TES FORMATIF
1. Merupakan tipe atresia ani, dimana sering terjadi pada anak laki-laki,
dengan kondisi mekoneum keluar melalui lubang kecil di kulit daerah
perineum. Jenis atresia tersebut adalah:
A. Tanpa fistel
B. Fistel vestibulum
C. Fistel urin
D. Fistel kloaka
E. Fistel kulit
2. Jenis atresia ani ini sering terjadi pada anak perempuan, dimana saluran
kemih, vagina, dan rektum bermuara pada satu lubang di daerah kemaluan.
Jenis ini adalah:
A. Atresia tanpa fistel
B. Atresia fistel urin
C. Atresia fistel vagina
D. Atresia fistel kloaka
E. Atresia fistel kulit
3. Jika 1) fistel urin, 2) fistel kloaka, 3) fistel kulit, 4) fistel vestibulum.
Manakah yang termasuk tipe atresia ani pada laki-laki:
A. 1, 2, 3
B. 1, 3
C. 2, 4
D. 4
E. 1, 2, 3, 4
4. Jika ditemukan gejala bayi muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak
terdapat defekasi mekonium, gejala ini terdapat pada:
A. Atresia ani dengan penyumbatan lebih tinggi
B. Atresia ani dengan penyumbatan lebih rendah
C. Membran anus menetap
D. Lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu
E. Stenosis rektum
5. Jika 1) fistel urin, 2) fistel kloaka, 3) fistel kulit, 4) fistel vestibulum.
Manakah yang termasuk tipe atresia ani pada perempuan:
A. 1, 2, 3
B. 1, 3
C. 2, 4
D. 4
E. 1, 2, 3, 4
1. Konsep Atresia Ani
a. Definisi
Atresia Ani adalah kelainan atau anomali pada organ kolon, dengan
manifestasi berupa tidak lengkapnya perkembangan embrionik anus
(Maryanti, 2019). Dengan kata lain, tidak dijumpainya anus pada
daerah perineum. Tipe-tipe atresia ani menurut WHO (2013), yaitu:
1) Pada anak laki-laki terdiri atas beberapa tipe yaitu tanpa fistel
(rektum buntu tanpa fistel), fistel urin (mekoneum keluar
melalui saluran kemih), dan fistel kulit (mekoneum keluar
melalui lubang kecil di daerah perineum).
2) Pada anak perempuan terdiri dari: tipe tanpa fistel (rektum
buntu tanpa fistel), fistel vestibulum/ vagina (mekoneum keluar
melalui lubang kemaluan), dan tipe kloaka (saluran kemih,
vagina, dan rektum bermuara pada satu lubang di daerah
kemaluan)
1.Seorang anak laki-laki, usia 2 bulan, dibawa ke rumah sakit oleh ibunya
karena ada keluhan perut kembung dan tidak bisa buang air besar.
Setelah diperiksa, ibu klien mengatakan anaknya bisa BAB jika diberi
obat pencahar melalui dubur. Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan
adanya pembesaran pada abdomen, pembesaran colon desenden dan
tampak vena di bagian abdomen. Dari hasil pemeriksaan dan tanda klinis
yang muncul, apakah yang terjadi pada anak tersebut:
A. Atresia ani
B. Konstipasi
C. Hirschprung
D. Obstipasi
E. Atresia ductus hepaticus
2. Seorang anak laki-laki, usia 2 bulan, dibawa ke rumah sakit oleh ibunya
karena ada keluhan perut kembung dan tidak bisa buang air besar.
Setelah diperiksa, ibu klien mengatakan anaknya bisa BAB jika diberi
obat pencahar melalui dubur. Dari pemeriksaan diagnostik ditemukan
adanya pembesaran pada abdomen, pembesaran colon desenden dan
tampak vena di bagian abdomen. Masalah keperawatan yang muncul dari
kasus tersebut adalah:
A. Konstipasi
B. Kekurangan volume cairan
C. Perubahan pola eliminasi
D. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
E. Gangguan rasa nyaman
1.Tatalaksana diet yang tepat bagi anak yang sakit tifoid adalah:
A. Diet tinggi kalori tinggi protein
B. Diet rendah protein
C. Diet rendah garam
D. Diet tinggi serat
E. Diet rendah serat
2. Seorang anak laki-laki usia 4 tahun dibawa ke IGD oleh ibunya karena
diare sudah 3 hari dan panas tinggi. Saat ini anak rewel. Hasil pengkajian
diperoleh BAB 9 kali perhari, encer, dan tidak ada darah. Nadi 110 kali
permenit, RR 28 kali permenit, dan suhu 39oC. Perawat ingin mengkaji
apakah pasien mengalami dehidrasi. Dari kasus tersebut, tanda dehidrasi
dapat dikaji dengan cara:
A. Melihat ubun-ubun anak
B. Melihat konjungtiva anak
C. Melihat warna lidah anak
D. Mencubit kulit area tangan
E. Mencubit kulit area perut
3. Hasil observasi pada bayi, usia 2 bulan, dengan diare diperoleh hasil suhu
38,9oC, pernapasan 45 kali permenit, mata cekung, turgor kulit kembali
sangat lambat, serta ubun-ubun cekung. Area kulit di sekitar perianal
nampak memerah dan agak lecet. Dari kasus tersebut, prioritas masalah
keperawatannya adalah:
A. Diare
B. Hipertermi
C. Kerusakan integritas kulit
D. Ketidakefektifan pola napas
E. Kekurangan volume cairan
(1) Anak 1-2 bulan dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam pertama 40 ml/kgBB/menit=3
tts/kgBB/menit (1 ml=15 tts); 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/menit=3tts/kgBB/menit; 16 jam
berikutnya 125 ml/kgBB/oralit
(2) Anak 2-5 tahun dengan BB 10-15 kg, 1 jam pertama: 30
ml/kgBB/menit atau 8 tts/kgBB/menit.
(3) Anak usia 5-10 tahun dengan BB 15-25 kg, 1 jam
pertama: 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/menit; 7 jam
berikutnya: 10 ml/kgBB/menit atau 3 tts/kgBB/menit; 16
jam berikutnya: 105 ml/kgBB oralit per oral
(4) Bayi baru lahir dengan BB 2-3 kg, kebutuhan cairan: 125
ml+100 ml+25 ml = 250 ml/kgBB/24 jam
(5) Untuk bayi berat lahir rendah: kebutuhan cairan: 250
ml/kgBB/24 jam dengan perbandingan 4:1 (4 glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1,5%)
2. Berikut ini anak yang dinyatakan positif TB paru dengan sistem skoring,
kecuali:
A. Jika skor 5, dengan gejala klinis yang meragukan
B. Jika jumlah skor ≥ 6, dengan jumlah maksimal 13
C. Jika skor 5 terdiri dari poin BTA positif dan 2 gejala klinis lain
D. Jika skor 6 disertai dengan gejala klinis yang jelas
E. Jika jumlah skor 8 disertai hasil foto thorak