Makala H
Makala H
PENDAHULUAN
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi
dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula
yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya
makanan tunggal bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh
zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Selain itu secara alamiah ASI dibekali oleh enzim
pencernaan susu, sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap
gizi ASI. Di lain pihak, sistem pencernaan bayi usia dini belum memiliki cukup enzim
pencernaan makanan (Arif, 2009). Menurut Janah, (2013). ASI eksklusif adalah
pemberian Air Susu Ibu Sedini mungkin setelah persalinan yang diberikan tanpa
jadwal, dan tidak diberikan makanan dan minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan.
Menyusui tidak hanya mendekatkan emosi ibu pada bayi, tetapi sekaligus
memberikan konsumsi gizi yang tinggi. ASI merupakan pilihan yang terbaik bagi bayi
karena didalamnya mengandung antibodi dan lebih dari 100 jenis zat gizi, seperti
Arachidonic Acid (AA), Decosahexanoic Acid (DHA), taurin dan spingomyelin yang tidak
terdapat dalam susu sapi, sehingga tidak ada alasan bagi sang ibu untuk tidak
cakupan pemberiaan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia menunjukan
sedikit penurunan dari 61,5% tahun 2010 menjadi 61,1% pada tahun 2011 dari target
1
2
yang diberikan yaitu sebesar 80%. Cakupan pemberian ASI eksklusif sangat di
peraturan pemerintah No. 33 tahun 2012 tentang peberian ASI eksklusif, belum
pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang masih berada di bawah target nasional
yaitu sebesar 80% (Kemenkes, 2014). Faktanya banyak sekali zat gizi yang terkandung
dalam ASI sehingga pemberian ASI eksklusif tidak boleh di lewatkan (Yuliarti, 2010).
sebanyak 77% berhenti menyusui sebelum bayi berusia 3 bulan dengan alasan
presepsi ASI yang kurang sebanyak 44%, masalah payudara sebanyak 31%, dan
merasa kelelahan sebanyak 25%. Penelitian lainya yang dilakukan oleh Collin dan
scot yang dilakukan di Australia menunjukan bahwa 556 orang ibu melahirkan
sebanyak 29% sudah berhenti menyusui bayinya pada minggu kedua dengan alasan
Cakupan ASI eksklusif tidak lepas dari masalah yang terjadi dalam proses menyusui
diantaranya adanya kepercayaan yang salah bahwa ASI keluar sedikit atau ASI kurang
mencukupi kebutuhan bayi. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu, kondisi psikologis atau emosi ibu,
bentuk payudara yang tidak normal sehingga tidak dapat berperan dalam proses
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel, proses ini disebut
reflex let down atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia bagi bayi. Hal-hal lain
yang erat hubungannya dengan proses menyusui adalah sering terjadi putting susu
lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan
anatomi putting, atau bayi enggan menyusu dan produksi ASI sedikit (Bahiyatun,
2009).
bayi, kerjsama antara ibu dan keluarga dengan petugas kesehatan harus dilakukan.
diantaranya program IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan perawatan payudara pada
prenatal dan postnatal yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI serta
mencegah putting susu lecet (Astutik, 2014). Metode baru yang diperkenalkan untuk
mencegah dan mengatasi permasalahan ini diantaranya adalah pijat Laktasi. Pijat
laktasi adalah tehnik pemijatan yang dilakukan pada daerah kepala atau leher,
hormone prolaktin dan oksitosin. Hormon yang berperan dalam produksi ASI adalah
hormone prolaktin dan oksitosin saat terjadi stimulasi sel-sel alveoli pada kelenjar
payudara berkontraksi, dengan adanya kontraksi menyebabkan air susu keluar dan
mengalir kedalam saluran kecil payudara sehingga keluar tetesan susu dari putting dan
masuk kedalam mulut bayi yang disebut dengan let down refleks (Indriyani, Asmuji, &
Wahyuni, 2016).
4
Let down refleks sangat dipengaruhi oleh psikologis ibu seperti memikirkan
bayi, mencium, melihat bayi dan mendengarkan suara bayi. Let down refleks juga dapat
dihambat oleh beberapa faktor diantaranya adalah perasaan stress seperti gelisah,
perasaan kurang percaya diri takut dan cemas. Penelitian menunjukan bahwa saat
seseorang merasa bingung, depresi, cemas dan merasa nyeri terus menerus akan
mengalami penurunan hormone oksitosin dalam tubuh saat merasa stress refleks let
down menjadi kurang maksimal akibatnya ASI akan mengumpul pada payudara saja
sehingga ASI tidak bisa kembali diproduksi dan payudara akan terasa sakit,
diharapkan setelah dilakukan pemijatan laktasi Ibu akan menjadi relax sehingga dapat
peningkatan laktasi adalah IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pada Asuhan Persalinan
Normal (APN), promosi kesehatan pentingnya laktasi, dan penyuluhan laktasi pada
kelas hamil. Pijat Laktasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Malang pada saat ini belum
yang dilakukan di salah satu klinik Bidan Ny. Wartini di desa Rejoyoso Kecamatan
Bantur Kabupaten Malang pada awal bulan September, yang dilakukan dengan
metode wawancara terhadap 10 ibu pada tanggal 8 dan 13 september 2015 di klinik
orang mengatakan tidak memberikan ASI karena bukan anak kandung, 1 orang
mengatakan tidak memberikan ASI karena putting susu nyeri dan 6 orang
mengatakan tidak memberikan ASI karena air susu tidak keluar. Berdasarkan
wawancara dengan bidan Ny. Wartini didapatkan hasil cakupan ASI di desa Rejoyoso
Kecamatan Bantur Kabupaten Malang adalah sebesar 35%. Hal ini di sebabkan oleh
suatu hal yang wajar sehingga tidak memerlukan perawatan antenatal care dan
prenatal care.
yang bertujuan mengetahui pengaruh pijat Laktasi terhadap produksi ASI di desa
dari penelitian ini “Adakah pengaruh pijat Laktasi terhadap produksi ASI pada ibu
Untuk mengetahui pengaruh pijat Laktasi terhadap produksi ASI pada ibu
Malang.
1. Bagi perawat
2. Bagi Desa
pada bayi.
memenuhi kebutuhn gizi serta nutrisi untuk bayi melalui pemberian ASI
eksklusif
5. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan peneliti tentang metode laktasi yang baik dan benar
cakupan ASI eksklusif. Serta sebagai pengalaman awal dalam melakukan riset
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamuji, dkk (2014), dengan judul
Hormone Prolaktin dan Volume ASI” studi pada ibu postpartum di griya
hamil sehat Mejasem Kabupaten Tegal pada bulan April 2015, di dapatkan
tersebut yaitu metode woolwich dan endorphine sebagai variabel bebas dan kadar
prolaktin serta volume ASI sebagai variabel terikat. Perbedan penelitian ini
waktu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang saya gunakan dalam
penelitian ini adalah pijat laktasi sebagai variabel bebas dan produksi ASI
sebagai variabel terikat. Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan
2015.
Metode Massase Depan (Breast Care) dan Massase Belakang (Pijat Oksitosin)
depan (breast care) dan massase belakang (pijat oksitosin) pada ibu menyusui 0-3
belakang sebagai variabel bebas dan produksi ASI sebagai variabel terikat.
digunakan, tempat dan waktu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang
digunakan adalah pijat laktasi Sebagai variabel bebas dan produksi ASI
sebagai variabel terikat. Tempat dan waktu penelitian yang saya gunakan
2015.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Khotimah (2014), dengan judul
Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Mulyorejo Malang” pada tahun 2014 didapatkan hasil yang
signifikan terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui pada bayi 0-6
variabel yang digunakan adalah pijat laktasi sebagai variabel bebas dan
produksi ASI sebagai variabel terikat. Tempat dan waktu penelitian yang saya
1. Pijat Laktasi
Pijat laktasi adalah suatu tehnik pemijatan pada daerah leher, punggung dan,
2. ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemeberian ASI sedini mungkin pada bayi usia 0-6 bulan