Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Terkait Sistem Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang, dapat inernberikan otonomi pada
dirinya.
3. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puns dengan kchiclupannya, banyak
keingimin ywig kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya meniadi morat-marit.
5. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsarv, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
ormig lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila:
1. Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang
lain).

4
2. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena
berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit
cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.

2.2 Masalah Yang Sering Muncul


Depresi
a.   Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan
komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna,
gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri,
kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto).
b.  Penyebab depresi pada lansia:
 Penyakit fisik
 Penuaan
 Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
 Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)
 Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup
banyak lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak
menyenangkan atau cukup berat.
 Serotonin dan norepinephrine
 Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang.
Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia yang membantu
komunikasi antar sel-sel otak.
c.   Factor pencetus depresi pada lansia:
 Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak,
faktor risiko vaskular, kelemahan fisik.
 Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal,
peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai,
kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan
penggunaan obat-obatan tertentu.
d.   Gejala depresi pada lansia:
1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini.
Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan
kesenangan.
2) Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
 Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi
tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan,

5
namun berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang
cenderung akan kehilangan gairah makan.
 Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
 Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang
mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu
tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya
menyia-nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai
banyak kemajuan", seringkali terjadi.
 Berat badan berubah drastis
 Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai
macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit
tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru
terlalu banyak tidur.
 Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir
dengan jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif.
Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk
memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka
waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya
tidak bisa berkonsentrasi".
 Keluarnya keringat yang berlebihan
 Sesak napas
 Kejang usus atau kolik
 Muntah
 Diare
 Berdebar-debar
 Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang
mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih
dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk
mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya
yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan
lemah.
 Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya
capai".
3)  Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit
sistemik dan penyakit degeneratif.
4) Secara psikologik geplanya:

6
 Kelilhuigan harga diri/ martabat
 Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi
 Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya:
penyalahgunaan alkohol/ narkoba, nikotin, dan obat-obat
lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang
mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk,
diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi
sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara
tidak langsung.
 Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri
5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat
tinggal.

2.3 Penanganan Secara Umum


1. Diagnosis:
Diagnosis medis gangguan kognitif ditetapkan dengan melakukan
skrining yang cermat untuk mengesampingkan penyebab lain gejala-gejala
tersebut. Skrining-skrining tersebut meliputi:
 Pemeriksaan status kesehatan jiwa dan pemeriksaan neuropsikologik.
 pemeriksaan darah komprehensif, meliputi HDL, (Hitung Darah
Lengkap), kimia darah, vitamin B12, dan kadar folat, tiroid dan tes fungsi
hati serta ginjal.
 Studi pencitraan otak, meliputi Computed Tomography (CT), Positron
Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
 Gangguan depresi pada klien lansia dapat dimanifestasikan dengan
gejala-gejala yang serupa dengan gejala gangguan kognitif'. Oleh karena
itu, gangguan depresi harus dikesampingkan.
2. Depresi
Depresi yang merupakan masalah mental paling banyak ditemui
pada lansia membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada
aspek fisik, mental dan sosial. Di samping itu, depresi pada lansia harus
diwaspadai dan dideteksi sedini mungkin karena dapat mempengaruhi
perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup pasien.
Deteksi dini perlu dilakukan untuk mewaspadai depresi, terutama
pada lansia dengan penyakit degeneratif, lansia yang menjalani perawatan
lama di rumah sakit, lansia dengan keluhan somatik kronis, lansia dengan
imobilisasi berkepanjangan serta lansia dengan isolasi sosial.

7
Penanganan depresi lebih dini akan lebih baik serta menghasilkan
gejala perbaikan yang lebih cepat. Depresi yang lambat ditangani akan
menjadi lebih parch, menetap serta meminbulkan resiko kekambuhan.
Depresi yang dapat ditangani dengan baik juga dapat menghilangkan
kcitigiiian pasien untuk melukai dirinya sendiri termasuk upaya bunuh diri.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam terapi depresi pada lansia
a. Perubahan faal oleh proses menua
b. Status medik atau komorbiditas penyakit fisik
c. Status tLiiigsioiial
d. Interaksi antar obat
e. Efektivitas dan efek camping obat
f. Dukungan social
Penatalaksanaan depresi pada lansia:
a. Terapi biologik:
1) Pemberian obat antidepresan
Terdapat beberapa pilihan obat anti depresi yaitu jenis Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac (fluoxetine); Zoloft
(setraine), Cipram (citalopram) dan Paxil (paroxetine). Jenis
NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis Tricylic antidepresan:
Tofranil (imipramine) dan Norpramin (desipramine). Reversible
Inhibitor Mono Amine Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix.
Stablon. (Tianeptine).
2) Terapi kejang listrik (ECT), shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT) dengan cara shock
therapy untuk pasien yang tidak memberi respon positif terhadap,
obat antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk
menyeimbangkan unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan
efektif serta dapat diulang 3 kali seminggu sampai pasien
menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah kehilangan
kesadaran sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk
mengurangi resiko bunuh diri pada pasien tertentu.
3) Terapi sulih hormon
4) Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
b.  Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan mengatasi masalah
psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian maladaptif, distorsi pola
berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif, hambatan relasi
interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi masalah

8
sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga, kendala
terkait faktor kultural, perubahan peran sosial.
Psikoterapi yang dapat ditempuh dengan sesi pembicaraan
dengan psikiater dan psikolog dapat membantu pasien melihat bahwa
perasaan yang dialaminya juga dapat terjadi pada orang lain namun
karena menderita depresi ia mengalami kondisi yang berlebihan atas
perasaannya sendiri.
Seluruh instrunien yang terdapat pada diri perawat merupakan alat
praktek yang memiliki efek terapi apabila digunakan secara tepat.
1) Mata dengan pandangan yang penuh perhatian, mimik muka dan
ekspresi wajah simpati, sikap yang tepat merupakan alat perawat
untuk membantu klien untuk mengembalikan rasa percaya diri serta
perasaan diperhatikan dan dihargai sebagai manusia yang
bermartabat. Penerimaan yang tulus dari perawat tanpa ada
sentimen apapun berdasarkan latar belakang merupakan kepuasan
tersendiri yang akan diterima oleh klien jika mendapatkan
pelayanan dari perawat.
2) Dengan telinga perawat bisa mendengarkan segala keluh kesah
pada klien yang mengalami depresi. Sebagaimana diuraikan
sebelumnya bahwa depresi timbul akibat adanya dorongan negatif
dari super-ego yang diresepsi dan lambat laun akan tertimbun
dialam bawah sadar. Sehingga depresi adalah sebentuk penderitaan
emosional. Kekecewaan ataupun ketidakpuasan secara emosional
yang direpresi tidak secara otomatis akan hilang, melainkan
sewaktu-waktu akan muncul (return of the repressed).
Oleh karena itu sebagai toksin (racun) penyebab depresi
yang ada pada diri lansia perlu digali dan dikeluarkan, salah satu
medianya dengan percakapan. Psikoterapi malah sering
didefenisikan dengan penyembuhan melalui percakapan. Menurut
para ahli psikoterapi percakapan efektif untuk menyembuhkan
kepribadian yang terluka, jika dirancang dan didesain secara tepat,
kontinyu, dilaksanakan dengan perhatian yang tulus, dimulai
dengan hubungan baik, serta mampu menumbuhkan harapan klien.
Dalam percakapan tentu perlu ada yang mendengarkan. percakapan
antara perawat dengan klien bukanlah sekedar pemberian nasehat
(advice giving) dimana perawat memiliki otoritas yang dominan
untuk menceramahi klien, dan klien harus menurut.

9
Dalam tehnik percakapan ini perawat lebih banyak menjadi
pendengar yang efektif. Saat klien telah mampu mengungkapkan
perasaannya maka berilah kesempatan yang seluas-seluasnya,
dengan aman, dan nyaman untuk bercerita. Dengan bercerita dan
perawat mendengar dengan penuh minat, maka klien telah mulai
bekerja mengeluarkan segala kecemasan, serta perasaan-perasaan
yang menekan jiwanya. jika dilakukan secara terencana dan.
kontinyu, maka kernungkinan besar toksin (racun) depresi pada
klien akan terangkat seluruhnya sampai bersih.
Tugas perawat adalah mernbantu klien memahami realitas
apa yang sesungguhnya dialami, sehingga klien bisa keluar dari
kondisi yang membuatnya depresi. perawat dalam proses
pertolongan agar sangat berhati-hati jangan sampai timbul proses
pemberian nasehat yang justru menimbulkan kesan menghakimi,
sebab penghakiman adalah cairan cuka yang disiranikan pada luka
emosional klien. Sikap yang terkesan menasehati ataupun dengan
sengaja menasehati merupakan bakteri/ racun baru yang akan
memperbesar tumor depresi klien. Nasehat yang terlalu dini/
dominan serta tidak pada tempatnya tidak akan berdampak pada
penyembuhan, sebab sebelum klien butuh nasehat sebagai salah
satu ramuan obat, maka klien perlu mengeluarkan segala bentuk
tekanan emosionalnya. Bercerita, berkeluh kesah, mendesah,
mengadu, curhat, ataupun menangis bahkan berontak adalah
merupakan cara alamiah untuk mengernbalikan keseimbangan dan
kestabilan emosional klien serta akan melepaskan energi-energi
negatif yang menggantung dan menyesakkan jiwanya. Karenanya
perawat yang memainkan peran sebagai konselor/ terapis jangan
buru-buru mengeluarkan kata-kata seperti: "oma mesti sabar
menghadapi kenyataan ini" atau "oma, jangan menangis tidak
baik" atau "tidak baik berkeluh kesah" dan sebagainya. Kata-kata
seperti itu hanya akan menyumbat upaya klien mengobati dirinya.
Jika klien berkeluh kesah, menangis, mengadu, curhat, maka
berilah kesempatan, karena klien pada saat sedang melepaskan
toksin/ racun dalam jiwanya, yang diharapkan adalah dukungan
dan perhatian dari konselor. Jika klien meminta saran dan
tanggapan, maka berikanlah saran dan tanggapan dengan selogis
dan serealistis mungkin, jawaban tidak harus kepastian, tapi

10
usahakan klien diajak berpikir untuk, menemukan solusi yang
paling tepat. Klien perlu dirangsang untuk berpikir secara positif
dan realisitis dalam menghadapi situasi sulit. Menasehati ataupun
mendikte bukanlah cara yang bijak sekalipun nasehat itu cocok
untuk dilakukan oleh klien, sebab akan membuat klien malas
berpikir dan tidak pernah belajar untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Klien perlu juga diberdayakan, sebab klien memiliki
potensi yang cukup untuk menolong dirinya, perawat perlu
mengingatkan dan memunculkan kembali potensi-potensi tersebut,
kuatkan klien dan kembalikan kepercayaan dirinya untuk melawan
depresi.
c. Perubahan gaya hidup
Aktivitas fisik terutama olah-raga. Pasien dibiasakan
berjalan kaki setup pagi atau sore sehingga energi dapat
ditingkatkan serta mengurangi stress karena kadar norepinefrin
meningkat. Selain itu, pasien juga dapat diperkenalkan pada
kebiasaan meditasi serta yoga untuk menenangkan pikirannya:
Setidaknya ada dua alasan penting mengapa olah raga perlu untuk
penderita depresi.
1) Pertama, olah raga meningkatkan kesadaran sistem syaraf sentral.
Denyut nadi meningkat dan membangkitkan semua sistem. Hal ini
berlawanan dengan penurunan kesadaran syaraf sentral akibat
adanya depresi.
2) Kedua, olah raga bisa memacu sistem syaraf sentral. Endorphin
adalah molekul organik yang seperti halnya norepinephrine dan
serotonin, berfungsi sebagai kurir kimiawi. Kadang endorphin
dianggap, sebagai candu (opium) alami yang berfungsi untuk
meningkatkan proses biologic untuk mengatasi depresi. Karenanya
perawat diharapkan bisa mengidentifikasi olah-raga yang disenangi
oleh klien yang terindikasi depresi dan mendesainnya menjadi
sebuah program yang kontinyu dan rutin. Perawat dapat
bekerjasama dan berkonsultasi dengan tenaga medis mengenai
berbagai bentuk gerak yang efektif yang bisa menstimulus detak
jantung.
d.  Diet sehat untuk mengurangi asupan gizi yang menambah kadar stress
juga perlu dilakukan. Memperhatikan jenis makanan yang akan
disajikan kepada lanjut usia yang mengalami depresi. Depresi

11
berhubungan dengan tingkat kesadaran yang rendah. Kesadaran
mengacu pada proses psikologis yang meliputi hal-hal seperti misalnya
kemampuan untuk memusatkan perhatian seseorang dan kemampuan
untuk bekerja secara efektif. Makanan berat secara otomatis akan
memicu tindakan bagian syaraf parasimpatik yakni cabang dari sistem
syaraf otonom yang menurunkan kesadaran. Darah dialirkan ke proses
pencernaan untuk membantu seseorang mencerna makanan yang
dimakan. Sewaktu darah meninggalkan otak dan tangan serta kaki,
tubuh akan merasa lemas dan mengantuk, karena itu makanan berat
cenderung memicu depresi. Karena itu dianjurkan untuk makan
makanan ringan, ketika lapar diantara jam-jam makan, akan tetapi
sebaiknya menghindari makanan yang mengandung kadar gala yang
tinggi. Sementara kudapan yang rendah kalori dan berprotein tinggi
akan membuat seseorang tetap segar, memuaskan rasa lapar, dan tidak
mengganggu kesadaran optimal seseorang.

12

Anda mungkin juga menyukai