifikasi asma bronkhialis
E. Manifestasi klinis asma bronkhialis
F. Pemeriksaan diagnostik asma bronkhialis
G. Menjelaskan komplikasi asma bronkhialis
H. Asuhan keperawatan pada pasien asma bronkhialis

MODUL III Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pernafasan: trauma dada
A. Defenisi trauma dada
B. Etiologi trauma dada
C. Patofisiologi trauma dada
D. Klasifikasi trauma dada
E. Manifestasi klinis trauma dada
F. Pemeriksaan diagnostik trauma dada
G. Komplikasi trauma dada
H. Asuhan keperawatan pada pasien trauma dada

MODUL IV Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem Ca. Laring
A. Defenisi Ca. Laring
B. Etiologi Ca. Laring
C. Patofisiologi Ca. Laring
D. Klasifikasi Ca. Laring
E. Manifestasi klinis Ca. Laring
F. Pemeriksaan diagnostik Ca. Laring
G. Komplikasi Ca. Laring
H. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Laring

MODUL V Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem kardiovaskuler: PJK
A. Defenisi PJK
B. Etiologi PJK
C. Patofisiologi PJK
D. Klasifikasi PJK
E. Manifestasi klinis PJK
F. Pemeriksaan diagnostik PJK
G. Komplikasi PJK
H. Asuhan keperawatan pada pasien PJK

MODUL VI Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


10

sistem kardiovaskuler: infark miokard


A. Defenisi infark miokard
B. Etiologi infark miokard
C. Patofisiologi infark miokard
D. Klasifikasi infark miokard
E. Manifestasi klinis infark miokard
F. Pemeriksaan diagnostik infark miokard
G. Komplikasi infark miokard
H. Asuhan keperawatan pada pasien infark miokard

MODUL VII Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem kardiovaskuler: gagal jantung kongestif
A. Defenisi gagal jantung kongestif
B. Etiologi gagal jantung kongestif
C. Patofisiologi gagal jantung kongestif
D. Klasifikasi gagal jantung kongestif
E. Manifestasi klinis gagal jantung kongestif
F. Pemeriksaan diagnostik gagal jantung kongestif
G. Komplikasi gagal jantung kongestif
H. Asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif

MODUL VIII Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem kardiovaskuler: kardiogenik shock
A. Defenisi kardiogenik shock
B. Etiologi kardiogenik shock
C. Patofisiologi kardiogenik shock
D. Klasifikasi kardiogenik shock
E. Manifestasi klinis kardiogenik shock
F. Pemeriksaan diagnostik kardiogenik shock
G. Komplikasi kardiogenik shock
H. Asuhan keperawatan pada pasien kardiogenik shock

MODUL IX Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem kardiovaskuler: CHF
A. Defenisi CHF
B. Etiologi CHF
C. Patofisiologi CHF
D. Klasifikasi CHF
E. Manifestasi klinis CHF
F. Pemeriksaan diagnostik CHF
G. Komplikasi CHF
H. Asuhan keperawatan pada pasien CHF

MODUL X Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pencernaan: Tifus abdominalis
A. Defenisi tifus abdominalis
B. Etiologi tifus abdominalis
C. Patofisiologi tifus abdominalis
D. Klasifikasi tifus abdominalis
E. Manifestasi klinis tifus abdominalis
F. Pemeriksaan diagnostik tifus abdominalis
G. Komplikasi tifus abdominalis
11

H. Asuhan keperawatan pada pasien tifus abdominalis

MODUL XI Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pencernaan: sirosis hepatis
A. Defenisi sirosis hepatis
B. Etiologi sirosis hepatis
C. Patofisiologi sirosis hepatis
D. Klasifikasi sirosis hepatis
E. Manifestasi klinis sirosis hepatis
F. Pemeriksaan diagnostik sirosis hepatis
G. Komplikasi sirosis hepatis
H. Asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis

MODUL XII Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pencernaan: Ca. Kolon
A. Defenisi Ca. Kolon
B. Etiologi Ca. Kolon
C. Patofisiologi Ca. Kolon
D. Klasifikasi Ca. Kolon
E. Manifestasi klinis Ca. Kolon
F. Pemeriksaan diagnostik Ca. Kolon
G. Komplikasi Ca. Kolon
H. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Kolon

MODUL XIII Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem penginderaan: miopia
A. Defenisi miopia
B. Etiologi miopia
C. Patofisiologi miopia
D. Klasifikasi miopia
E. Manifestasi klinis miopia
F. Pemeriksaan diagnostik miopia
G. Komplikasi miopia
H. Asuhan keperawatan pada pasien miopia

MODUL XIV Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem penginderaan: katarak
A. Defenisi katarak
B. Etiologi katarak
C. Patofisiologi katarak
D. Klasifikasi katarak
E. Manifestasi klinis katarak
F. Pemeriksaan diagnostik katarak
G. Komplikasi katarak
H. Asuhan keperawatan pada pasien katarak
12

BAB I
TINJAUAN MATA KULIAH
A. Deskpripsi matakuliah
Mata kuliah ini adalah dasar program studi yang setelah menyelesaikan mata kuliah ini
mahasiswa akan mampu mengetahui tentang konsep keperawatan dasar dan bagaimana
SOP dari tindakan keperawatan
B. TujuanPembelajaran
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mencapai:
a.Aspek hars skills
kognitif:
Mengingat,Memahami, Mengaplikasikan,Menganalisis PSikomotor :
Mengamati, Mempraktekkan, Memodifikasi
b. Aspek soft skills
berpikir kreatis, berpikir kritis, berpikir analitis, berpikir inovatif, mampu mengatur
waktu, berargumen logis, mandiri, dapat mengatasi stress, Memahami Keterbatasan
diri, Kepemimpinan,Kerja dalam tim, komunikasi lisan,memasarkan diri, sinergi
13

negosiasi, fleksibel,adaptasi,tanggung jawab, berbiara di depan umum,


memilikisensitivtas budaya.
C. BahanKajian
1. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: TB paru, Ca. Paru
2. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: asma bronkhialis
3. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: trauma dada
4. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Ca. Laring
5. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: PJK
6. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem kardiovaskuler: infark miokard
7. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: gagal jantung kongestif
8. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: kardiogenik shock
9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: CHF
10. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan: tifus abdominalis
11. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan: sirosis hepatis
12. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan: Ca. Kolon
13. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan: miopia
14. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem penginderaan: katarak
D. Petunjuk PenggunaanModul
1. BagiMahasiswa
Petunjuk Bagi Mahasiswa untuk memperoleh hasil belajar seara maksimal, dalam
menggunakan modul ini maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
a. Baalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada masing-masing
kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurag jelas, mahasiswa dapat bertanya pada
dosen atau instruktu yang mengampu kegiatanbelajar.
b. Kerjakan setiap tugas formatis (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar peahaman
yang telah dimiliki terhadap materi- materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.

Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari terori dan praktik, perhatikanlah hal-hal berikut
ini :1)perhatikan pentunjuk-petunjuk keselamatan kerja yang berlaku. 2)pahami setiap
langkah kerja (prosedur praktikum) dengan baik.3) sebelum melaksanakan praktikum,
identifikasi (tentukan) peralatan dan bahan yang diperlukan dengan cermat. 4). Gunakan
alat sesuai prosedur pemakaian yang benar. 5). Untuk melakukan kegiatan praktikum yang
belum jelas, harus meminta ijin dosen atau instruktur terlebih dahulu. 6). Setelah selesai,
kembalikan alat dan bahan ke tempatsemula
a. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar sebelumnya
atau bertanyalah kepada dosen atau instruktur yang mengampu kegiatan pembelajaran
yangbersangkutan.
2. Petunjuk BagiDosen
Dalam setiap kegiatan belajar dosen atau instruktur berperan untuk :
a. Membantu mahasiswa dalam merencanakan prosesbelajar
b. Membimbing mahasiswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahapbelajar
c. Membantu mahasiswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab pertanyaan
mahasiswa mengenai proses belajarmahasiswa
d. Membantu mahasiswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang
diperlukan untukbelajar.
e. Mengorganisasikankegiatanbelajarkelompokjikadiperlukan
f. Merencanakan seorang ahli / pendamping dosen dari tempat kerja untuk membantu
jikadiperlukan.
A. Pengalaman BelajarMahasiswa
Pengalaman Belajar Mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus
dikerjakan oleh mahasiswa dalam RTM adalah bentuk kegiatan belajar mahasiswa yang
dipilih agar mahasiswa mampu mencapai kemampuan yang diharapkan disetiap tahapan
pembelajaran.
Proses ini termasuk didalamnya kegiatan asesmen proses dan hasil belajar
mahasiswa.
Deskripsi Tugas :
▪ Tugas mandiri dari hasiltutorial
▪ TugasPleno
▪ Tugas SkillsLab
▪ Tugas Diskusitopik
Tugas Kuliah Pengantar Asesmen Proses:
▪ Penilaian DiskusiPleno
▪ Penilaian ProsesTutorial
▪ Penilaian hasil diskusikelompok/topik
▪ Penilaian Tugas SkillsLab
Penilaian Tugas Kuliah Pengantar Asesmen hasil Belajar:
▪ Ujian UTS DANUAS
▪ Ujian keterampilan/SkillsLab
▪ UjianOSCE
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian tulis/praktikum harus mengikuti persyaratan
berikut:
a. Minimalkehadirandalamkegiatandiskusitutorial85%
b. Minimalkehadirandalamkegiatandiskusipleno85%
c. Minimalkehadirandalamkegiatanketerampilanklinik85%
d. Minimalkehadirandalamkegiatanpraktikum85%
e. MinimalkehadirandalamkegiatanKuliahPengantar80%
Apabila tidak lulus dalam ujian tulis, mahasiswa mendapat kesempatan untuk ujian
remedial satu kali pada akhir tahun akademik yang bersangkutan. Jika masih gagal,
mahasiswa yang bersangkutan harus mengulang mata kuliah
B. NormaAkademik
1. Kehadiran mahasiswa dalam kuliah tatap muka minimal 85% dari total pertemuan
kuliah yangterlaksana.
2. Kegiatan pembelajaran sesuai jadwal resmi dan jika terjadi perubahan ditetapkan
bersama antara dosen danmahasiswa.
3. Toleransi keterlambatan 10menit.
4. Selama proses pembelajaran berlangsung laptop dimatikan. Kecuali, atas ijin
dosenpengajar.
5. Pengumpulan tugas ditetapkan sesuaijadwal
6. Yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/surat pemberitahuan sakit) dan
halangan lainnya harus menghubungi dosen sebelum perkuliahan atau ijin disampaikan
olehwali.
7. Memakai seragam dan bersepatu dalam perkuliahan (dilarang menggunakan kaos kaki
berwarna saatperkuliahan).
8. Kecurangandalamujian,nilaimatakuliahyangbersangkutannol.
Topik 1

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pernafasan: TB paru, Ca. Paru

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari TB paru dan Ca. Paru , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian
asuhan pada pasien denggan TB paru, Ca. Paru ,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu
masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.
2. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,


pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien TB paru dan
Ca. Paru

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok materi
yang akan dibahas dalam Topik 1 ini adalah :
1. Definisi TB paru, Ca. Paru
2. Etiologi TB paru, Ca. Paru
3. Patofisiologi TB paru , Ca. Paru
4. Klasifikasi TB paru, Ca. Paru
5. Manifestasi klinis TB paru , Ca.paru
6. Pemeriksaan diagnostik TB paru ,Ca.paru
7. Komplikasi TB paru, Ca. Paru
8. Asuhan keperawatan pada pasien TB paru, Ca. Paru
C. URAIAN MATERI

A. Defenisi TB paru, Ca. Laring


B. Etiologi TB paru, Ca. Laring
C. Patofisiologi TB paru, Ca. Laring
D. Klasifikasi TB paru, Ca. Laring
E. Manifetasi klinis TB paru, Ca. Laring
F. Pemeriksaan diagnostik TB paru, Ca. Laring
G. Komplikasi TB paru, Ca. Laring
H. Asuhan keperawatan pada pasieTB paru, Ca. Laring

D. PENUTUP
1. Ringkasan
.
Topik 2

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pernafasan: Asma bronkhialis

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan maksud dari asma
bronkhialis , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian asuhan keperawatan pada pasien
denggan asma bronkhialis ,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat
mengambil suatu keputusan.
2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkhialis
B. POKOK-POKOKMATERI
Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok materi yang akan dibahas
dalam Topik 2 ini adalah :
1. Definisi Asma bronkhiais
2. Etiologi Asma bronkhialis
3. Patofisiologi Asma bronkhialis
4. Klasifikasi Asma bronkhialis
5. Manifestasi klinis Asma bronkhialis
6. Pemeriksaan diagnostik Asma bronkhialis
7. Komplikasi Asma bronkhialis
8. Asuhan keperawatan pada pasien Asma bronkhialis
C. URAIAN MATERI
A. Defenisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
E. Manifetasi klinis
F. Pemeriksaan diagnostik
G. Komplikasi
H. Asuhan keperawatan pada pasie

D. PENUTUP
Topik 3

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan: trauma


dada

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Umum

Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari trauma dada, serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien denggan Trauma dada ,sehingga kita mampu menyelesaikan
suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.
2. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,


pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien trauma dada

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok materi
yang akan dibahas dalam Topik 3 ini adalah :
1. Definisi Trauma dada
2. Etiologi Trauma dada
3. Patofisiologi Trauma dada
4. Klasifikasi Trauma dada
5. Manifestasi klinis Trauma dada
6. Pemeriksaan diagnostik Trauma dada
7. Komplikasi Trauma dada
8. Asuhan keperawatan pada pasien Trauma dada
C. URAIAN MATERI
A. Defenisi trauma dada
Coba Anda berfikir sebentar Apa yang ada dibenak Anda dikala membaca atau
mendengan tentang trauma dada ?. pengertian dari gangguan system Pernafasan akibat trauma dada.
Trauma dada merupakan masalah yang komplek dan multidemensi yang biasanya dikategorikan
menurut penyebab.
B. Etiologi trauma dada
Trauma tumpul ; terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada, biasanya tertutup
sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir, disebabkan oleh
benda tumpul. Trauma tajam/penetrasi ; terjadi sebagai akibat luka tembak/tusuk, hal ini
menyebabkan luka dada terbuka karena terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara
atmosfir, trauma ini yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru kemudian karena
pisau/ditusuk.
C. Patofisiologi trauma dada

D. Klasifikasi trauma dada

E. Manifestasi klinis trauma dada


Trauma tumpul : dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during respiration
Potensial Komplikasi : Pneumothorax, flail chest, hemothorax, pulmonary contusion, myocardial
contusion, cardiac tamponade
Inspeksi : RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori,
penurunan tidal volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous distention,
sianosis, pucat pda kulit, bibir. Palpasi ; flail chest segmen, tanda-tanda fraktur. Perkusi ; dullness
pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax, auskultasi ; krepitasi disekitar patahan
tulang, penurunan tekanan darah.
Trauma tajam ; dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat
Potensial komplikasi: Hemothorax, pneumothorax, tension pneumothorax, hemorrhage,
shock, infeksi
Inspeksi : RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory distress, use acessory muscle, decrease
tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate blood loss, do not remove penetrating object.
Palpasi ; deviasi trachea, empisema subcutan, akral dingin, perkusi : pertanda hemothorax,
hiperesonan pertanda pneumothorax, auskultasi ; pernafasan stridor, bradicardi.
F. Pemeriksaan diagnostik trauma dada
a. Tes diagnostik
1) X-ray dada, melihat adanya udara atau cairan dalam rongga pleura, membedakan pneumuthorax
atau hematothorax, konfirmasi adanya patah tulang thorax
2) Analisa Gas darah ; evaluasi oksigenasi adekuat atau tidak 3) ECG ; melihat efektifitas elektrik
jantung 4) Hb/Hct ; untuk mengetahui kebutuhan darah (tranfusi) 5) Sel darah putih ; indicator dasar
adanya infeksi.
b. Therapy
1) Pemberian Oksigen
2) Bila diperlukan intubasi atau pemakaian ventilasi mekanik
3) Transfusi/normal saline/plasma/albumin tergantung prioritas pasien
4) Pemasangan WSD/chest tube insertion
5) Pemberian analgesic ; managemen nyeri
6) Thoracentesis/thoracotomy.
G. Komplikasi trauma dada

H. Asuhan keperawatan pada pasien trauma dada


1. Pengkajian ;
Tanda dan gejala yang muncul merupakan masalah serius, hati-hati dengan perubahan
status mental yg merupakan gejala kerusakan sistem saraf pusat, diakibatkan karena hipoxemia
Trauma tumpul : dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during respiration,
RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori, penurunan tidal
volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous distention, sianosis, pucat pda
kulit, bibir. flail chest segmen, tanda-tanda fraktur.dullness pertanda hemothorax, hiperesonan
pertanda pneumothorax, krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah.
Trauma tajam ; dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat, RR>20x/mnt,
hiperpnea, respiratory distress, use acessory muscle, decrease tidal volume, asymetris chest wall,
sianosis, estimate blood loss, do not remove penetrating object. deviasi trachea, empisema subcutan,
akral dingin, pertanda hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax, pernafasan stridor,
bradicardi.

2. Diagnose Keperawatan dan rencana intervensi


1) Potensial kekurangan volume cairan sehubungan dengan kehilangan cairan darah sekunder thd
trauma dada Tujuan ; Normovolemic, dengan criteria : BP and HR normal, BB stabil, urine output
>30 cc/jam (0,5cc/kgBB/jam), RR <20x/mnt, chest drainage/ perdarahan rongga dada melalui WSD
< 100cc/jam
Rencana keperawatan :
a) Perhatikan kondisi pasien, laporkan adanya perdarahan terutama 24-48 jam pertama, setelah 48 jam
perdarahan harus sudah berhenti, bila masih segera lapor.
b) Monitor drainage (WSD), lapor bila perdarahan masih aktif (>100ml/jam)
c) Monitor perlengkapan transfusi (Infus)
d) Monitor BP, penurunan BP peningkatan HR dan RR adalah tanda shock
e) Kaji status hidrasi dgn monitor BB setiap hari, intake and output cairan
f) Periksa Hb sbg indikator hemostasis, hati-hati dgn penurunan Hb indikator adanya perdarahan.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah alveolar dan
penurunansuplai oksigen sekunder thd peningkatan tekanan pleura Tujuan ; Pasien menunjukan
pertukaran udara adekwat yg ditandai dgn Pa O2 >60mmHg, Pa CO2 <45 mmHg, RR<20x/mnt dgn
kedalaman dan pola yg normal, orientasi thd orang, waktu dan tempat baik.
Rencana keperawatan
a) Monitor analisa gas darah (ABG)
b) Observasi indikator adanya hipoxia, meliputi increase restlessness, anxiety dan perubahan status
mental
c) Kaji adanya distress nafas, peningkatan RR, penurunan gerakan dinding dada, adanya sianosis.
d) Posisikan pasien agar ekspansi penuh (semi fowler).
e) Ubah posisi pasien tiap 2 jam untuk mendukung drainage dan re ekspansi paru
f) Latih pasien untuk nafas dalam, sediakan analgesik untuk mengurangi nyeri selama latihan, nafas
dalam dapat meningkatkan ekspansi paru dan mencegah terjadinya atelektasis.

g) Berikan oksigen jika diperlukan h) Kaji dan pelihara sistem drainage (WSD) ;pastikan sambungan
selang dada baik, pastikan tidak ada penekanan pada selang dada, pastikan tekanan alat masih dapat
menghisap (suction WSD)
3) Nyeri berhubungan dengan insersi pleura dan pemasangan pipa (WSD) Tujuan : subyektif pasien
penurunan nyeri dibuktikan dengan skala nyeri,
Rencana keperawatan :
a) Pada interval tertentu kaji tingkat nyeri dgn skala nyeri (0-10), bila perlu berikan analgesik sesuai
dengan advis.
b) Berikan posisi yg nyaman untuk nyerinya
c) Ajarkan pasien untuk melindungi sisi yang sakit (insersi) bila dipakai bergerak
d) d) Jadwalkan aktifitas pasien, berikan waktu istitahat yang cukup.
e) stabilkan tube dada untuk mengurangi dorongan penghubung tube (diisolasi pada dinding dada)

Patient and family teaching :


1) batasi aktifitas yang menyebabkan pergerakan tulang rusuk tempat insersi, instruksikan untuk
meminta bantuan bila ingin merubah posisi tidur, instruksikan untuk menjaga ROM.
2) Ajarkan untuk melindungi area, dengan tangan atau bantal untuk mengurangi rasa nyeri
3) Penting untuk menghindari terjadinya infeksi paru-paru

D. PENUTUP

1. Ringkasan
Trauma dada merupakan masalah yang komplek dan multidemensi yang biasanya
dikategorikan menurut penyebab. Trauma dada menurut penyebab terbagi menjadi 2:
Trauma tumpul; terjadi sebagai akibat penekanan langsung pada daerah dada, biasanya
tertutup sehingga tidak terdapat hubungan antara ruang dalam dada dengan udara atmosfir,
disebabkan oleh benda tumpul, 2) Trauma tajam/penetrasi ; terjadi sebagai akibat luka
tembak/tusuk, hal ini menyebabkan luka dada terbuka karena terdapat hubungan antara ruang dalam
dada dengan udara atmosfir, trauma ini yang paling sering disebabkan oleh tembakan peluru
kemudian karena pisau/ditusuk.
Gejala-gejala : Trauma tumpul : dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during
respiration, Potensial Komplikasi : Pneumothorax, flail chest, hemothorax, pulmonary contusion,
myocardial contusion, cardiac tamponade
Trauma tajam ; dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat, Potensial komplikasi :
Hemothorax, pneumothorax, tension pneumothorax, hemorrhage, shock, infeksi
Managemen medis
Tes diagnostic ; X-ray dada, Analisa Gas darah, EC, Hb/Hct , Sel darah putih. Therapy ;
Pemberian Oksigen, Bila diperlukan intubasi atau pemakaian ventilasi mekanik, Transfusi/normal
saline/plasma/albumin tergantung prioritas pasien, Pemasangan WSD/chest tube insertion,
Pemberian analgesic ; managemen nyeri, Thoracentesis/ thoracotomy.
Managemen keperawatan :
Pengkajian ; Tanda dan gejala yang muncul merupakan masalah serius, hati-hati dengan
perubahan status mental yg merupakan gejala kerusakan sistem saraf pusat, diakibatkan karena
hipoxemia Trauma tumpul : dyspnea, agitasi, restlessness, anxiety, chest pain during respiration,
RR>20x/mnt, Hiperpnea, ventilatory distress, penggunaan otot-otot asesori, penurunan tidal
volume, hemoptasis, asymmetric chest wall motion, jugular venous distention, sianosis, pucat pda
kulit, bibir. flail chest segmen, tanda-tanda fraktur.dullness pertanda hemothorax, hiperesonan
pertanda pneumothorax, krepitasi disekitar patahan tulang, penurunan tekanan darah. Trauma
tajam ; dyspnea, nyeri yang hebat, cemas, gangguan istirahat, RR>20x/mnt, hiperpnea, respiratory
distress, use acessory muscle, decrease tidal volume, asymetris chest wall, sianosis, estimate blood
loss, do not remove penetrating object. deviasi trachea, empisema subcutan, akral dingin, pertanda
hemothorax, hiperesonan pertanda pneumothorax, pernafasan stridor, bradicardi. Diagnose
Keperawatan : 1) Potensial kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan darah sekunder thd
trauma dada, 2) Gangguan pertukaran gas b.d. penurunan aliran darah alveolar dan penurunansuplai
oksigen sekunder thd peningkatan tekanan pleura, 3) Nyeri b.d. insersi pleura dan pemasangan pipa
(WSD)
2. Pertanyaan
1. Kemumgkinan yang dialami pada kasus diatas adalah ….
A. TBC paru
B. Pneumothorak
C. Asma bronchial
D. hematotorak
2. Untuk memastikan diagnose pada kasus diatas adalah dengan pemeriksaan ….
A. analisa gas darah
B. ECG
C. chest X-ray
D. faal paru
3. Diagnose keperawatan yang mungkin terjadi pada kasus diatas setelah di pasang WSD ( Water Seal
Drainage) adalah ….
A. Gangguan pertukaran gas
B. Nyeri b.d. kolaps paru
C. Nyeri b.d. insersi WSD
D. Ansietas b.d. prosedur pembedahan
4. Pemasangan WSD pada pasien apabila tidak dilakukan perawatan dengan baik akan menimbulkan
komplikasi, komplikasi sekunder yang dapat terjadi ….
A. infeksi
B. Perdarahan
c. emphyema
D. edema paru
5. Pada pasien dengan adanya udara dalam rongga pleura tidak boleh dilakukan vibrasi, sebab ….
A. membuat udara dalam cavum pleura tidak dapat keluar
B. mengakibatkan gangguan proses difusi
C. mengakibatkan lapisan pleura semakin rusak
D. membuat cairan dalam cavum pleura keluar
Topik 4
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Ca. Laring

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami
makna dan maksud dari trauma dada, serta untuk mengetahui penerapan dan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien denggan Ca. Laring ,sehingga
kita mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu
keputusan.
3. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi


klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada
pasien Ca. Laring

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 4 ini adalah :
1. Definisi Ca. Laring
2. Etiologi Ca. Laring
3. Patofisiologi Ca. Laring
4. Klasifikasi Ca. Laring
5. Manifestasi klinis Ca. Laring
6. Pemeriksaan diagnostik Ca. Laring
7. Komplikasi Ca. Laring
8. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Laring

C. URAIAN MATERI
b. Defenisi Ca. Laring
c. Etiologi Ca. Laring
d. Patofisiologi Ca. Laring
e. Klasifikasi Ca. Laring
f. Manifetasi klinis Ca. Laring
g. Pemeriksaan diagnostik Ca. Laring
h. Komplikasi Ca. Laring
i. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Laring

E. PENUTUP
Proses keperawatan berjalan secara siklus yang berurutan dimulai dari
pengkajin- diagnosis keperawatan – perencanaan-pelaksanaan-evaluasi. Tahap-
tahap dari proses keperawatan merupakan tahapan yang saling bergantung.
Diagnosis keperawatan yang muncul tergantung dari data-data yang diperoleh
saat pengkajian. Proses keperawatan tidak kaku, disetiap tahapan tidak berdiri
sendiri namun saling terkait dan berkesinambungan.

2.Pertanyaan
1. dapatberubah,bergeraksecaraterusmenerus,tidakstagnandisatutahapmerupakan
proseskeperawatan…
a. Dinamis
b.Siliklal
c.Interdependen
d.Fleksibel
2. Proses keperawatan tidak kaku, disetiap tahapan tidak berdiri sendiri namun saling
terkait dan berkesinambungan merupakan proseskeperawatan
a. Dinamis
b.Siliklal
c.Interdependen
d.Fleksibel
3. Proses keperawatan berjalan secara siklus yang berurutan dimulai dari pengkajian –
diagnosis keperawatan – perencanaan – pelaksanaan - evaluasi. Merupakan proses
keperawatan…
a. Dinamis
b.Siliklal
c.Interdependen
d.Fleksibel
4. Perawatakanmemulaitahappengkajiandimanaperawatakanmengumpulkandata
sebanyak-banyaknya terkait masalah kesehatan klien merupakan tahap
a.Pengkajian
b.Intervensi
c.Implementasi
d.Evaluasi
5. setelah melakukan tindakan pasien akan mengevaluasi dari hasil merupakantahap
a.Pengkajian
b.Intervensi
c.Implementasi
d.Evaluasi
Topik 5

Asuhan keperawatan pada pasien dengan sistem kardiovaskuler: PJK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari PJK , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien denggan PJK ,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu
masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.
2. Khusus

Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi


klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada
pasien PJK

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 5 ini adalah :
1. Definisi PJK
2. Etiologi PJK
3. Patofisiologi PJK
4. Klasifikasi PJK
5. Manifestasi klinis PJK
6. Pemeriksaan diagnostik PJK
7. Komplikasi PJK
8. Asuhan keperawatan pada pasien PJK
C. URAIAN MATERI

A. Defenisi PJK
Apa penyakit jantung koroner? Penyakit infark miokard akut atau
jantung koroner (PJK)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah gejala yang
disebabkan adanya penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri
koroner baik sebagian/total yang mengakibatkan suplai oksigen pada otot
jantung tidak terpenuhi.

B. Etiologi PJK
penyebab sumbatan atau penyempitan
pembuluh darah jantung antara lain stres, atherosclerosis/trombosis dan emboli.
Bagaimana dengan prosentase sumbatannya? Bahwa sumbatan pembuluh
darah jantung bisa terjadi hanya sebagian atau total,

C. Patofisiologi PJK
D. Klasifikasi PJK
E. Manifetasi klinis PJK
F. Pemeriksaan diagnostik PJK
G. Komplikasi PJK
H. Asuhan keperawatan pada pasien PJK

D. PENUTUP
King mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada
tiga sistem yakni, sistem personal, interpersonal dan sistem sosial. Dalam hal
ini Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki kebutuhan yang
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis : kebutuhan rasa aman dan perlindungan : kebutuhan rasa
cinta, memiliki dan dimiliki: kebutuhan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi
diri. Manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan akan berusasah a
memenuhinya dengansegera.
Topik 6

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: infark


miokard

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari infark miokard , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien denggan infark miokard ,sehingga kita mampu menyelesaikan
suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi


klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada
pasien infark miokard

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 6 ini adalah :
1. Definisi Infark Miokard
2. Etiologi Infark Miokard
3. Patofisiologi Infark Miokard
4. Klasifikasi Infark Miokard
5. Manifestasi klinis Infark Miokard
6. Pemeriksaan diagnostik Infark Miokard
7. Komplikasi Infark Miokard
8. Asuhan keperawatan pada pasien Infark Miokard
C. URAIAN MATERI
A. Defenisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
E. Manifetasi klinis
F. Pemeriksaan diagnostik
G. Komplikasi
H. Asuhan keperawatan pada pasien

D. Penutup
Menurut maslow, melihat harga diri sebagai suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh manusia. Kebutuhan akan rasa harga diri ini oleh Maslow dibagi
menjadi dua bagian, yaitu : penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri
yang mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian dan kebebasan. Individu ingin
mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala
tantangan dalam hidupnya. Kemampuan idividu untuk mempengaruhi orang
lain, serta mengitrik atau mengendalikan oranglain, di samping mengendalikan
diriny sendiri. Misalnya, pada remaja putra akan berasumsi bahwa prestasi
akademik dan kemampuan atletik adalah dua bidang utama yangdigunakan
untuk menilai kopetensinya, maka individu tersebut akan melakukan usaha
yang maksimal untuk berhasil di bidang keperawatan. Aspek-aspek harga diri
terdiri dari keberartian diri, kekuatan individu, kompetensi, ketaatan individu
dan kemampuan membericontoh.

2.Pertanyaan
1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem yakni,
sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial. Merupakan pendapat dari
a.FlorenceNightingle
b.Abraham
Maslowc.Baron
dan
Bymed.Ricerson
Byond
2. pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem

yakni, sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial.merupakan


a.Kompetitif
b.keberartian
diric.kekuatan
individud.ketaatan
individu
3. mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian dan kebebasan merupakan
penghormatan
a.diri
sendirib.orang

asingc.orang

laind.keluarga
4. sebagai memiliki usaha yang tinggi untukmendapatkan prestasi yangbaik

a.Kompetitifb.kebe
rartian
diric.kekuatan
individu d.ketaatan
individu
5. taat aturan dalam masyarakat serta tidak melakukan tindakan yang
menyimpang dari norma dan ketentuan yangberlaku
a.Kompetitif
b.keberartian diri
c.kekuatan individu
d.ketaatan individu
Topik 7

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: Gagal


Jantung Kongestif

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

b. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari gagal jantung kongestif , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien denggan gagal jantung kongestif ,sehingga kita
mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.

c. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

b. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi


klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada
pasien gagal jantung kongestif

E. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 7 ini adalah :
1. Definisi Gagal Jantung Kongestif
2. Etiologi Gagal Jantung Kongestif
3. Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif
4. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
5. Manifestasi klinis Gagal Jantung Kongestif
6. Pemeriksaan diagnostik Gagal Jantung Kongestif
7. Komplikasi Gagal Jantung Kongestif
8. Asuhan keperawatan pada pasien Gagal Jantung Kongestif
F. URAIAN MATERI
A. Defenisi Gagal Jantung Kongestif
B. Etiologi Gagal Jantung Kongestif
C. Patofisiologi Gagal Jantung Kongestif
D. Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif
E. Manifetasi klinis Gagal Jantung Kongestif
F. Pemeriksaan diagnostik Gagal Jantung Kongestif
G. Komplikasi Gagal Jantung Kongestif
H. Asuhan keperawatan pada pasien Gagal Jantung Kongestif

D.PENUTUP
seorang individu siap untuk bertindak sesuai kebutuhan pertumbuhan jika dan
hanya jika kebutuhan kekurangan terpenuhi, konseptualisasi awal Maslow hanya
mencakup satu kebutuhan pertumbuhan - aktualisasi diri. Orang- orang yang
teraktualisasi diri dicirikan oleh: 1) fokus pada masalah; 2) menggabungkan
kesegaran apresiasi hidup yang terus berlanjut; 3) keprihatinan tentang
pertumbuhan pribadi; dan 4) kemampuan untuk memiliki pengalaman puncak.
Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang untuk
mewujudkan aktualisasi dirinya, antara lain Kreativitas (creativity),Moralitas,
Penerimaan diri,spontanitas dan pemecahan masalah.

2.Pertanyaan
1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem yakni,
sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial. Merupakan pendapat dari
a.Florence Nightingle
b.Abraham
Maslowc.Baron
dan
Bymed.Ricerson
Byond
2. pemenuhan kebutuhan dasar manusia berfokus pada tiga sistem
yakni, sistem personal, interpersonal, dan sistem sosial.merupakan
a.Kompetitif
b.keberartian
diric.kekuatan
individud.ketaatan
individu
3. mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian dan kebebasan merupakan
penghormatan
a.diri
sendirib.oran
g
asingc.orang

laind.keluarga

4. merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri
merupakan
a.moralitasb.kre
ativitasc.penerim
aan diri
d.spontanitas
5. Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada
perilaku dan jauh lebih spontan daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls,
dan lainlain
a.moralitas
b.kreativitas
c.penerimaan
dirid.spontanitas
Topik8

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


kardiovaskuler: kardiogenik shock

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari kardiogenik shock , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian
asuhan keperawatan pada pasien denggan kardiogenik shock ,sehingga kita mampu
menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :

c. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi


klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada
pasien kardiogenik shock

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok


materi yang akan dibahas dalam Topik 8 ini adalah :
1. Definisi Kardiogenik Shock
2. Etiologi Kardiogenik Shock
3. Patofisiologi Kardiogenik Shock
4. Klasifikasi Kardiogenik Shock
5. Manifestasi klinis Kardiogenik Shock
6. Pemeriksaan diagnostik Kardiogenik Shock
7. Komplikasi Kardiogenik Shock
8. Asuhan keperawatan pada pasienKardiogenik Shock
C. URAIAN MATERI
A. Defenisi Kardiogenik shock
B. Etiologi Kardiogenik shock
C. Patofisiologi Kardiogenik shock
D. Klasifikasi Kardiogenik shock
E. Manifetasi klinis Kardiogenik shock
F. Pemeriksaan diagnostik Kardiogenik shock
G. Komplikasi Kardiogenik shock
H. Asuhan keperawatan pada pasien Kardiogenik shock

6. Penutup
Nutrisi merupakan zat-zat penting yang berasal dari makanan yang telah dicerna
dan diolah oleh tubuh kita menjadi zat yang berguna untuk membentuk serta
memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur sistem fisiologi organ
di dalam tubuh dan melindungi tubuh terhadap serangan penyakit . Sedangkan
menurut Soenardi nutrisi berarti sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan
semua jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang
dapatmempertahankankehidupan.
Kebutuhan nutrisi dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi
juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh
serta sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
2.pertanyaan
1. di beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah,
tetapi tidak digunakansebagai makanan sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa
mengkonsumsi tempe dapat merendahkan status derajatmerupakan
a.pengetahuan
b.prasangka
c.kebiasaan
d.kesukaan
2. tentangmanfaatmakananbergizidapatmempengaruhipolakonsumsimakan
meruapakan faktordari
a.pengetahuan
b.prasangka
c.kebiasaan
d.kesukaan
3. kasus malnutrisi pada remaja karena asupan gizinya tidak sesuai denganyang
dibutuhkan olehtubuh
a.pengetahuan
b.prasangka
c.kebiasaan
d.kesukaan
4.salah satu kebutuhan pokok pada manusiaadalah
a.Vitamin
b.mineral
c.karbohidrat
b.oksigen
Topik 9

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler: CHF

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami makna dan
maksud dari CHF , serta untuk mengetahui penerapan dan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien denggan CHF ,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu
masalah serta dapat mengambil suatu keputusan.

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien CHF

B. POKOK-POKOKMATERI
Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok- pokok
materi yang akan dibahas dalam Topik 9 ini adalah :
1. Definisi CHF
2. Etiologi CHF
3. Patofisiologi CHF
4. Klasifikasi CHF
5. Manifestasi klinis CHF
6. Pemeriksaan diagnostik CHF
7. Komplikasi CHF
8. Asuhan keperawatan pada pasien CHF

D. URAIAN MATERI
A. Defenisi CHF
B. Etiologi CHF
C. Patofisiologi CHF
D. Klasifikasi CHF
E. Manifetasi klinis CHF
F. Pemeriksaan diagnostik CHF
G. Komplikasi CHF
H. Asuhan keperawatan pada pasien CHF
D.PENUTUP
Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk
membuat prioritas asuhan keperawatan. Hirarki kebutuhan dasar manusia
termasuk lima tingkat prioritas. Tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan
perlindungan,termasuk juga keamanan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga berisi
kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk didalamnya hubungan
pertemanan, hubungan sosial dan hubungan sosial dan hubungan cinta. Tingkat
terakhir merupakan kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu keadaan penapaian
potensi dan empunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasidengankehidupan.
Kebutuhan akan rasa cinta setelah seseorang memenuhi kebutuhan fisiologis dan
keamanan, mereka menjadi termotivasi oleh kebutuhan akan cinta seperti
keinginan untuk berteman, keingan untuk mempunyai pasangan dan
anak, kebutuhan untuk menjadi bagian sebuah keluarga, sebuah
perkumpulan, dan lingkunganmasyarakat.

2.Pertanyaan
1. di beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan murah,
tetapi tidak digunakansebagai makanan sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa
mengkonsumsi tempe dapat merendahkan status derajatmerupakan
a.pengetahuan
b.prasangka
c.kebiasaan
d.kesukaan
2. tentangmanfaatmakananbergizidapatmempengaruhipolakonsumsimakan
meruapakan faktordari
a.pengetahuan
b.prasangka
c.kebiasaan
d.kesukaan
3. tahap ketiga dari Abraham Maslowadalah
a.fisiologis
b.Harga diri
c.Aktualisasi diri
d.Cinta Mencintai
49

Topik 10

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan:


tifus abdominalis

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu
memahami makna dan maksud dari tifus abdominalis , serta untuk
mengetahui penerapan dan pemberian asuhan keperawatan pada pasien
denggan tifus abdominalis ,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu
masalah serta dapat mengambil suatu keputusan

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien
tifus abdominalis

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka


pokok- pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 10 ini
adalah :
1. Definisi Tifus Abdominalis
2. Etiologi Tifus Abdominalis
3. Patofisiologi Tifus Abdominalis
4. Klasifikasi Tifus Abdominalis
5. Manifestasi klinis Tifus Abdominalis
6. Pemeriksaan diagnostik Tifus Abdominalis
7. Komplikasi Tifus Abdominalis
8. Asuhan keperawatan pada pasienTifus Abdominalis
50

C. URAIAN MATERI
a. Defenisi Tifus Abdominalis
b. Etiologi Tifus Abdominalis
c. Patofisiologi Tifus Abdominalis
d. Klasifikasi Tifus Abdominalis
e. Manifetasi klinis Tifus Abdominalis
f. Pemeriksaan diagnostik Tifus Abdominalis
g. Komplikasi Tifus Abdominalis
h. Asuhan keperawatan pada pasienTifus Abdominalis

D.PENUTUP
51

Topik 11

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan:


sirosis Hepatis

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami
makna dan maksud dari sirosis hepatis , serta untuk mengetahui penerapan
dan pemberian asuhan keperawatan pada pasien denggan sirosis hepatis
,sehingga kita mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil
suatu keputusan

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien
sirosis hepatis

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-


pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 11 ini adalah :
1. Definisi Sirosis Hepatis
2. Etiologi Sirosis Hepatis
3. Patofisiologi Sirosis Hepatis
4. Klasifikasi Sirosis Hepatis
5. Manifestasi klinis Sirosis Hepatis
6. Pemeriksaan diagnostik Sirosis Hepatis
7. Komplikasi Sirosis Hepatis
8. asuhann keperawatan pada pasienSirosis Hepatis
52

C. URAIAN MATERI
A. Defenisi Sirosis Hepatis
B. Etiologi Sirosis Hepatis
C. Patofisiologi Sirosis Hepatis
D. Klasifikasi Sirosis Hepatis
E. Manifetasi klinis Sirosis Hepatis
F. Pemeriksaan diagnostik Sirosis Hepatis
G. Komplikasi Sirosis Hepatis
H. Asuhan keperawatan pada pasienSirosis Hepatis

D. PENUTUP
Topik 12

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem:pencernaan Ca. Kolon

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami
makna dan maksud dari Ca. Kolon , serta untuk mengetahui penerapan dan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien denggan Ca. Kolon ,sehingga
kita mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu
keputusan
2. Khuus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
a. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan
pada pasien Ca. Kolon

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka poko-pokok materi


yang akan dibahas dalam Topik 12 ini adalah:
1. Defenisi Ca. Kolon
2. Etiologi Ca. Kolon
3. Patofisisologi Ca. Kolon
4. Klasifikasi Ca. Kolon
5. Manifestasi klinis Ca. Kolon
6. Pemeriksaan diagnostik Ca. Kolon
7. Komplikasi Ca. Laring
8. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Kolon
C. URAIAN MATERI
A. Defenisi Ca. Kolon
B. Etiologi Ca. Kolon
C. Patofisiologi Ca. Kolon
D. Klasifikasi Ca. Kolon
E. Manifetasi klinis Ca. Kolon
F. Pemeriksaan diagnostik Ca. Kolon
G. Komplikasi Ca. Kolon
H. Asuhan keperawatan pada pasien Ca. Kolon

94
10

Topik 13

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


penginderaan:miopia

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami
makna dan maksud dari Miopia , serta untuk mengetahui penerapan dan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien denggan Miopia ,sehingga kita
mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan

2. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
b. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien
Miopia

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-


pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 11 ini adalah :
a. Definisi Miopia
b. Etiologi Miopia
c. Patofisiologi Miopia
d. Klasifikasi SirosisMiopia
e. Manifestasi klinis Miopia
f. Pemeriksaan diagnostik Miopia
g. Komplikasi Miopia
h. asuhann keperawatan pada pasienMiopia

C. URAIAN MATERI
A. Defenisi Miopia
B. Etiologi Miopia
C. Patofisiologi Miopia
D. Klasifikasi Miopia
E. Manifetasi klinis Miopia
F. Pemeriksaan diagnostikMiopia
G. Komplikasi Miopia
H. Asuhan keperawatan pada pasienMiopia
10

D. PENUTUP
10

Topik 14

Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


penginderaan:Katarak

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

3. Umum
Setelah mempelajarai materi ini, Anda diharapkan mampu memahami
makna dan maksud dari Katarak , serta untuk mengetahui penerapan dan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien denggan katarak ,sehingga kita
mampu menyelesaikan suatu masalah serta dapat mengambil suatu keputusan

4. Khusus
Setelah selesai mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu :
c. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi,klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan asuhan keperawatan pada pasien
katarak

B. POKOK-POKOKMATERI

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka pokok-


pokok materi yang akan dibahas dalam Topik 14 ini adalah :
a. Definisi Katarak
b. Etiologi Katarak
c. Patofisiologi Katarak
d. Klasifikasi Sirosis Katarak
e. Manifestasi klinis Katarak
f. Pemeriksaan diagnostik Katarak
g. Komplikasi Katarak
h. asuhann keperawatan pada pasienKatarak

C. URAIAN MATERI
A. Defenisi katarak
Sekarang Anda akan belajar tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan penglihatan dalam hal ini adalah asuhan
keperawatan pada katarak, yang dimaksud dengan katarak adalah kekeruhan
pada lensa tanpa disertai rasa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan
menjadi kabur dan akhirnya tidak dapat melihat oleh karena mata tidak
dapat meneruskan cahaya kedalam lensa mata. Katarak terbagi dalam
10

klasifikasi yaitu : Katarak senilis, Katarak komplikata, Katarak toksika,


Katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik, Katarak traumatik,
katarak kongenital. Masing-masing klasifikasi akan dijelaskan bahwa : 1)
katarak senilis terbagi dalam 4 stadium yaitu ;
a. insipien : kekeruhan lensa sangat tipis terutama di bagian peifer
kortek. Biasanya tidak menimbulkan gangguan penglihatan dan visus
biasanya masih 6/6. b. Katarak Imatur ; kekeruhan terutama terjadi di
bagian posterior uji bayangan masih positif. Visus 3/60-6/30. c. Katarak
matur : kekeruhan lensa sudah menyeluruh dan uji bayangan sudah negatif.
Tajam penglihatan bervariasi antara 1/300 – seper tak terhingga. d. Katarak
hipermetur : terjadi pengerutan kapsul lensa, kortek lensa mencair dan
nukleus bergerak ke bawah disebut juga katarak Morgagni. 2) Katarak
komplikata : katarak yang berkembang sebagai efek langsung dari adanya
penyakit intraokuler sesuai fisiologi lensa.Misal : uveitis anterior kronis,
gloukoma kongesti akut. 3) Katarak toksika : jarang terjadi, biasanya karena
obat steroid, klorpromazin, preparat emas. 4) Katarak yang berhubungan
dengan penyakitsistemik : bisa menyertai kelainan sistemik DM, sindroma
hipokalsemi, 5) Katarak traumatik : katarak akibat trauma, paling sering
adanya korpus alienum yang menyebabkan lesi atau injury pada lensa atau
oleh trauma tumpul pada bola mata. 6) Katarak kongenital : kekeruhan lensa
yang terjadi sejak lahir atau segera setelah lahir.
B. Etiologi katarak
Nah, katarak disebabkan oleh proses degenerasi, gangguan
metabolik, radiasi, pengaruh zat kimia, infeksi dan penyakit mata lain.
Penyebab umumnya adalah karena proses penuaan katarak senillis),
sedangkan katarak kongenital, merupakan salah satu kelaianan herediter
sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti pada german measless.
Penyebab yang lain bisa meliputi trauma, infeksi pada traktur uvea,
penyakit sistemik seperti DM dan pemaparan berlebihan dengan sinar
ultraviolet Berdasarkan prosesnya/patofisiologinya, katarak dapat terjadi
bahwa Lensa normalnya adalah bening/transparan agar cahaya dapat masuk
kedalam mata. Perubahan biokimia karena proses penuaan dapat terjadi
pada lensa, sehingga menyebabkan perubaha n pada susunan anatomi
maupun fisiologinya disamping itu, penyebab lain adalah karena
traumadapat menyebabkan perubahan pada serabut-serabut yang
menyebabkan lensa menjadi keruh, kemudian menghalangi jalannya cahaya
yang masuk kedalam retina. Katarak matur merupakan perkembangan dari
10

berbagai katarak pada kapsul lensa. Dewasa ini katarak dapat di hilangkan
melalui tindakan operasi. Bagaimanapun derajat penurunan tajam
penglihatan akan mengganggu aktifitas sehari-hari. Katarak dapat
berkembang pada kedua mata, sebagaimana pada katarak senillis, hanya
saja rentangnya yang berbeda.
C. Patofisiologi katarak
Patofisiologi katarak utamanya adalah terjadi perubahan pada
kejernihan lensa (opasitas lensa) sehingga jumlah cahaya yang masuk
melalui media refraksi berkurang dan sulit difokuskan ke retina. Hal ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti proses degeneratif, trauma,
ataupun kelainan kongenital.
D. Klasifikasi katarak
1. katarak kongenital yaitu katarak yang terjadi pada usia dibawah 1
tahun.
2. Katarak juvenil yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senilis yaitu katarak yang terjadi setelah usia 40 tahun.

E. Manifestasi klinis katarak


Setelah kita mengetahui patafisiologi dari katarak, maka tanda dan gejala
yang akan muncul adalah : Tanda : Lensa keruh, Penglihatan kabur secara
berangsur-angsur tanpa rasa sakit, pupil berwarna putih, miopisasi pada
katarak intumessen, sedangkan gejalanya adalah : Merasa silau terhadap
cahaya matahari, Penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa
sakit, Penglihatan diplopia monokuler (dobel), Persepsi warna berubah,
perubahan kebiasaan hidup. Faktor resiko untuk terjadinya katarak antara
lain : pasien diabetus millitus, perokok, Peningkatan asam urat, Hipertensi,
Defisiensi anti oksidan, Miopi yang tingg, Ibu hamil yang mengidap
penyakit rubella, Orang dewasa yang berusia 60 tahun keatas. Diagnosa
katarak dapat ditegakkan melalui pemeriksaan yaitu : a) Kartu snellen :
untuk memeriksa tajam penglihatan. b) Lampu senter : untuk memeriksa
pupil. Reflek pupil masih normal, tampak kekeruhan pada lensa, terutama
bila pupil dilebarkan. Proyeksi sinar dan warna pada katarak matur
diperiksa untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar. c)
Oftalmoskopi : pupil hendaknya dilebarkan dulu. Pada katarak insipien dan
matur tampak kekeruhan, kehitam-hitaman dengan latar belakang
kemerahan, sedang pada katarak matur hanya tampak warna kehitaman. d)
Slit lamp : untuk mengetahui posisi dan tebal kekeruhan. Pemeriksaan
10

penunjang atau diagnostik meliputi : Pemeriksaan USG mata dan


Pemeriksaan biometri Kalau penyakit katarak tidak di rawat, maka
dimungkinkan akan terjadi komplikasi, antara lain : Glaukoma, Hyphema
dan Infeksi Maka untuk menghindari dari komplikasi maka katarak perlu
dilakukan penatalaksanaan yang meliputi non bedah dan bedah.
Penatalaksanaan non bedah adalah penatalaksanaan dengan menggunakan
obat-obatan midriasil antara lain disarankan agar banyak mengkonsumsi
buah-buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E.
Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara
berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada
siang hari. sedangkan penatalaksanaan bedah dilakukan bila tajam
penglihatan sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak
senilis sudah matur. Ada dua macam teknik yang tersedia untuk
pengangkatan katarak yaitu :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai
dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. Mikroskop digunakan
untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap
sisa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan
meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada
penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara
ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil
dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus
dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang
diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pengangkatan lensa memerlukan
koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga
kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya: 1)
Kaca Mata Apikal : Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral
yang baik, namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan
distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami
relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan
10

mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian


yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan,
memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang
terbatas. 2) Lensa Kontak : Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca
mata apakia. Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir
sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang,
melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa
kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran
ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk
pelepasan dan pembersihan lensa. 3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam
mata.
F. Pemeriksaan diagnostik katarak
Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa pemeriksaan lapang pandang
(misalnya dengan melihat huruf pada jarak 6 m) yang biasanya
memberikan hasil terdapatnya penurunan ketajaman penglihatan
G.Komplikasi katarak

Bila katarak dibiarkan maka akan terjadi komplikasi berupa glaukoma dan
uveitis. Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokuler yang
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi (Doenges,
2000). Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea (Smeltzer,
2002)

H.Asuhan keperawatan pada pasien katarak


Nah, setelah Anda mengetahui konsep tentang katarak, maka
pengkajian pasien dengan katarak meliputi : identitas dan keterangan lain,
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di
bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia
< 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
Riwayat penyakit sekarang. Merupakan penjelasan dari keluhan utama.
Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan
ketajaman penglihatan. Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit
sistemik yang di miliki oleh pasien seperti Diabetus millitus. pengkajian
berdasarkan aktivitas sehari-hari antara lain : 1) Aktifitas istirahat : Gejala
yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan. 2) Neurosensori :
10

Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gaggua penglihatan kabur,


sinar terang menyebabkan silaudengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag
gelap. Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di
sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan
kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata). 3) Nyeri /
kenyamanan : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair.
Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan
sakit kepala.
Setelah tersusun diagnosa keperawatan, maka langkah berikutnya
adalah membuat intervensi atau perencanaan keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang meliputi:
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan
dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. Dengan
tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan. Intervensi meliputi : Tentukan ketajaman penglihatan,
kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat, Observasi
tandatanda disorientasi, Orientasikan pasien tehadap lingkungan,
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh,
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata,
dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. Ingatkan pasien
menggunakan kacamata katarak, Letakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi
b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi
sensori penglihatan – kehilangan vitreus,pandangan kabur,
perdarahan intraokuler. Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap
factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Intervensi :
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri,
pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. Beri pasien posisi
bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok. Ambulasi dengan bantuan : berikan
10

kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. Minta klien


membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba,
Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi
hifema dengan senter sesuai indikasi.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Tujuan : pasien
menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan
pengobatan. Intervensi : Pantau informasi tentang kondisi individu,
prognosis, tipe prosedur, lensa. Tekankan pentingnya evaluasi
perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal :
nyeri tiba-tiba. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata
yang dijual bebas.Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat
mata dan masalah medis pasien. Anjurkan pasien menghindari
membaca, berkedip, mengangkatberat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, dll. Anjurkan pasien tidur terlentang.
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan
pembedahan. Tujuan : Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan
rasa cemas/takutnya. Pasien tampak rileks tidak tegang dan
melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat
diatasi. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan
tentang pembedahan. Intervensi : Pantau tingkat kecemasan pasien
dan catat adanya tandatanda verbal dan nonverbal. Beri kesempatan
pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien. Beri
penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan
akibatnya. Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap
melakukan prosedur tindakan. Lakukan orientasi dan perkenalan
pasien Derajat kecemasan bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh individu.
e. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi. Tujuan : pengurangan
nyeri. Intervensi : Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO
(tekanan intra Okuler) sesuai dengan resep. Berikan kompres dingin
sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul. Kurangi tingkat
pencahayaan. Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya
yang kuat. Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri
10

dan TIO dan meningkatkan rasa.


f. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan
penglihatan. Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi : Beri instruksi kepada pasien atau orang terd segera
kepada dokter. Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan
orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan. Ajari Penemuan dan
penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan
lebih lanjut.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh. Tujuan Tidak terjadi penyebaran infeksi
selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan
teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar. Intervensi :
Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari
kontaminasi dunia luar. Jaga area kesterilan luka operasi. Lakukan
teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka.
Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis. Langkah
yang terakhir dalam mempelajari asuhan keperawatan pada pasien
katarak adalah evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian
efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan
keluhan, pemeriksaan fisik. Intervensi dikatakan efektif bila tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam evaluasi,
perawat melakukan pengkajian ulang tentang keluhan kemampuan
dalam melihat, nyeri dan kemampuan melakukan aktivits sehari-
haris dan terapi yang diberikan padapasien serta perilaku klien
setelah melakukan implementasi dari intervensi. Evaluasi
menggunakan observasi, mengukur dan wawancara dengan pasien

D. PENUTUP
1. Ringkasan
Umumnya, suatu sediaan kering dibuat karena stabilitas zat aktif di dalam pelarut
air terbatas, baik stabilitas kimia atau stabilitas fisik. Umumnya antibiotik mempunyai
stabilitas yang terbatas di dalam pelarut air. Katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnyatransparan dan dapat dilalui cahaya ke retina. Saat kekeruhan terjadi, maka
terjadi pula kerusakan penglihatan. faktor resiko untuk terjadinya katarak adalah proes
penuaan, adanya penyakit seperti diabetus millitus, traumatik. Adanya katarak maka
pasien akan mengalami penurunan tajam penglihatan dengan ciri khas pandangan
10

seperti adanya kabut, untuk menegakkan diagnosa ini maka diperlukan pemeriksaan
fisik dengan menggunakan snellen card yang bertujuan melihat ketajaman penglihatan
dan melihat mata secara langsung dengan menggunakan senter. Dengan adanya
penurunan tajam penglihatan maka diperlukan tindakan untuk menghindari
komplikasi, tindakannya adalah dengan operasi katarak. Sedangkan masalah utama
dalam kasus ini adalah penurunan persepsi sensori (penurunan tajam penglihatan).
2. Pertanyaan
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Kekeruhan pada lensa mata ….
A. Konjungtivitis
B. Trakhoma
C. Katarak
2) Salah satu faktor resiko untuk terjadinya katarak adalah ....
A. terlalu banyak membaca
B. Membaca di ruang gelap
C. Usia Lanjut
D. Hipertensi
3) Ciri khas pada penyakit katarak ....
A. Pandangan seperti kabut
B. nyeri pada mata
C. Visus menurun
D. Mual Muntah
4) Katarak yang terjadi pada orang tua, disebut katarak .....
A. Komplikta
B. Degeneratif
C. Traumatik
D. Juvenil
5) Alat yang digunakan dalam pemeriksaan visus adalah ....
A. Ophtalmologi
B. Snellen card
C. Tonometro
D. Senter
10

10

Anda mungkin juga menyukai