PRL 3d4a - Kel.3 - Nilai Batas Dosis Radiasi Lanjutan
PRL 3d4a - Kel.3 - Nilai Batas Dosis Radiasi Lanjutan
Dosen :
Agus Riyanto,SKM,MKM
Disusun oleh :
Kelompok 3- 3 STR.A
Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641, 7397643 Fax.
021-7397769 Website : www.Poltekkesjkt2.ac.id
Email :Info@Poltekkesjkt2.ac.i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Nilai
Batas Dosis Radiasi Lanjutan” untuk memenuhi “Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Radiasi
Lingkunga”.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Ooleh karena itu kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan.Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki
kekurangan. Oleh sebab itu kami akan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan masukan
untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan
tenaga nuklir.
Pembatas Dosis adalah batas atas dosis Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat
yang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis yang digunakan pada optimisasi
Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk setiap pemanfaatan tenaga nuklir. Pemegang
Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan tenaga nuklir dari
BAPETEN.
Nilai batas dosis yang ditetapkan dalam Ketentuan ini bukan batas tertinggi yang
apabila dilampaui, seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun
demikian, karena setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan
dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Nilai Batas yang ditetapkan dalam
ketentuan ini dimaksudkan sebagai dasar untuk merancang prosedur kerja, mendisain
sistem proteksi yang diinginkan, untuk menentukan efisiensi tindakan proteksi dan
cara kerja, serta untuk menentukan luas dan sifat tindakan kesehatan yang perlu
diberikan kepada seseorang.
Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam ketentuan ini adalah penerimaan dosis
yang tidak boleh dilampaui oleh seseorang pekerja radiasi selama jangka waktu
setahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna maupun
interna, tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran
alam.
1. NBD untuk penyinaran seluruh tubuh NBD untuk pekerja radiasi yang
memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv (5000 mrem) per
tahun.
2
2. NBD untuk wanita dalam usia subur Batas tertinggi penerimaan dosis pada
abdomen pekerja radiasi wanita dalam usia subur ditetapkan tidak lebih dari 13
mSv (1300 mrem) dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD
untuk pekerja radiasi.
3. NBD untuk Wanita Hamil Segera setelah seseorang pekerja wanita
dinyatakan mengandung harus dilakukan pengaturan agar dalam melaksanakan
tugasnya jumlah penerimaan dosis pada janin, terhitung sejak dinyatakan
mengandung hingga saat melahirkan, diusahakan serendahrendahnya dan sama
sekali tidak boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem).
4. NBD untuk Penyinaran Lokal Dalam hal penyinaran hanya bersifat lokal,
yaitu hanya pada bagian khusus dari tubuh, NBD ditetapkan sebagi berikut :
(a) batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv (5000 mrem) dalam
setahun; dosis rata-rata pada setiap organ atau bagian jaringan yang terkena
harus tidak melebihi 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun.
(b) disamping itu
batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv (15000 mrem) dalam
setahun.
batas dosis untuk kulit adalah 500 mSv (50000 mrem) dalam setahun.
Apabila penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas
ini berlaku untuk dosis yang dirataratakan pada setap permukaan seluas
100 cm2;
batas dosis untuk tangan, lengan, kaki, dan tungkai adalah 500 mSv
(50000 mrem) dalam setahun.
5. Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi ditetapkan dengan ketentuan:
a) Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert)per tahun
dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam
5 (lima) tahun tidak boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);
b) Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu)
tahun tertentu; c. Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20
mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan
50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;
3
c) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per
tahun; dan
d) Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus
milisievert) per tahun.
6. Masyarakat Umum Dosis rata-rata yang diperkirakan akan diterima oleh
masyarakat umum tidak boleh lebih besar dari NBD berikut:
a) Dosis efektif 1 mSv/tahun.
b) Dalam kondisi khusus, dosis efektif 5 mSv selama setahun dan rata-rata
selama lima tahun berturut-turut tidak lebih dari 1 mSv/tahun.
c) Dosis ekuivalen 15 mSv/tahun untuk lensa mata.
d) Dosis ekuivalen 50 mSv/tahun untuk kulit, tangan dan kaki. NBD antara
pekerja radiasi berbeda dengan masyarakat umum.
Dalam hal manfaat dan risiko kerugian tidak diterima oleh anggota yang sama
dalam masyarakat, perlu ditetapkan nilai batas dosis. Untuk maksud itu ditetapkan
suatu sistem pembatasan dosis sebagai berikut :
4
2. Penyinaran yang berasal dari pemanfaatan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi
lainnya harus diusahakan serendah-rendahnya, dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi dan sosial.
3. Dosis yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis
yang ditetapkan dalam ketentuan.
Besaran dan satuan dasar yang dipakai dalam pengukuran dosis radiasi telah
didefinisikan oleh The International Commission of Radiation Units and
Measurements (ICRU). Berikut ini adalah besaran dan satuan dasar dalam dosimetri:
1. Dosis serap
Besaran dosis serap digunakan untuk mengetahui jumlah energi dari radiasi
pengion yang diserap oleh medium. Dosis serap ditunjukkan oleh
D adalah dosis serap, dE adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm
dan dm adalah massa medium.
2. Dosis ekuivalen
𝐻𝑇, adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T dari radiasi R, 𝑊𝑅 adalah faktor
bobot dari radiasi R dan 𝐷𝑇,𝑅 adalah dosis serap organ atau jaringan T dari radiasi
R.
3. Dosis efektif
5
Persamaan 3. 𝐻𝐸 = 𝑊𝑇 𝐻𝑇 (3)
𝐻𝐸 adalah dosis efektif, 𝑊𝑇 adalah faktor bobot organ atau jaringan T, dan 𝐻𝑇
adalah dosis ekuivalen organ atau jaringan T.
a) Dosis Serap (D) : adalah energi rata-rata yang diberikan oleh radiasi pengion
sebesar dE kepada bahan yang dilaluinya dengan massa dm.
D = 𝑑 ⁄𝑑𝑚
Gray (Gy) : nama khusus untuk satuan dosis serap dalam satuan SI. 1 Gy = 1 J
kg-1
Dosis serap juga dinyatakan dalam satuan rad.
1 rad = 10-2 Gy
1 Gy = 100 rad
b) Dosis Ekivalen (H) : hasil kali antara dosis serap (D), faktor kualitas (Q), dan
perkalian antara seluruh faktor modifikasi lainnya (N). Di dalam ketentuan ini
yang dimaksud dengan kata “dosis:” adalah dosis ekivalen.
H = DQN
Sievert (Sv) : nama khusus untuk satuan dosis ekivalen dalam sistem satuan
SI. 1 Sv = 1 J kg-1 Dosis ekivalen juga dinyatakan dalam satuan rem.
1 rem = 10-2 Sv
1 Sv = 100 rem
c) Dosis Efektif : jumlah dosis rata-rata dalam organ atau jaringan tubuh dengan
memperhitungkan nilai bobot masing-masing.
d) Dosis Terikat : dosis terhadap organ atau jaringan tubuh yang akan diterima
selama 50 tahun yang disebabkan oleh pemasukan satu macam atau lebih
radionuklida ke dalam organ atau jaringan yang bersangkutan. 1.2.1.7.
e) Dosis Genetik : dosis genetik terhadap penduduk adalah dosis yang apabila
diterima oleh setiap orang sejak awal pembuahan sampai usia reproduksi rata-
rata, akan menyebabkan akibat genetik yang sama untuk seluruh penduduk
seperti halnya dosis yang sesungguhnya diterima oleh setiap individu dalam
6
kelompok penduduk tersebut. Dosis genetik dapat ditentukan sebagai dosis
genetik tahunan dikalikan dengan usia rata-rata reproduksi, yang ditetapkan
sebesar 30 tahun.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang
dapat diterima oleh Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu
tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat
pemanfaatan tenaga nuklir. . Oleh karena itu dengan menetapkan nilai batas dosis
pada harga yang cukup rendah dengan demikian,meskipun seseorang menerima
penyinaran secara terus menerus selama hidupnya atau selama usia kerjanya,
dosis ambang tidak akan tercapai.Keselamatan radiasi dimaksudkan sebagai usaha
untuk melindungi seseorang, keturunannya, dan juga anggota masyarakat secara
keseluruhan terhadap kemungkinan terjadinya akibat biologi yang merugikan dari
radiasi
8
DAFTAR PUSTAKA
Bapeten.2013.Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 Tentang
Bapeten 2011.Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir,
Dila Nelvo Dasril, Oktavia Puspita Sari.Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika.Program Studi Diii
Web.Ipb.Ac.Id/~Bedahradiologi/Index.Php/The-News/99-Prinsip-Dasar-Penggunaan-Radiasi-