Anda di halaman 1dari 13

Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action


research  (CAR), yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom action
researchdiawali dari istilah action research. 
Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan diuraikan
pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas yakni :
1.  Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah
dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2.  Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang
berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
atau kualitass proses belajar mengajar.
3.  Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru

Beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli yakni
Menurut David Hopkins, PTK mengandung pengertian bahwa PTK adalah sebuah bentuk
kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi
kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang :
1)      Praktik-praktik kependidikan mereka;
2)      Pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut dan
3)      SITUASI dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
Menurut Rapoport dan Hopkins, pengertian penelitian tindakan kelas adalah
penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang
dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja
sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. 
Menurut Hopkins, “PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang
dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan –
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam terhadap kondisi dalam praktik
pembelajaran.
Menurut Kemmis dan MC. Taggart yaitu :  “PTK adalah studi yang dilakukan untuk
memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana, dan dengan sikap mawas diri.”
Menurut Rochman Natawijaya,   “PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan
praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan
yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.”
Menurut pendapat Suyanto  “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional.”
Menurut PGSM pengertian “PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan –
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut
dilakukan.
Menurut Kasihani PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan - kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-
tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas
permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari – hari.
Selanjutnya I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution merumuskan
pengertian penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.”

Langkah – Langkah PTK


Melaksanakan PTK, memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, agar hasil
yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Menurut Zainal
Aqib dkk, merumuskan langkah – langkah PTK sebagai berikut :
 Tahap 1 : Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yakni :
 Identifikasi masalah
 Merumuskan masalah
 Pemecahan masalah
Tahap 2 : Acting (pelaksanaan)
Tahap 3 : Observation (pengamatan)
Tahap 4 : Refleksi
Tambahan : Siklus – siklus dalam PTK
1.      Tahap perencanaan
Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan
masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan
yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
 Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi
permasalahan. Identifikasi ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter kepada
pasiennya. Jika diagnosisnya tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab. Sebaliknya, jika
diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat sasaran. Demikian pula dalam
PTK, identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat
bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru
hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia, disamping memboroskan waktu dan biaya.
Identifikasi masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab,
tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana tidak semua
penyakit dapat disembuhkan dengan resep dokter spesialis tertentu. Hanya masalah-masalah
tertentu yang dapat diatasi dengan PTK, sebagaimana penyakit tertentu yang hanya bisa
sembuh dengan resep tertentu pula. Empat langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi
masalah mengenai sasaran.
a.   Masalah Harus Rill, masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat,
dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru.
b.   Masalah Harus Problematik
Banyak masalah di sekolah, tetapi, tidak semua masalah layak diangkat dalam PTK.
Hanya permasalahan yang problematiklah yang layak diangkat dalam PTK.
Permasalahan yang bersifat problematik adalah permasalahan yang bisa dipecahkan
oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk
mengatasinya secara penuh.
c.   Manfaatnya Jelas
Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Hasil PTK harus
dapat dirasakan, bagaikan obat yang menyembuhkan. Untuk mendapatkan manfaat
PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi
jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut berhasil
diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut tidak
teratasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun para pelaku PTK
untuk dapat menemukan hasil atau “obat” yang mujarab.
d.    Masalah Harus Fleksibel
Masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan
peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Jadi, tidak setiap
masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat secara jelas dapat diatasi dengan PTK.

 Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya


Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai
kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan
masalah yang rill, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus
ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab
masalah. Beberapa di antaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa, mewawancarai
siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan
wawancara dengan siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber
tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya
masalah dapat ditemukan.
Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah
yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar masalah inilah yang
nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Dengan menemukan akar masalah, maka sama
halnya dengan si peneliti telah menemukan separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi
masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari akar masalah.

 Ide untuk Memecahkan Masalah


Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana
tindakan untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah
inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum memutuskan tindakan apa
yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus mengembangkan banyak alternatif sebagai
pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai
dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa.
Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai,
sebaik apa pun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah.
Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan
menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul
penelitian.
2.      Tahap Acting (Pelaksanaan)
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang
telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa
pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak
direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar
hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula.

3.      Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan
bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain,
observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi,
dan lain-lain).
Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh
kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara
tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus
berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa
Suharsimi mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab,
antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan. Walaupun demikian,
tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga dalam PTK. Hanya
saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan
menunjukkan suatu urutan.
Ketika guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis seluruh
perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan diterapkan. Atas
dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan seorang
pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru. Sambil
merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatan-catatan kecil
agar memudahkan dalam menganalisis data.
4.      Tahap Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering
disebut dengan istilah "memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan
pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan
kekurangannya.
Jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut
sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri
sendiri. Ia harus jujur terhadap dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya.
Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi
mana harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan
tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan
tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika
PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan
diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi
lain yang harus diperbaiki.
5.      Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus
dalam PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana disebutkan
di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya
merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua,
dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang
satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Setiap akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya, guru dan
pengamat harus selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan tindakan baru atau
memasuki siklus kedua. Dengan proses atau tahapan yang sama, guru dapat melanjutkan ke
siklus-siklus berikutnya, jika memang sampai pada siklus tertentu ia belum merasa puas atau
belum berhasil mendongkrak prestasi belajar siswa. Demikian seterusnya, sehingga semakin
banyak siklus yang dilalui, semakin baik hasil yang diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan
guru dan kepuasan siswa atas prestasi belajarnya.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan
yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan
sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta
didik, dan atau implementasi sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai
adanya permasalahan tersebut, yang besar kemungkian masih tergambarkan secara kabur,
guru kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan
mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian
pustaka yang relevan.
Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru” , menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dipahami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
2.      Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat
masyarakat berkembang secara cepat.
3.      Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
4.      Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode
baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
5.      Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6.      Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas
dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
7.      Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8.      Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
9.      Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan
prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga
untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di
dalamnya

Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik
berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta
yang juga dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat
dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses penelitian
tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena tujuan utama dari penelitian tindakan kelas
adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran.
Artinya, dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus banyak berlatih mengaplikasikan
berbagai tindakan alternatif yang telah dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan
pembelajaran. Di sini guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan
praktik pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang
dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996) menegaskan bahwa
tujuan utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan keterampilan guru berdasarkan
pada persoalan-persoalan pembelajaranyang dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan bukannya
bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.[6]
McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah untuk
perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses
pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan
professional pendidik dalam menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan
ituudapat di capai ? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative
dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian
penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh
pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi.

Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah:
1.       terjadinya proses latihan dalan jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
2.       Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam
pembelajaran.
3.       Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan
pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.[7]

Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga)
komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru dan
skolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
1.      Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik
strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga
kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat
segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan hasil belajar
siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan haisl
belajar siswa. Kuduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan
untuk melakukan PTK.
2.      Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan
menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara
professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang
sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti
dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan
dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan
tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri,
melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu saja akan
selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa
depan dan mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam
pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.[8]
3.      Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan
kinerjanya secara professional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak
akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam
melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena
meningkatkan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan
meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Manfaat yang dapat dipetik jika guru mau dan mampu melaksanaan penelitian tindakan kelas
itu terkait komponen pembelajaran antara lain:
1.      Inovasi pembelajaran.
2.      Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas.
3.      Peningkatan profesionalisme guru.[9]
Dari beberapa penjelasan diatas, maka adapun manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Secara umum, yaitu :
1.      Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi
bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam
forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
2.      Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel
ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru.
3.      Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu
sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan
meningkatkan mutu pembelajaran.
4.      Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program
pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini
memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
5.      Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang
dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.
6.      Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau
media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-
sungguh.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK berbeda dengan penelitian formal, pada umumnya PTK memilki karateristik sebagi
berikut:
1.      Fokus peneliti Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk menangani suatu problematika actual pada
setting pendidikan. Dengan demikian,para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu
praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan.
Isu-isu ini dapat merupakan masalah dari seorang guru di dalam kelas atau sebuah
problematika yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung lembaga pendidikan.Ini biasa
merupakan suatu  kebutuhan bagi suatu isu antara sekolah dan masyarakat, sebuah isu dengan
suatu kebijakan sekolah atau stuktur yang menghambat kebebasan individu dan tindakan,
atau suatu urusan individu di kota-kota kecil dan kota-kota besar. Para peneltian tindakan
tidak melakasanakan benuk penelitian ini untuk memajukan pengetahuan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan akan tetapi untuk memecahkan suatu problem tersebut sifatnya terapan.
2.            Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
Dalam hal ini para peneliti tindakan terjun ke dalam penelitian partisipatori atau penelitian
self reflektif  di mana mereka mengalihkan pendangan pengamatan mereka pada ruang kelas,
sekolah , atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. Karena mereka mengkaji situasi
mereka sendiri, mereka merefleksikan tentang apa yang telah mereka pelajari suatu bentuk
pengembangan diri serta apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki praktik-praktik
pendidikan mereka. Dalam refleksi ini para peneliti tindakan menimbang solusi yang
berbeda-beda pada problema mereka dan belajar dari menguji ide. Penelitian tindakan yang
demikian telah disebut “suatu self refleksi spiral”.
3.            Kolaborasi
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra deng pihak lain, seperti teman sejawat.
Jadi dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini
diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolabborasi dalam pelaksanaanny,
seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah,guru dengan dosen
ataupun guru dengn pengawas.[10]
4.             Suatu proses yang dinamis
Para peneliti PTK yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan
kegiatan, seperti suatu ”spiral” dari beberapa kegiatan. Ide penting ialah bahwa peneliti
“spiral” kembali maju  mundur diantara refleksi atau merenungkan suatu problema,
pengumpulan data, dan tindakan suatu team school-based, misalnya biasa mencoba beberapa
tindakan setelah merefleksikan atau merenungkan waktu yang paling baik bagi sekolah
menengah atas untuk memulai.
5.             Suatu rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi suatu rencana tindakan. Pada bebrapa poin di
dalam proses kegiatan penelitian tersebut,peneliti PTK merumuskan suatu rencana tindakan
untuk merespon terhadap problema. Perencanaan ini mungkin penting karena penyajian data
terhadap penyandang dana,membangun suatu program sebagai pilot proyek atau sebagai
perintis, menyediakan beberapa program yang sifatnya berkompetensi, atau
mengimplementasikan suatu agenda penelitian yang sedang berjalan untuk menyelidiki
praktik kegiatan yang baru. Ini bias merupakan suatu perencanaan tertulis, formal atau
diskusi-diskusi informal tentang bagaimana menjalankan, dan ini mungkin melibatkan
beberapa orang individu atau melibatkan seluruh komunitas.
6.            Penelitian Bersama
Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator melaporkan dan diplubikasikan
dalam juranl dan buku-buku para peneliti PTK melaporakn hasil kegiatan penelitian mereka
kepada para pendidi, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009), sedikitnya ada dua hal yang menjadi karakteristik
umum PTS. Pertama, masalah yang diangkat untuk dipecahkan, harus berangkat dari praktik
pendidikan nyata di sekolah tersebut. Kedua, Kepala Sekolah atau pengawas dapat meminta
bantuan orang lain untuk mengenal serta mengelaborasi masalah yang akan dijadikan topik
penelitian.[11]
E.     Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum ada 4 prinsip kunci penelitian tindakan kelas,yaitu:
1.      Kritik Reflektif, yaitu suatu perhitungan situasi,seperti catatan atau dokumen
pejabat,digunakan untukmembuat tuntutan  tersembunyi menjadi lebih baik.
2.      Kritik Dialektika,  digunakan untuk memahami antara fenomena dan konteksnya.
3.      Sumber Daya Kolaboratif, prinsip ini mempersyaratkan  bahwa setiap gagasan
seseorang sama penting dengan sumber daya potensial.
4.      Ambil Resiko, proses perubahan mengancam semua cara yang telah ditetapkan
sebelumnya,maka diperlukan kejelian untuk mengambil resiko.[12]
Sedangkan Menurut Hopkins ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu:
1.      PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama seorang guru
adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya tidak
berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus
diperhatikan, pertama guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab
profesionalnya dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil
yang kurang maksimal. Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan
keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus
berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.
2.      Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari
guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin
harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru
sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
3.      Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat
mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya,
penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar
telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.
4.      Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah
penelitian diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari tanggung
jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap
pengembangan profesinya.
5.      Konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan
kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga,
disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
6.      Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun kelas
merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian
sejauh mungkin harus menggunakan wawasan yang lebih luas dari tindakan perspektif, tidak
dilihat terbatas dalam konteks kelas atau pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah
secara keseluruhan.[13]
Dalam melakukan penelitian ada beberapa hal yang tidak boleh dilupaka,yang mena menurut
Nana Syaodih itu sangat pokok, yaitu:
1.      Objektivitas
2.      Ketepatan
3.      Verifikasi
4.      Penjelasan ringkas
5.      Empiris
6.      Penalaran logis
7.      Kesimpulan kondisional
8.      Langkah- langkah penelitian
9.      Identifikasimasalah
10.  Merumuskan dan membatasi masalah
11.  Melakukan studi kepustakaan
12.  Merumuskan hipotesis
13.  Menentukan desain dan metode penelitian
14.  Menyusun instrumen dan mengumpulkan data
15.  Menginterpretasikan temuan, membuat kesimpulan dan rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai