Anda di halaman 1dari 12

NILAI BATAS DOSIS RADIASI LANJUTAN

Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Radiasi Lingkungan

Dosen :

Agus Riyanto,SKM,MKM

Dr.Nursama Heru Apriyanto,SSi,MSi

Disusun oleh :

Kelompok 3- 3 STR.A

Alifia Putri R Silma Salsabilla S


Annisa Rahmawati Sulthan Raihan A
Kisi Rahmadevy Tria Wulandari
Renaldi Ardiya H

JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641, 7397643 Fax.
021-7397769 Website : www.Poltekkesjkt2.ac.id
Email :Info@Poltekkesjkt2.ac.i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Nilai
Batas Dosis Radiasi Lanjutan” untuk memenuhi “Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Radiasi
Lingkunga”.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Ooleh karena itu kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan.Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki
kekurangan. Oleh sebab itu kami akan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan masukan
untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya.

Jakarta, 27 Februari 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2

2.1 Nilai Batas Dosis Radiasi.......................................................................................2

2.2 Sistem Pembatasan Dosis.......................................................................................4

2.3 Besaran dan Dosis Radiasi.....................................................................................4

2.4 Prinsip Proteksi Radiasi..........................................................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................8

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan radiasi dimaksudkan sebagai usaha untuk melindungi seseorang, keturunannya,
dan juga anggota masyarakat secara keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya akibat
biologi yang merugikan dari radiasi. Akibat ini disebut somatik apabila dialami oleh
seseorang, dan genetik apabila dialami oleh keturunannya. Apabila peluang terjadinya suatu
akibat tidak memerlukan dosis ambang dan sebagai fungsi dosis yang menyebabkannya,
akibat itu disebut sebagai stokastik. Sebaliknya, bila tingkat keparahan suatu akibat
bergantung pada dosis dan pemunculan pertamanya memerlukan dosis ambang, akibat ini
disebut non stokastik. Untuk keperluan keselamatan radiasi akibat genetik dianggap sebagai
akibat stokastik. Beberapa akibat somatik juga bersifat stokastik. Sebagai contoh, kanker
fatal pada daerah dosis rendah merupakan resiko somatik stokastik yang penting, dan
dijadikan dasar penentuan nilai batas dosis. Beberapa akibat somatik non-stokastik bersifat
khas untuk jaringan biologi tertentu, misalnya katarak pada lensa mata, kerusakan sel pada
sumsum tulang merah yang mengakibatkan kelainan darah, kerusakan sel kelamin yang
mengakibatkan kemandulan, kerusakan non-malignan pada kulit. Agar akibat nonstokastik
tidak terjadi, diperlukan adanya nilai batas dosis bagi setiap jaringan tubuh.
Tujuan keselamatan radiasi dengan demikian adalah :
1. Membatasi peluang terjadinya akibat stokatik atau risiko akibat pemakaian radiasi yang
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Mencegah terjadinya akibat non-stokastik dari radiasi yang membahayakan seseorang.
Pembatasan akibat stokastik dapat dicapai dengan cara mengusahakan agar semua
penyinaran dibuat serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial,
asal syarat nilai batas dosis tidak dilampaui.
Pencegahan akibat non-stokastik akan tercapai dengan menetapkan nilai batas dosis pada
harga yang cukup rendah. Dengan demikian, meskipun seseorang menerima penyinaran
secara terus menerus selama hidupnya atau selama usia kerjanya, dosis ambang tidak akan
tercapai. Nilai batas yang ditetapkan hanya didasarkan pada penyinaran dalam keadaan
normal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nilai Batas Dosis Radiasi

Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan
tenaga nuklir.

Pembatas Dosis adalah batas atas dosis Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
yang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis yang digunakan pada optimisasi
Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk setiap pemanfaatan tenaga nuklir. Pemegang
Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir dari
BAPETEN.

Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam Ketentuan ini bukan batas tertinggi yang
apabila dilampaui, seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun
demikian, karena setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan
dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Nilai Batas yang ditetapkan dalam
ketentuan ini dimaksudkan sebagai dasar untuk merancang prosedur kerja, mendisain
sistem proteksi yang diinginkan, untuk menentukan efisiensi tindakan proteksi dan
cara kerja, serta untuk menentukan luas dan sifat tindakan kesehatan yang perlu
diberikan kepada seseorang.

Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam ketentuan ini adalah penerimaan dosis
yang tidak boleh dilampaui oleh seseorang pekerja radiasi selama jangka waktu
setahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna maupun
interna, tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran
alam.

1. NBD untuk penyinaran seluruh tubuh NBD untuk pekerja radiasi yang
memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv (5000 mrem) per
tahun.

2
2. NBD untuk wanita dalam usia subur Batas tertinggi penerimaan dosis pada
abdomen pekerja radiasi wanita dalam usia subur ditetapkan tidak lebih dari 13
mSv (1300 mrem) dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD
untuk pekerja radiasi.
3. NBD untuk Wanita Hamil Segera setelah seseorang pekerja wanita
dinyatakan mengandung harus dilakukan pengaturan agar dalam melaksanakan
tugasnya jumlah penerimaan dosis pada janin, terhitung sejak dinyatakan
mengandung hingga saat melahirkan, diusahakan serendahrendahnya dan sama
sekali tidak boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem).
4. NBD untuk Penyinaran Lokal Dalam hal penyinaran hanya bersifat lokal,
yaitu hanya pada bagian khusus dari tubuh, NBD ditetapkan sebagi berikut :
(a) batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv (5000 mrem) dalam
setahun; dosis rata-rata pada setiap organ atau bagian jaringan yang terkena
harus tidak melebihi 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun.
(b) disamping itu
 batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15000 mrem) dalam
setahun.
 batas dosis untuk kulit adalah 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun.
Apabila penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas
ini berlaku untuk dosis yang dirataratakan pada setap permukaan seluas
100 cm2;
 batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 500 mSv
(50000 mrem) dalam setahun.
5. Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi ditetapkan dengan ketentuan:
a) Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert)per tahun
dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam
5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);
b) Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu)
tahun tertentu; c. Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20
mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan
50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;

3
c) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per
tahun; dan
d) Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus
milisievert) per tahun.
6. Masyarakat Umum Dosis rata-rata yang diperkirakan akan diterima oleh
masyarakat umum tidak boleh lebih besar dari NBD berikut:
a) Dosis efektif 1 mSv/tahun.
b) Dalam kondisi khusus, dosis efektif 5 mSv selama setahun dan rata-rata
selama lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv/tahun.
c) Dosis ekuivalen 15 mSv/tahun untuk lensa mata.
d) Dosis ekuivalen 50 mSv/tahun untuk kulit, tangan dan kaki. NBD antara
pekerja radiasi berbeda dengan masyarakat umum.

2.2 Sistem Pembatasan Dosis

Pembatasan dosis yang telah ditetapkan oleh International Commission on Radiological


Protection (ICRP) ataupun Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) serta menentukan
langkah lebih lanjut untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja radiasi.
Penelitian ini dilakukan di bidang Reaktor, Keselamatan dan Kesehatan, Akselerator di kawasan
BATAN, karena ketiga bidang tersebut pekerjanya mempunyai probabilitas tinggi terkena
paparan radiasi. Jumlah pekerja radiasi yang menjadi subyek penelitian sebanyak 45 orang yaitu
seluruh populasi pekerja radiasi pada ketiga bidang tersebut. Variabel penelitian terdiri dari
variabel bebas yaitu pekerja radiasi dan masa kerja dan variabel tergantungnya adalah dosis
paparan radiasi personil dan katagori pekerjaan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan personil monitor radiasi.

Dalam hal manfaat dan risiko kerugian tidak diterima oleh anggota yang sama
dalam masyarakat, perlu ditetapkan nilai batas dosis. Untuk maksud itu ditetapkan
suatu sistem pembatasan dosis sebagai berikut :

1. Setiap pemanfaatan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya


didasarkan pada azas manfaat dan harus lebih dulu memperoleh persetujuan dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir;

4
2. Penyinaran yang berasal dari pemanfaatan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi
lainnya harus diusahakan serendah-rendahnya, dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial.
3. Dosis yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis
yang ditetapkan dalam ketentuan.

2.3 Besaran dan Dosis Radiasi

Besaran dan satuan dasar yang dipakai dalam pengukuran dosis radiasi telah
didefinisikan oleh The International Commission of Radiation Units and
Measurements (ICRU). Berikut ini adalah besaran dan satuan dasar dalam dosimetri:
1. Dosis serap

Besaran dosis serap digunakan untuk mengetahui jumlah energi dari radiasi
pengion yang diserap oleh medium. Dosis serap ditunjukkan oleh

Persamaan 1. 𝐷 = 𝑑 ⁄𝑑𝑚 (1)

D adalah dosis serap, dE adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm
dan dm adalah massa medium.

2. Dosis ekuivalen

Dosis ekuivalen merupakan besaran dosimetri yang berhubungan langsung dengan


efek biologi, yang didapatkan dari perkalian dosis serap dengan faktor bobotnya.
Dosis ekuivalen ditunjukkan oleh

Persamaan 2. 𝐻𝑇, = 𝑊𝑅 𝐷𝑇,𝑅 (2)

𝐻𝑇, adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T dari radiasi R, 𝑊𝑅 adalah faktor
bobot dari radiasi R dan 𝐷𝑇,𝑅 adalah dosis serap organ atau jaringan T dari radiasi
R.

3. Dosis efektif

Dosis efektif diperlukan untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam


menimbulkan efek tertentu pada suatu organ. Dosis efektif ditunjukkan oleh

5
Persamaan 3. 𝐻𝐸 = 𝑊𝑇 𝐻𝑇 (3)

𝐻𝐸 adalah dosis efektif, 𝑊𝑇 adalah faktor bobot organ atau jaringan T, dan 𝐻𝑇
adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T.

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01/Ka-


Bapeten/V-99 Tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

a) Dosis Serap (D) : adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion
sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm.
D = 𝑑 ⁄𝑑𝑚
Gray (Gy) : nama khusus untuk satuan dosis serap dalam satuan SI. 1 Gy = 1 J
kg-1
Dosis serap juga dinyatakan dalam satuan rad.
1 rad = 10-2 Gy
1 Gy = 100 rad
b) Dosis Ekivalen (H) : hasil kali antara dosis serap (D), faktor kualitas (Q), dan
perkalian antara seluruh faktor modifikasi lainnya (N). Di dalam ketentuan ini
yang dimaksud dengan kata “dosis:” adalah dosis ekivalen.
H = DQN
Sievert (Sv) : nama khusus untuk satuan dosis ekivalen dalam sistem satuan
SI. 1 Sv = 1 J kg-1 Dosis ekivalen juga dinyatakan dalam satuan rem.
1 rem = 10-2 Sv
1 Sv = 100 rem
c) Dosis Efektif : jumlah dosis rata-rata dalam organ atau jaringan tubuh dengan
memperhitungkan nilai bobot masing-masing.
d) Dosis Terikat : dosis terhadap organ atau jaringan tubuh yang akan diterima
selama 50 tahun yang disebabkan oleh pemasukan satu macam atau lebih
radionuklida ke dalam organ atau jaringan yang bersangkutan. 1.2.1.7.
e) Dosis Genetik : dosis genetik terhadap penduduk adalah dosis yang apabila
diterima oleh setiap orang sejak awal pembuahan sampai usia reproduksi rata-
rata, akan menyebabkan akibat genetik yang sama untuk seluruh penduduk
seperti halnya dosis yang sesungguhnya diterima oleh setiap individu dalam

6
kelompok penduduk tersebut. Dosis genetik dapat ditentukan sebagai dosis
genetik tahunan dikalikan dengan usia rata-rata reproduksi, yang ditetapkan
sebesar 30 tahun.

2.4 Prinsip Proteksi Radiasi

Dalam penggunaan radiasi untuk radiografi dalam radiodiagnostik akan


memberikan kontribusi radiasi kepada banyak pihak. Radiasi akan diterima oleh
operator, hewan dan lingkungan. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh
International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1.Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azaz
manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan hanya disetujui
jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau
masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap
kesehatan. Hewan yang memang benar-benar memerlukan uji lanjut dengan
radiografi dengan pertimbangan asas manfaat lebih banyak dapat dilakukan
radiografi.
2.Limitasi
Dosisi ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melalmpaui
Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi
dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan
mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
3.Optimasi
Semua penyinaran ahrus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably
achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.
Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus
dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat
ditekan serendah-rendahnya.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat
pemanfaatan tenaga nuklir. . Oleh karena itu dengan menetapkan nilai batas dosis
pada harga yang cukup rendah dengan demikian,meskipun seseorang menerima
penyinaran secara terus menerus selama hidupnya atau selama usia kerjanya,
dosis ambang tidak akan tercapai.Keselamatan radiasi dimaksudkan sebagai usaha
untuk melindungi seseorang, keturunannya, dan juga anggota masyarakat secara
keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya akibat biologi yang merugikan dari
radiasi

8
DAFTAR PUSTAKA

Bapeten.2013.Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 Tentang

Proteksi Dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir

Bapeten 2011.Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Tentang

Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan


Intervensional

Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01/Ka-Bapeten/V-99 Tentang

Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir,

Dila Nelvo Dasril, Oktavia Puspita Sari.Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika.Program Studi Diii

Radiologi, Universitas Baiturrahmah, Padang, Indonesia

Web.Ipb.Ac.Id/~Bedahradiologi/Index.Php/The-News/99-Prinsip-Dasar-Penggunaan-Radiasi-

Dalam-Radiodiagnostik (Diakses Pada Tanggal 27 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai