Anda di halaman 1dari 5

Siklus Anak Periode 4 Januari-6 Maret 2020

Notulensi MTE dr. Finny Fitri Yani, Sp. A


5 Januari 2020

 Apakah dengan skenario-skenario yang sudah dipelajari ketika preklinik,


apakah langsung terlatih jadi dokter?
 Tidak. Berada di hadapan pasien, bisa berlatih melakukan anamnesis-
pemeriksaan fisik serta bisa menjelaskan pemeriksaan penunjang secara
langsung.
 Apakah gunanya berada dihadapan pasien langsung-->co-scapp ?
 Melatih empati
 Selain itu juga berlatih berkomunikasi dengan pasien, yang jawaban
pasien bisa langsung membuat kita berpikir.
 Melatih keberanian menghadapi pasien.
 Melatih ingatan.
 Bisa melihat dengan mata, langsung meraba dengan tangan---> melatih
dan membiasakan panca indera untuk menghadapi pasien. Makin banyak
yang dilihat, raba, bau, dsb, makin terbiasa menghadapi pasien.
 Adanya co-scapp untuk membiasakan co-ass untuk meruntutkan pikiran,
sehingga bisa menatalaksana pasien dengan runut dan tersusun secara
komprehensif. Sehingga makin lama, bisa tertanam bagaimana prinsip dan
strategi dalam pengenalan dan penatalaksanaan pasien.
 Berada di co-scapp harus memahami materi-materi yang sudah dipelajari di
pre-klinik.
 Agility. Harus ditumbuhkan didalam diri masing-masing dokter muda.
Pikirannya bisa dibuka lagi, berani out of the box, mendalami bidang
keilmuan lain yang masih ada dasar kesehatan, jika tidak berminat
berhadapan langsung dengan pasien.
 Note: menjalani co-scap perstasenya dilihat apa saja penyakit yang ada,
pahami semua secara rinci dari epidemiologi sampai komplikasi dari
penyakit-penyakit tersebut. Memahaminya dengan komprehensif.
 Kasus yang ditemukan di RS, jadikan pemicu awal untuk menggali dan
membaca.
 Hargai diri sendiri, dengan lebih rajin membaca. Jangan sampai tertinggal
dari dokter-dokter asing

Kelainan Respirologi
Contoh kasus: bayi umur 1 tahun 10 bulan dengan gejala batuk, sesak napas dan
bunyi menciut.

DD yang mungkin:
1. Bronkiolitis
2. Aspirasi benda asing
3. Hipersekresi bronkus
4. Asma

 Bagaimana patofisiologi batuk?


 Di sepanjang saluran napas, mulai dari hidung sampai ke bronkiolus ada
reseptor batuk, tapi di alveoli tidak ada
 Kemudian bisa merangsang reflek batuk--> mengenai ujung saraf aferen
--> menghasilkan impuls yang nanti akan ke pusat batuk-->
menginstruksikan kontraksi otot-otot dinding dada-->kontraksi
diafragma-->batuk.
 Pada aspirasi benda asing, bisa menghasilkan batuk karena ada benda asing
yang berada di saluran nafas sehingga merangsang reflek batuk.
 Selain adanya benda asing, yang bisa merangsang reflek batuk adalah adanya
infeksi di saluran nafas, jika disertai dengan demam.
 Jika ada kacang yang tersumbat di saluran nafas--->terangsang reflek
batuknya, sampai pasien mukanya merah dikarenakan kacang yang sebagai
benda asing disaluran nafas belum keluar. Jika kacang tersebut belum juga
keluar maka bisa bergranulasi sehingga akhirnya bisa terjadi inflamasi.
 Yang bisa merangsang batuk juga di saluran nafas adalah adanya infeksi. Jika
adanya infeksi di saluran nafas tersebut, akan terproduksi sitokin-sitokin
proinflamasi---> apada akhirnya saluran nafas ada edem, hipersekresi,
hiperemis, jika tidak ditangani---> terangsang reflek batuk juga.
 Dalam epidemiologi, kasus infeksi lebih sering terjadi pada bayi. Maka
pikirkan yang pertama adalah ada nya infeksi jika ada pasien dengan gejala
yang disebutkan di contoh kasus.
 Untuk mengetahui penyebabnya adalah dengan kultur atau bisa juga dengan
PCR.

Contoh kasus:
Keluhan: tonsil merah, faring hiperemis, ada detritus
Penyebabnya: Streptococcus beta hemolitikus --> bisa diketahui dari kultur dan
PCR., yang bisa juga berefek toksinnya (asto) yang masuk ke aliran darah, yang
antibodinya dikenali di jantung dan ginjal sehingga bisa menyebabkan
komplikasi.
Selain ada kultur dan PCR bisa digunakan centor skor
Centor score: sumberhttps://www.mdcalc.com/centor-score-modified-mcisaac-strep-pharyngitis#evidence

 Jika ketemu pasien dengan gejala batuk, faring hiperemis, tonsil hiperemis,
ada demam, dipikirkan: infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran nafas atas
ec infeksi sars-cov atau tonsilofaringitis akut ec susp sars-cov 2--> susp
COVID19
 Batuk akut <14 hari, jika >14 hari batuk kronik.
 Bagaimana terjadi sesak nafas?
 Untuk mengetahui sesak nafasnya akibat kelainan dimana, harus
memahami bagaimana anatomi dan fisiologi dan saluran nafas

Anatomi Paru-paru. Sumber:


https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=Awr9DtL9jvRfrSAAYd9XNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAz
EEdnRpZAMEc2VjA3BpdnM-?p=anatomi+of+the+lungs+medscape&fr2=piv-web&fr=mcafee#id=42&iurl=https
%3A%2F%2Fhealthiack.com%2Fwp-content%2Fuploads%2FDiagram-of-lungs-367.jpeg&action=click
 Bunyi nafas menciut--> ditanyakan untuk mengetahui apakah masalah yang
terjadi di saluran nafas atau tidak. Bunyi menciut terjadi ketika waktu
ekspirasi.
 Masalah yang terjadi disaluran nafas tersebut bisa karena benda asing atau
terjadi infeksi.
 Note: gambaran radiolusen pada gambar foto thoraks terjadi pada pasien
asma, asma terjadi pada usia >3tahun, jika umur <2 tahun, pikirkan inflamasi
di bronkiolus-->bronkliolitis
 Wheezing--> obstruksi saluran nafas bawah, terjadi saat ekspirasi
 Stridor--> obstruksi saluran nafas atas, terjadi saat inspirasi.
 Kalau masalah di parenkim, ada batuk pilek, tanya apakah ada bunyi menciut
jika tidak ada, curiga adanya pneumoni/ udem paru/ pleura efusi dsb
 Ronkhi basah halus nyaring: suara nafas tambahan yang timbul karena
adanya pergeseran antara udara yang masuk dengan cairan atau infiltrar yang
ada di alveoli, di dengar jelas pada auskultasi akhir inspirasi. Jika ada
masalah seperti ini, inspirasi dan ekspirasinya dangkal.

Anda mungkin juga menyukai