Anda di halaman 1dari 3

Werther-nya Goethe dan Konflik Eros-Logos dalam Psikoanalisis

Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) disebut-sebut sebagai salah satu sastrawan besar dunia
yang berasal dari Frankfurt am Main, Jerman. Selain sebagai sastrawan, ia juga dikenal sebagai
ilmuwan dalam bidang biologi anatomi yang turut mempengaruhi Darwin dalam teori evolusi dan
juga berkarir sebagai negarawan. Setiawati Darmowujono di dalam pengantar novel Goethe yang
berjudul Penderitaan Pemuda Werther (2000) yang diterjemahkan oleh Moh. Godjali Harun
mengatakan bahwa Goethe mengalami berbagai aliran pemikiran Eropa seperti awal masa
Pencerahan, Rokoko, Pietisme, Masa Pencerahan, Sturm und Drang, Klasisisme, Romantisme, dan
menjelang masa Realisme.

Tak dapat disangkal memang bahwa karya-karya yang ia hasilkan terkena pengaruh dari aliran
pemikiran Eropa saat itu. Novel yang kali ini akan saya bahas, Penderitaan Pemuda Werther
menunjukkan indikasi-indikasi tersebut, dari kecintaan yang besar terhadap alam, sikap tidak senang
dengan tradisi bangsawan, tokoh utama yang seorang terpelajar, dan lain sebagainya.

Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Werther yang bertemu dengan seorang
perempuan bernama Lotte saat pergi ke suatu pesta dansa. Sebelum bertemu dengan Lotte,
Werther sebenarnya sudah diperingatkan bahwa jangan jatuh cinta padanya. Ternyata hal ini karena
Lotte sudah memiliki tunangan.

Tetapi Werther tidak menggubris, alhasil ia benar-benar jatuh cinta karena kecocokan-kecocokan
yang ada di antara mereka berdua. Ia pun jadi sering bertemu dengan Lotte, bahkan sampai
berkenalan dan berteman dengan Albert, tunangan Lotte. Seiring waktu berjalan, Werther semakin
sadar bahwa cinta ini hanya menyiksanya dan pada akhirnya memutuskan bunuh diri.

Gaya tulisan Goethe yang berhasil dialihbahasakan dengan indah membuat kita dapat tenggelam
dalam narasi-narasinya yang sangat puitis. Pertemuan antara keresahan cintanya dan juga interaksi
pikirannya dengan alam menghasilan bentuk ekspresi yang mendalam dan mendayu-dayu. Tetapi,
kali ini saya tidak akan sekadar membahas karya Goethe yang satu ini hanya sebagai karya sastra,
tetapi sebagai contoh dari kasus dalam psikoanalisis, suatu konflik eros melawan logos.

Mengutip Kamus Praktis Psikoanalisis (2018) yang ditulis Nandor Fodor dan Frank Gaynor,
psikoanalisis adalah konsepsi dinamis yang mereduksi kehidupan mental pada kondisi saling
memengaruhi antara kekuatan yang mencegah dan kekuatan yang mendesak. Tokoh yang terkenal
dalam pendirian psikoanalisis ialah Sigmund Freud, yang mana berperan besar dalam perluasan
penelitian pada wilayah pikiran.

Lalu, konflik apa yang dimaksud sebelumnya? Secara pengertian, eros adalah insting naluriah yang
selalu ingin dipuaskan. Ia adalah hasrat yang tidak mengenal baik-buruk atau aman-bahaya. Ia juga
tak mengenal waktu dan tempat. Dorongannya untuk selalu terpenuhi tanpa memperhatikan kondisi
inilah yang membuatnya terlibat konflik dengan logos, yaitu nalar.

Dunia eksternal pastinya tidak dapat memberikan kepuasan seutuhnya bagi eros, terlebih karena jika
ia dibebaskan maka ia akan berbenturan dengan kepentingan individu-individu yang lain. Maka logos
berperan dalam mendominasi eros untuk membatasi apa yang bisa direalisasikan, karena sifat eros
yang terlalu bebas juga dapat menjadi hal yang destruktif bagi diri individu.

Upaya pembatasan eros dapat ditemui dalam tabu. Masih menurut Kamus Praktis Psikoanalisis, tabu
dipaksakan dari luar dan ditujukan untuk melawan hasrat terkuat manusia. Pembatasan-pembatasan
ini, yang menjadi akar dari kekecewaan dan penderitaan kita karena eros yang mengharapkan
kesenangan sebagai prinsip hidup, menghasilkan satu pihak lagi. Selain eros dan logos, ternyata ada
pula thanatos, yaitu prinsip kematian.

Valentinus Saeng di dalam buku Herbert Mercuse: Perang Semesta Melawan Kapitalisme Global
(2012) mengatakan bahwa kehadiran dan karya thanatos mengungkapkan diri dalam regresi insting
ke dalam rahim ibu, Nirvana. Rahim ibu adalah simbol kepuasan permanen dan kekal. Herbert
Mercuse membagi tindakan thanatos menjadi mengakhiri hidup atau justru bisa dialokasikan
menjadi energi untuk mengakhiri rasa sakit dan penindasan dari logos.

Werther di dalam novel ini mencintai Lotte setengah mati. Cintanya pada Lotte sangat menggebu-
gebu, ia jelas-jelas ingin memilikinya, ingin berbahagia dengannya. Tetapi tak ayal, kegelisahan yang
nantinya dirasakan Werther hingga membuatnya frustrasi adalah karena realitas eksternal pada saat
itu tidak mendukung perasaannya. Ia dibendung kesadaran bahwa Lotte ialah milik Albert, tidak bisa
lain.

Bukan tak pernah Werther berpikir untuk membunuh Albert, tetapi dipikirnya itu bukan hal yang
tepat juga. Ia di saat yang sama juga menghadapi situasi kerja yang memuakkan dan ketatnya tradisi
yang membatasinya di sana-sini. Harapan Lotte agar Werther bertemu seseorang yang akan
mencintainya tak juga terkabul.

Werther merasa tak punya jalan keluar. Thanatos menjadi bayang-bayang yang membujuk-bujuk
eros di dalam dirinya untuk lepas dari segala kegelisahan dan rasa sungkan akibat merasa
mengganggu hubungan rumah tangga orang. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengutus
pembantunya mengirimkan surat kepada Albert yang berisikan permintaan untuk meminjam pistol.

Dengan alasan yang dibuat-buat, Lotte maupun Albert tidak mengira bahwa nantinya dengan pistol
itu Werther memilih untuk menerima ajakan thanatos. Ia menerima pembebasannya yang ia rasa
lebih baik daripada terus-terusan tersiksa begini. Seperti apa katanya sendiri, bahwa di antara ia dan
Albert harus ada yang mundur, pasti itu bukan Albert, toh dilihatnya pula rasa cinta Lotte pada
tunangannya itu.

Sebagai penutup, saya kutip salah satu bagian dari novel tersebut yang berada di halaman 161,

“Dunia itu sama saja, di mana-mana, berkisar pada usaha dan kerja, imbalan dan kebahagiaan;
tetapi apa arti semua itu bagiku? Aku hanya merasa senang di tempatmu, dan di hadapanmu, aku
ingin menderita dan menikmati.” — Dan Engkau, Bapa di surga yang kucintai, akankah Engkau usir
dia?

Biodata Singkat

Nama Lengkap: Muhammad Raza Pahlawan

Domisili: Kota Bekasi


No. Kontak: 083898479205

Akun Medsos: @razapahlawan (IG)

Seorang pengamat sosial dari SMP. Mulai menulis esai-esai sejarah di Instagram dan di Medium
serta Tumblr pertengahan SMA. Selain menulis isu-isu sosial, juga gemar menulis cerpen dan
berpuisi.

Anda mungkin juga menyukai