Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FARMAKOLOGI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

DIDIN SETIYADI INADO

NIM : PO 0220220033

POLTEKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POS

T.A 2020-2021
A. Definisi Toksikologi Obat

Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang
hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk
hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat
dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.

Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan


satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih
toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan
tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang dipermasalahkan dan
juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan
toksikologi seharusnya dari sudut telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem
biologi, dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai
kondisi di mana efek berbahaya itu terjadi.

Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara
kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau
mengakibatkan kematian. Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit,
atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara
kumulatif. 10

Sedangkan definisi keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,
persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa
keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan
kematian.

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang di maksudkan untuk di gunakan
dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau
hewan termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief, 1991).

Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang
menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat bersifat
sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila
tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi,
apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil maka kita tidak akan memperoleh
penyembuhan (Anief, 1991).

Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi.

B. Model Masuk Dan Daya Keracunan

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil dapat mengakibatkan cederadari
tubuh dengan adanya rekasi kimia (Brunner & Suddarth, 2001). Arti lain dari racun adalah
suatu bahan dimana ketika diserap oleh tubuh organisme makhluk hidup akan menyebabkan
kematian atau perlukaan (Muriel, 1995). Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan,
intravena, kulit, atau melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat,
lambat, atau secara kumulatif. Keracunan dapat diartikan sebagaisetiap keadaan yang
menunjukkan kelainan multisystem dengan keadaan yang tidak jelas (Arif Mansjor, 1999).
Keracunan melalui inhalasi ( pengobatan dengan cara memberikanobat dalam bentuk uap
kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru)) dan menelan
materi toksik, baik kecelakaan dank arena kesengajaanmerupakan kondisi bahaya kesehatan.

Jenis-jenis keracunan menurut (FK-UI, 1995) yaitu :

1.      Cara terjadinya terdiri dari:

a.       Self poisoning
Pada keadaan ini pasien memakan obat dengan dosis yang berlebih tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tak membahayakan. Pasien tidak bermaksud bunuhdiri tetapi
hanya untuk mencari perhatian saja.

b.      Attempted Suicide

Pada keadaan ini pasien bermaksud untuk bunuh diri, bisa berakhir dengankematian atau
pasien dapat sembuh bila salah tafsir dengan dosis yang dipakai.

c.       Accidental poisoning

Keracunan yang merupakan kecelakaan, tanpa adanya factor kesengajaan.

d.      Homicidal poisoning

Keracunan akibat tindakan kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni orang lain.

2.      Mulai waktu terjadi

a.       Keracunan kronik

Keracunan yang gejalanya timbul perlahan dan lama setelah pajanan. Gejala dapat timbul
secara akut setalah pemajanan berkali-kali dalam dosis relative kecil ciri khasnya adalah zat
penyebab diekskresikan 24 jam lebih lama dan waktu paruh lebih panjang sehingga terjadi
akumulasi. Keracunan ini diakibatkan oleh keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil
tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang (minggu, bulan,
atau tahun). Misalnya, menghirup uap benzene dan senyawa hidrokarbon terkklorinasi (spt.
Kloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan menimbulkan
penyakit hati (lever) setelah beberapa tahun. Uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam
darah.

b.      Keracunan akut

Biasanya terjadi mendadak setelah makan sesuatu, sering mengenai banyak orang (pada
keracunan dapat mengenai seluruh keluarga atau penduduk sekampung ) gejalanya seperti
sindrom penyakit muntah, diare, konvulsi dan koma. Keracunan ini juga karena pengaruh
sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek.
Contoh, keracunan fenol menyebabkan diare dan gas CO dapat menyebabkan hilang kesdaran
atau kematian dalam waktu singkat.

3.      Menurut alat tubuh yang terkena

Pada jenis ini, keracunan digolongkan berdasarkan organ yang terkena, contohnya racun
hati, racun ginjal, racun SSP, racun jantung.

4.      Menurut jenis bahan kimia

Golongan zat kimia tertentu biasanya memperlihatkan sifat toksik yang sama, misalnya
golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin dan sebagainya.

Keracunan juga dapat disebabkan oleh kontaminasi kulit (luka bakar kimiawi), melalui
tusukan yang terdiri dari sengatan serangga (tawon, kalajengking, dan laba-laba) dan gigitan
ular, melalui makanan yaitu keracunan yang disebabkan oleh perubahan kimia (fermentasi)
dan pembusukan karena kerja bakteri (daging busuk) pada bahan makanan, misalnya ubi
ketela (singkong) yang mengandung asam sianida (HCn), jengkol, tempe bongkrek, dan racun
pada udang maupun kepiting, dan keracunan juga dapat disebabkan karena penyalahgunaan
zat yang terdiri dari penyalahgunaan obat stimultan (Amphetamine), depresan (Barbiturate),
atau halusinogen (morfin), dan penyalahgunaan alcohol.

Bahan-bahan kimia atau zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melewati tiga saluran,
yakni:

a.       Melalui mulut atau tertelan bisa disebut juga per-oral atau ingesti. Hal ini sangat
jarang terjadi kecuali kita memipet bahan-bahan kimia langsung menggunakan mulut atau
makan dan minum di laboratorium.

b.      Melalui kulit. Bahan kimia yang dapat dengan mudah terserap kulit ialah aniline,
nitrobenzene, dan asam sianida.
c.       Melalui pernapasan (inhalasi). Gas, debu dan uap mudah terserap lewat pernapasan
dan saluran ini merupakan sebagian besar dari kasus keracunan yang terjadi. SO2 (sulfur
dioksida) dan Cl2 (klor) memberikan efek setempat pada jalan pernapasan. Sedangkan HCN,
CO, H2S, uap Pb dan Zn akan segera masuk ke dalam darah dan terdistribusi ke seluruh
organ-organ tubuh.

d.      Melalui suntikan (parenteral, injeksi)

e.       Melalui dubur atau vagina (perektal atau pervaginal) (Idris, 1985).

C. Klasifikasi Daya Keracunan

Klasifikasi daya keracuan meliputi sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.

1.      Super Toksik : Struchnine, Brodifacoum, Timbal, Arsenikum, Risin, Agen Oranye,


Batrachotoxin, Asam Flourida, Hidrogen Sianida.

2.      Sangat Toksik :Aldrin, Dieldrin, Endosulfan, Endrin, Organofosfat

3.      Cukup Toksik :Chlordane, DDT, Lindane, Dicofol, Heptachlor

4.      Kurang Toksik :Benzene hexachloride (BHC)

D.  Keracunan Obat Spesifik 

1.      Asetaminofen

Efek toksik :

a.       Keracunan akut

-  Bia terjadi dalam 2-4 jam setelah paparan: mual muntah. Diaphoresis, pucat, depresi SSP

-  Bila sudah 24-48 jam: tanda-tanda hepatotoksis (nyeri abdomen RUQ, hematomegali
ringan)
 Prothrombine time mamanjang
   Bilirubin serum meningkat
   Aktivitas transaminase meningkat
 Gangguan fungsi ginjal

b.      Keracunan berat : terjadi gagal hati dan ensefalopati.

 Prothrombine time mamanjang > 2x


  Bilirubin serum > 4 mg/dl
   pH < 7,3
 Kreatinin serum > 3,3

c.       Keracunan kronik: sama seperti keracunan akut, namun pada penderita alkoholik,
dapat sekaligus terjadi insufiensi hati & ginjal yang berat, disertai dehidrasi, icterus,
koaguloathi, hipoglikemi, dan ATN.

2. Obat Anti Kolinergik

Keracunan akut terjadi dalam 1 jam setelah overdosis. Keracunan kronik dalam 1-3 hari
setelah pemberian terapi dimulai.

Efek Toksik :

a.       Manifestasi SSP : agitasi, ataksia, konfusi, delirium, halusinasi, gangguan pergerakan


(choreo-athetoid dan gerakan memetik)

b.      Letargi

c.       Depresi nafas

d.      Koma

e.       Manifestasi di saraf perifer : menurun/hilangnya bising usus, dilatasi pupil, kulit &
mukosa menjadi kering, retensi urine, menimgkatnya nadi, tensi, respirasi, dan suhu.
f.       Hiperaktivitas neuromuskuler, yang dapat mengarah ke terjadinyarhabdomiolisis dan
hipertermi

g.      Overdosis AH1 (difenhidramin): kardiotoksik dan kejang

h.      Overdosis AH2 (astemizol dan terfenadin) : pemanjangan interval DT dengan


takiaritmia ventrikel, khususnya torsade de pointes.

3. Benzodiazepine

Efek Toksik

a.       Eksitasi paradoksal

b.      Depresi SSP : (mulai tampak dalam 30 menit setelah overdosis)

c.       Koma dan depresi nafas (pada ultra-short acting  benzodiazepin dan


kombinasi benzodiazepine-depresan SSP lainnya)

4. b-Blocker

Efek toksik :

Terjadi dalam ½ jam setelah overdosis dan memuncak dalam 2 jam.

a.       Mual, muntah, bradikardi, hipotensi, depresi SSP

b.      b-blocker dengan ISA (+) : hipertensi, takikardi

c.       Efek toksik pada SSP : kejang

d.      Kulit : pucat & dingin

e.       Jarang : bronkospasme dan edema paru

f.       Hiperkalemi

g.      Hipoglikemi

h.      Metabolik asidosis (sebagai akibat dari kejang, shock, atau depresi nafas)

i.        EKG : berbagai derajat AV block, bundle branch block, QRS lebar, asistol


j.        Khusus sotalol : pemanjangan interval QT, VT, VF, dan torsade de pointes

5. Calcium Channel Blocker (CCB)

Efek toksik :

mulai terjadi dalam 2-18 jam, berupa :

a.       Mual, muntah, bradikardi, hipotensi, depresi SSP

b.      Gol. Dihidropiridin : takikardi reflektif

c.       Kejang

d.      Hipotensi ® iskemi mesenteric; iskemi/infark miokard ® edema paru

e.       EKG : berbagai derajat AV block, QRS lebar dan pemanjangan interval QT (terutama
karena verapamil); gambaran iskemi/infark, asistol

f.       Metabolik asidosis (sekunder terhadap shock)

g.      Hiperglikemi

6. Karbon Monoksida

Efek toksik :

a.       Hipoksia jaringan, dengan : metabolisme anaerob, asidosis laktat, peroksidasi lemak,


dan pembentukan radikal bebas.

b.      Nafas pendek, dispnea, takipnea,

c.       Sakit kepala, emosi labil, konfusi, gangguan dalam mengambil keputusan,

d.      Kekakuan, dan pingsan

e.       Mual, muntah, diare

f.       Pada keracunan berat : edema otak, koma, depresi nafas, edema paru,

g.      Gangguan kardiovaskuler : nyeri dada iskemik, aritmia, gagal jantung, dan hipotensi

h.      Pada penderita koma dapat timbul blister dan bula di tempat-tempat yang tertekan

i.        Creatin kinase serum meningkat


j.        Laktat dehidrogenase serum meningkat

k.      Nekrosis otot ® mioglobinuria ® gagal ginjal

l.        Gangguan lapang pandang, kebutaan , dan pembengkakan vena disertai edema papil
atau atrofi optic

m.    Metabolik asidosis

n.      Menurunnya saturasi O2 (dinilai dari CO-oxymetry)

o.      Biasanya tampak sianosis (jarang terlihat kulit dan mukosa berwarna merah ceri)

p.      Penderita yang sampai tidak sadar beresiko mengalami sekuele neuropsikiatrik


(perubahan kepribadian, gangguan kecerdasan, buta, tuli, inkoordinasi, dan parkinsonism)
dalam 1-3 minggu setelah paparan

7. Glikosida Jantung

Dicurigai keracunan bila pada penderita yang mendapatkan digoksin denyut jantung yang
sebelumnya cepat/normal menjadi melambat atau terdapat irama jantung yang ireguler
dengan konsisten.

Efek toksik :

a.          Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node

b.          Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel konduksi;


meningkatnya after depolarization

c.          EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmia, sinus bradikardi,


berbagai derajat AV block, kontraksi ventrikel premature, bigemini, VT, VF

d.         Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block (mis.: PAT dengan AV


block derajat 2;   AF dengan AV block derajat 3) atau adanya  bi-directional VT ) sangat
sugestif untuk menilai adanya keracunan glikosida jantung

e.          Muntah

f.           Konfusi, delirium

g.          Halusinasi, pandangan kabur, fotofobi, skotomata, kromotopsia

h.          Keracunan akut : takiaritmia dan hiperkalemi

i.            Keracunan kronik : bradiaritmia dan hypokalemia


8. Obat-obatan golongan NSAID

Efek toksik :

a.       Mual, muntah, nyeri perut

b.      Mengantuk, sakit kepala

c.       Glikosuri, hematuri, proteinuria

d.      Jarang : gagal ginjal akut, hepatitis

e.       Diflunisal dapat mengakibatkan : hiperventilasi, takikardi, dan berkeringat

f.       Asam mefenamat dan fenilbutazon dapat mengakibatkan : koma, depresi nafas,


kejang, kolaps kardiovaskular. Fenilbutazon relatif sering mengakibatkan : asidosis
metabolic.

g.      Ibuprofen  : asidosis metabolik, koma, dan kejang

h.      Ketoprofen dan naproxen : kejang

Anda mungkin juga menyukai