PENDAHULUAN
pekerjaan teretntu sesuai jenis usahanya dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada. Salah satu sumber daya yang paling berperan dalam rangka pencapaian
akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpinnya. Hal
itu disebabkan karena keberhasilan perusahaan ditunjang oleh peran dari seorang
terpenting dari keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Hal ini akan
semua potensi karyawan dilingkungannya agar terwujud beban kerja yang terarah
pada tujuan. Salah satu elemen yang bernilai penting yang mempengaruhi kinerja
1
2
semua karyawan yang ada dalam perusahaan bersedia dengan sukarela mematuhi
serta menaati tata tertib yang berlaku tanpa ada paksaan. Displin kerja yang baik
peraturan yang berlaku, dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
efektifitas kerja. Jika kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kinerja dalam
perusahaan tergganggu sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai.
Kinerja adalah hasil atau prestasi kerja seorang karyawan yang dinilai dari
segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh
pihak organisasi. Kinerja karyawan merupakan pola pikir dan tenaga dari seorang
memiliki kinerja yang tinggi, jika beban kerja yang ditetapkan tercapai dan jika
suatu persaingan global yang sering berubah. Kinerja yang baik dapat dilihat dari
peraturan, pengaruh yang berasal dari lingkungannya, teman sekerja yang juga
menurun semangatnya dan tidak adanya contoh yang harus dijadikan acuan dalam
penacapaian prestasi kerja yang baik. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya
3
kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin
organisasi bawahannya.
karena merasa dirinya lebih tinggi di perusahaan, semua harus hormat dan tunduk
dengan bawahannya.
rendah diakibatkan oleh tingginya karyawan yang tidak hadir bekerja dengan
berbagai alasan. Hal ini dapat dilihat, seringnya karyawan yang datang terlambat
masuk kerja, karyawan pulang lebih awal dari jam kerja yang ditetapkan dan
karyawan sering tidak hadir dengan keterangan sakit dan ijin. Jika karyawan
sering tidak hadir atau terlambat masuk kerja, dapat dipastikan proses pelaksanaan
kinerja karyawan yang semakin menurun, yaitu salah satunya tugas-tugas yang
diberikan kepada karyawan tidak terselesaikan dengan baik sesuai yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Dapat dilihat pada table 1.1 yaitu data mengenai
4
tahun 2017.
Table 1.1
Absensi Karyawan
PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Garbus- Pagar Merbau
Bulan Januari – Desember 2017
terendah adalah bulan Februari, sementara tingkat kehadiran yang tertinggi adalah
bulan Juni dan Oktober. Tingkat kehadiran rendah diakibatkan oleh tingginya
karyawan yang tidak hadir bekerja dengan berbagai alasan seperti sakit dimana
sakit yang paling banyak dalam satu bulan itu adalah bulan Juni yaitu 25 orang
dan tanpa keterangan yang paling banyak dalam satu bulan yaitu bulan Oktober
yaitu 4 orang. Dengan terjadinya penurunan disiplin kerja ini berdampak pada
5
pada kantor perkebunan nusantara II tanjung garbus- pagar merbau dapat dilihat
Tabel 1.2
Nilai Kerja Pegawai Pada Tahun 2015 – 2017
PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Garbus- Pagar Merbau
Katagori
Penilaian 2015 2016 2017
Amat Baik 31 48 52
Baik 35 36 38
Cukup 27 21 18
Tidak Baik 9 11 7
Buruk 9 3 0
kemampuan yang tergolong buruk yang terjadi pada tahun 2015, dapat kita lihat
pada tahun 2015 perusahaan memiliki jumlah karyawan yang bekerja dengan
perilaku buruk yang mencapai jumlah sebanyak 9 pegawai. sehingga perlu diberi
dipertahanakan pada bidang kerja yang ditaganinya, dan penilaian cukup tersebut
pekerjaan yg telah dilakukan nya, dan pekerjaan yang baik tersebut memiliki
Kasmir ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja baik hasil maupun
pengetahuan penulis, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh
kepemimpinan dan displin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan
1
Kasmir, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama Pt Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2018, Hal. 189
8
kepemimpinan dan displin kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan
a. Bagi penulis
c. Bagi perusahaan
HIPOTESIS
Salah satu tantangan yang cukup berat yang sering harus dihadapi oleh
bawahannya. Hal ini jelas akan menimbulkan suatu hubungan yang tidak
dalam hal ini para bawahanya sedemikian rupa, sehingga orang lain
9
10
memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok,
maka paling tidak ada tiga implikasi penting yakni, pertama kepemimpinan harus
pegawai untuk melakukan pengorbanan pribadi demi organisasi. Untuk alasan ini,
2
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertam, Cetakan Kedua,
Jakarta, Kencana, 2009, Hal 214
3
Kartini Kartono,Pemimpin Dan Kepemimpinan, Edisi Pertama, Rajawali Pers,
Jakarta, 2016, hal 2.
4
M. Kiswanto,” Pengaruh Kepemimpinan Dan Komunikasi Terhadap Kinerja
Karyawan Kaltim Pos Samarinda”, Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negri
Samarinda, Volume 6, No 1, Maret 2010, Hal 1430
11
1. Kekuasaan ialah
2. Kewibawaan
3. Kemampuan 5
sebagai berikut :
a. Kekuasaan
sesuatu.
b. Kewibawaan
mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan
c. Kemampuan
biasa.
5
Ibid,, Hal..36.
12
6
Kartini Kartono,Pemimpin Dan Kepemimpinan, Edisi Pertama sampai ketujuh belas,
Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal 95.
13
3. Dinamika kelompok
Kelompok adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan
4. Komunikasi
5. Pengambilan keputusan
6. Keterampilan berdiskusi
dan kuat agar menunjang dan mendukung kepemimpinan dalam suatu organisasi.
14
1. Kemampuan
Upaya yang dilakukan oleh pimpinan dalam menggerakkan dan
mendorong serta memotifasi karyawan dalam bekerja sesuai target
yang ingin dicapai.
2. Kepribadian
Merupakan sikap tegas, berani, dan agresif yang ditunjukan
pemimpin dalam memberikan arahan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pimpinan.
3. Pengalaman
Merupakan kondisi dimana pimpinan menunjukan kinerja yang
dimiliki, dengan memberikan petunjuk dan masukan terhadap
pekerjaan seperti melakukan pembicaraan terhadap hal-hal yang
mendesak.
4. Intelektual
Merupakan kemampuan pimpinan di dalam melakukan komunikasi
terhadap karyawan dan terhadap tugas yang diberikan masing-
masing.
5. Lingkungan kerja
Kemampuan menciptakan lingkungan kerja oleh pemimpin dalam
menggorganisir situasi pekerjaan yang dihadapi karyawan di dalam
maupun di lapangan.”7
secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus betul-betul dapat menjalankan
dorongan kepada karyawan untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai
dengan norma-norma atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Disiplin yang baik
7
M. Kiswanto, Op Cit, hal 1430.
15
kepadanya. Hasil ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan mendukung
sudah melakukan disiplin kerja yang baik. Untuk memelihara dan meningktkan
kedisplinan kerja yang baik adalah hal yang sulit karena banyak faktor yang
memperngaruhinya,
pada hakekatnya, pengertiannya tidak jauh berbeda antara pendapat satu ahli
yang berlaku”.8
dasarnya adalah sikap dan perilaku ketaatan atau kepatuhan karyawan pada
peraturan yang berlaku baik tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga
8
Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Refisi, Cetakan Ke
dua belas,Jakarta:Bumi Aksara. 2009, hal 193.
9
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Cetakan Keduabelas, PT Remaja Rosdakarya, 2017, hal. 129
16
berbuat dan melakukan segala kegiatan dan melakukan sesuai dengan norma-
jenis-jenis disiplin kerja. Menurut Sondang Siagian ada 2 bentuk disiplin kerja
yaitu:
1. Disiplin Preventif
2. Disiplin Korektif 10
10
Siagian Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Jakarta,
Borni Aksara, 2008, Hal 305
17
1. Disiplin Prefentif
taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standart yang telah
ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan
2. Disiplin Korektif
Disiplin Korektif adalah jika ada karyawan yang nyata-nyata nya telah
disipliner.
perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya agar
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
keras.
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua karyawan
19
perilaku
perbuatannya.
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal
serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
12
Malayu S.P Hasibuan, Op. Cit Hal 194
20
2. Teladan pemimpin
baik, jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan
yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan
kurang baik ( kurang disiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
baik pula.
4. Keadilan
ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
5. Waskat.
waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,
21
sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan
harus selalu ada/hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan
menyelesaikan pekerjaannya.
6. Sanksi hukuman.
7. Ketegasan.
sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas
8. Hubungan kemanusiaan.
hubungan yang baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari
hendaknya harmonis.
sebagai berikut:
lingkungan kerjanya.
13
Mulyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia, IN Media – Anggota IKAPI, Bogor,
2015. Hal 54
23
3. Faktor adanya aturan atau tolak ukur yang pasti akan dijadikan
sebagai pegangan.
adanya aturan yang pasti secara tertulis dan mengikat. Untuk dapat
waktu.
mempunyai sifat yang beragam, maka karawan tidak akan puas dengan
dilingkungan pekerjaan.
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
mengerjakannya”.14
diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya”.15
Berdasarkan dari definisi diatas kinerja adalah hasil kerja yang dilihat pada
aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerjasama untuk mencapai tujuan yang
14
Wibowo, Manajemen Kinerja, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2014, Hal 7.
15
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, Cetakan Ke Pertama, Kencana, Jakarta, 2010, Hal
170
25
yang ingin dan harus dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi
dipengaruhi perilaku organisasi. Salah satu kegiatan yang paling lazim dilakukan
organisasi.
secara kualitas maupun kuantitas melalui prosedur yang berfokus pada tujuan
yang hendak dicapai serta terpenuhinya standart pelaksana. Kinerja yang dicapai
sungguh dilakukan oleh seorang karyawan sesuai dengan aturan yang berlaku di
dalam humas agar hasil yang dicapai semaksimal mungkin baik dari segi moral
dan etika yang baik dimata organisasi. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja
yang baik, karyawan harus mempunyai keinginan, yang tinggi untuk mengerjakan
16
Ibid, Hal 7
26
atau aktivitas yang dilakukan oleh para karyawan yang ada di adalam
organisasi tersebut.
1. Faktor internal
2. Faktor eksternal
1. Faktor internal
memperbaiki kemampuannya.
2. Faktor eksternal
iklim organisasi.
27
sebagai berikut:
1. Aspek Kuantitatif
2. Aspek kualitatif
Sementara itu, indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang hanya dapat
ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang dapat diamati. Indikator
28
kinerja juga menganjurkan sudut pandang prospektif (harapan ke depan) dari pada
retrospektif (melihat ke belakang). Hal ini menunjukkan jalan pada aspek kinerja
sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai
mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut, dilakukan kinerja
2. Standar
Standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita tahu bahwa kita sukses
bawahan.
17
Wibowo, Op.Cit Hal 85
29
3. Umpan balik
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
5. Kompetensi
6. Motif
7. Peluang
banyak, dan mengambil waktu yang tersedia. Jika pekerja dihindari karena
untuk berprestasi.
30
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Empiris
tenaga penggerak dan faktor pelaksana lain yang melaksanakan segala pekerjaan
dalam organisasi.
pembentukan kepemimpinan dan disiplin kerja yang baik maka akan mundul
peningkatan kinerja pegawai dalam melakukan pekerjaa. Dari teori diatas dapat
kinerja karyawan.
secara sungguh-sungguh.
kepemimpinan (X1) dan disiplin kerja (X2) dan variabel kinerja sebagai variabel
terikat (Y).
32
KINERJA
KARYAWAN
(Y)
DISIPLIN KERJA
(X2)
pemilihan data yang relevan serta menghindarkan penelitian dari hal yang tidak
Hipotesis yang baik adalah hipoteis yang dinyatakan dengan jelas dan
Merbau.
18
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Keempat, PT
Gelora Aksara Pratama, 2013, Hal 61
33
METODE PENELITIAN
teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data simpel dan hasilnya
yang digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji
Garbus-Pagar Merbau.
3.2.1. Populasi
34
35
mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian ”19.
Jadi populasi dalam penelitian itu adalah pegawai yang ada pada PT.Perkebunan
3.2.2. Sampel
N
n
1 N (e) 2
Dimana :
n = jumlah sampel
N = Ukuran sampel
e = Standar error
Standar error ditentukan sebesar 10%. Dari rumus tersebut diatas, maka
N
n
1 N (e) 2
115
=
(1 115(0,1) 2
115
=
2,15
= 53,48=53 (dibulatkan)
19
Mudrajat Kuncoro Op Cit, Hal. 118
20
Mudrajat Kuncoro Op Cit, Hal. 118
36
Perkebunan Nusantara II Tanjung Garbus – Pagara Merbau dapat dilihat dari tabel
3.1.
Tabel 3.1
Distribusi Populasi Berdasarkan Golongan
Golongan I 38 38 / 115 x 53 = 18
Golongan II 40 40 / 115 x 53 = 18
Golongan IV 17 17 / 115 x 53 = 8
Total 115 53
berjumlah 17 pegawai.
II Tanjung Garbus.
Garbus.
angket yang berisi daftar pertanyaan kepada responden yang menyangkut variabel
bebas dan variabel terikat yang telah disusun untuk memenuhi pengukuran
variabel yang digunakan dalam penelitian ini tertera pada tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Definisi Operasional Variabel
Skala
Variabel Definasi Operasional Indikator Ukuran
Skala pengukuran variabel yang digunakan adala skala likert sebagai alat
kegiatan atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert. Makam variabel
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang
variabel-variabel yang akan diuji pada setiap jawaban akan diberikan skor. Skor
Tabel 3.2
Skala Likert
validitas yang tinggi. Sebaliknya, suatu instrumen dikatakan kurang valid berarti
memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya, suati instrumen dikatakan kurang valid
40
suatu item merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Berdasarkan syarat
reliable atau handal adalah jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS, yakni dengan uji statistik
model yang berbentuk layak. Cara yang digunakan untuk menguji gejala
variabel dependen memikili distribusi nomal atau tidak . Modal yang paling baik
distribusi normal.
variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan periode yang lain atau
nilai tersebut. Heteroskedastisitas dapat diuji dengan metode grafik, yaitu dengan
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur
Heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola, yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (dependen) dan jika terjadi
Hal ini menyebabkan koefisien menjadi tak terhingga. Terdapat cara yang
menganalisis data ini, menggunakan bantuan aplikasi software SPSS for windows.
Y = a + b1x1 + b2x2 + e
Dimana :
Y = Kinerja Karyawan
a = Konstanta
X1 = Kepemimpinan
X2 = Disiplin Kerja
kepemimpinan (X1) dan disiplin kerja (X2) terhadap variabel Kinerja karyawan
(Y), Untuk menguji koefesien regresi ini penulis menggunakan alat bantu
terikat).
44
mendekati 1 berarti model persamaan regresi yang digunakan sudah sesuai untuk