Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANIAYAAN DAN KEKERASAN PADA ANAK


Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Intervensi Trauma Dan Krisis
Dosen Pengampu :
Puji Lestari, S.Kep., Ns. M.Kes. (epid)

Disusun oleh :

Kelompok 7 :
1. Dewi Yuliani (011191001)
2. Devi Triana (011191040)
3. Fani Saputro (011191052)
4. I Kadek Arta Widnyana (011191056)
5. Atsani Qoni` Fitria (011191071)
6. Eka Martalia (011191076)
7. Ahmad Riyo Akbar (011191077)
8. Khotimatul Khusniah (011191078)

PROGAM STUDI S1 – KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................................1

Pendahuluan.........................................................................................................................................1

1. Latar belakang..........................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1

3. Tujuan penulisan.......................................................................................................................1

4. Manfaat.....................................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................................2

PEMBAHASAN....................................................................................................................................2

A. Pengertian Penganiayaan dan Kekerasa Pada Anak................................................................2

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kekerasan Pada Anak...............................................................2

C. Bentuk Kekerasan Pada Anak..................................................................................................3

D. Dampak Kekerasan Pada Anak................................................................................................5

E. Upaya Mengatasi Kekerasan Pada Anak..................................................................................7

BAB III..................................................................................................................................................8

PENUTUP.............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan................................................................................................................................8

B. Saran..........................................................................................................................................8

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak” . Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Intervensi Trauma dan Krisis.
Kami menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan ketulusan
dan kerendahan hati kami menuturkan ucapan terimakasih. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Ungaran, 26 Juli 2021

( Tim Penyusun )

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Beberapa tahun terakhir ini kita di kejutkan oleh pemberitaam media cetak serta
elektronik tentang kasus-kasus kekerasan pada anak, dan beberapa di beberapa di
antaranya harus menghembuskan napasnya antaranya harus menghembuskan napasnya
yang terakhi yang terakhir. Anak sering kali menjadi korban kekerasan. Baik itu di
sekolah, di tempat mereka bermain, bahkan di dalam lingkungan keluarga mereka sendiri,
yang seharusnya menjadi tempat yang seharusnya menjadi tempat mereka untuk berlind
mereka untuk berlindung. Kekerasan yang di alami anak beragam, ada kekerasan secara
fisik dan secara psikis. Baik kekerasan secara fisik ataupun secara psikis, kekerasan
tersebut sangatlah berdampak buruk bagi perkembangan anak, terutama perkembangan
psikilogisnya. Kenakalan anak adalah hal yang paling sering menjadi penyebab
kemarahan orangtua, sehingga anak menerima hukuman dan bila di sertai emosi maka
orangtua tidak segan untuk memukul atau melakukan kekerasan fisik. Bahkan tidak
jarang orangtua berkata kasar terhadap anaknya.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud penganiayaan dan kekerasan pada anak?
b. Apa saja faktor yang memengaruhi kekerasan pada anak?
c. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan pada anak?
d. Apa dampak kekerasan pada anak?
e. Bagaimana upaya mengatasi kekerasan pada anak?
3. Tujuan penulisan
a. Mengetahui pengertian penganiayaan dan kekerasan pada anak.
b. Mengetahui faktor yang memengaruhi kekerasan pada anak.
c. Mengetahui bentuk-bentuk kekerasan pada anak.
d. Mengetahui dampak kekerasan pada anak.
e. Mengetahui upaya mengatasi kekerasan pada anak.
4. Manfaat

1
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat mengetahui konsep tentang
penganiayaan dan kekerasan pada anak dan intervensi tentang upaya mengatasi kekerasan
pada anak.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Penganiayaan dan Kekerasa Pada Anak
Penganiayaan secara etimologis penganiayaan berasal dari kata “aniaya” yang oleh
W.J.S. Poerwadarminta memberikan pengertian sebagai perbuatan bengis seperti
penyiksaan, penindasan dan sebagainya.
Hilman Hadikusuma memberikan pengertian aniaya sebagai perbuatan bengis atau
penindasan sedangkan yang di maksud dengan penganiayaan adalah perlakuan
sewenang-wenang dengan penyiksaan, penindasan dan sebagainya terhadap teraniaya.
Pengertian kekerasan dalam ilmu sosial memiliki dua pengertian pokok. Pertama semua
kejadian yang unsur utamanya penggunaan atau ancaman penggunaan kekerasan. Kedua
diartikan sebagai “any avoidable impediment to self-realization” (Galtung, dalam
Mochtar Mas’oed, 1997) artinya segala sesuatu yang menyebabkan orang terhalang untuk
mengaktualisasikan potensi diri secara wajar. Kemudian "Galtung" membagi jenis
kekerasan menjadi: langsung atau personal dan tidak langsung atau struktural.
Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan
penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian
oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau
berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak.
Kekerasan pada anak merupakan keadaan yang sering kita jumpai pada kehidupan sehari-
hari, fenomena gunung es berlaku pada keadaan tersebut, data pasti mengenai child abuse
sulit diperoleh. Kekerasan terhadap anak termasuk semua bentuk perlakuan menyakitkan
baik fisik, seksual maupun emosional yang dilakukan orang tua atau orang lain dalam
konteks hubungan tanggung jawab atau kekuasaan.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kekerasan Pada Anak
Zigler dan Hall (1989) mengemukakan beberapa perspektif teori yang menjelaskan
penyebab terjadinya fenomena kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak.
a. Pendekatan Psikiatri
Pendekatan ini merupakan teori yang paling awal dikemukakan untuk menjelaskan
orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak. Menurut teori ini, orangtua yang
melakukan kekerasan terhadap anak dianggap menderita gangguan jiwa seperti
psikopat atau sosiopat.Konsekuensi dari teori ini adalah intervensi yang dapat
dilakukan bersifat kuratif dengan menggunakan terapi farmakologi dan psikoterapi.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah dengan memberi label bahwa orangtua yang
melakukan kekerasan terhadap anak sebagai penderita gangguan jiwa maka akan

2
membuat pelaku semakin terpisahkan dari masyarakat. Kondisi ini justru akan
semakin memperburuk keadaan. Selain itu, terapi farmakologi dan psikoterapi akan
memakan waktu cukup lama dan menghabiskan banyak biaya. Hal ini tentu tidak
efektif menyelesaikan persoalan kekerasan terhadap anak.
b. Pendekatan Sosial
Berbeda dengan pendekatan psikiatri yang sifatnya tunggal, maka pendekatan social
bersifat interaksi antar beberapa faktor. Dasar pendekatan ini adalah adanya stress
social yang berinteraksi dengan cultural milieu dan dinamika keluarga menghasilkan
agresi, kekerasan terhadap anak. Model ini lebih menekankan akumulasi stres yang
dihadapi orangtua dibandingkan faktor yang sifatnya inheren pada orangtua.
c. Pendekatan Perkembangan
C.Newberger dan Cook (dalam Zigler dan Hall, 1989) yang pertama kali
mengemukakan teori perkembangan kognitif untuk menjelaskan terjadinya pola asuh
dengan kekerasan. Teori ini menjelaskan bahwa perkembangan sikap dan perilaku
pola asuh orangtua mengikuti pola yang sama dengan perkembangan kognitif Piaget.
Berfokus pada isu mengenai “anak sebgai orang”, aturan pengasuhan anak, dan
penghayatan peran sebagai orangtua. C. Newberger dan Cook menawarkan empat
tahap kesadaran sebagai orangtua (parental awareness).
Menurut teori ini, orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anak berada pada
level yang rendah pada tahapan perkembangan kognitif. Hal ini ditandai dengan
ketika menghadapi stimulus, misalnya stressor, mereka bereaksi secara impusif dan
mengambil tindakan langsung.
d. Pendekatan Ekologi
Pendekatan yang paling berhasil mengintegrasikan berbagai komponen yang
berkontribusi terhadap kekerasan terhadap anak adalah model ekologi yang
dikembangkan oleh Belsky (1980 ). Pendekatan ini menggunakan pendekatan ekologi
Bronfenbrenner (1979) dalam studinya mengenai perkembangan anak. Model ini
menjelaskan adanya lapisan-lapisan sistem ekologi yang mempengaruhi
perkembangan anak. Belsky (1980) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kekerasan pada anak disusun menurut lapisan tertentu.
C. Bentuk Kekerasan Pada Anak
Bentuk-bentuk kekerasan pada anak dapat diklasifikasikan dalam 4 macam, yaitu:
1. Kekerasan fisik,
2. Kekerasan psikis/emosi
3. Kekerasan seksual
4. Kekerasan sosial (penterlantaran)
Empat macam bentuk kekerasan tersebut sangat terkait. Kekerasan fisik yang dialami
anak, akan mempengaruhi jiwanya. Demikian juga kekerasan psikis anak, akan
mempengaruhi perkembangan tubuhnya. Apalagi kekerasan seksual, akan mengakibatkan
kekerasan fisik sekaligus kekerasan psikis.
1. Kekerasan Fisik pada Anak
3
Kekerasan fisik adalah apabila anak-anak disiksa secara fisik dan terdapat cedera
yang terlihat pada badan anak akibat adanya kekerasan itu. Kekerasan ini dilakukan
dengan sengaja terhadap badan anak.
Kekerasan anak secara fisik dapat berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Kekerasan fisik dapat
berbentuk luka, atau dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau rotan.
Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok
atau setrika.
Macam-macam kekerasan fisik, antara lain: ditampar, ditendang, dianiaya,
dipukul/ditinju, diinjak, dicubit, dijambak, dicekik, didorong, digigit, dibenturkan,
dicakar, dijewer, disetrika, disiram air panas, diancam dengan benda tajam, dll.
2. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang dialami anak.
Kekerasan psikis dapat berupa menurunkan harga diri serta martabat korban;
penggunaan kata-kata kasar; penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan orang di
depan orang lain atau di depan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan
sebagainya.
Bentuk kekerasan psikis, antara lain: dihina, dicaci maki, diejek, dipaksa melakukan
sesuatu yang tidak dikehendaki, dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa
bekerja menjadi pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu rumah
tangga, dipaksa mengemis, dll.
3. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah apabila anak disiksa/diperlakukan secara seksual dan juga
terlibat atau ambil bagian atau melihat aktivitas yang bersifat seks dengan tujuan
pornografi, gerakan badan, film, atau sesuatu yang bertujuan mengeksploitasi seks
dimana seseorang memuaskan nafsu seksnya kepada orang lain.
Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak:
a. Jika seorang anak mengalami kekesaran seksual, maka dapat muncul berbagai
perubahan pada diri anak secara tiba-tiba. Orang tua, anggota keluarga, dan guru
perlu waspada jika menemukan perubahanperubahan seperti : adanya keluhan
fisik seperti sakit kepala, nyeri kalau buang air besar atau buang air kecil. Nyeri,
bengkak, pendarahan atau iritasi di daerah mulut, genital, atau dubur yang sukar
dijelaskan kepada orang lain.
b. Emosi anak tiba-tiba berubah. Ada anak setelah mengalami kekerasan seksual
menjadi takut, marah, mengisolasi diri, sedih, merasa bersalah, merasa malu, dan
bingung. Ada anak tiba-tiba merasa takut, cemas, gemetar atau tidal menyukai
orang atau tempat tertentu. Atau anak tibatiba menghindari keluarganya,
temannya atau aktivitas yang biasa dilakukannya. Ia mengeluh ada masalah-
masalah di sekolahnya. Ada juga yang mengalami gangguan tidur, mungkin susah
4
tidur, atau bisa tidur tetapi terbangun-terbangun, atau sering mimpi buruk dan
mengerikan, atau sedang tidur sering mengigau atau menjerit ketakutan.
c. Ada anak sering mandi atau cebok karena merasa kotor. Anak anak tibatiba
menjadi agresif, tidak disiplin, tidak mau sekolah atau hanya mengurung diri di
kamar. Ada anak melarikan diri dari rumah ke rumah temannya, atau ke keluarga
lainnya yang dirasakan bisa memberikan perlindungan kepada dirinya. Atau anak
melarikan diri dari ketakutannya dengan merokok, menggunakan narkoba, dan
alkohol. Atau ada yang mengeluh merasa mual, muntah, atau tidak mau makan.
Yang paling membahayakan kalau ia merasa tidak berharga, merasa bersalah,
merasa sedih, putus asa, dan mencoba bunuh diri.
d. Beberapa anak memperlihatkan gejala-gejala lainnya seperti meniru perilaku
seksual orang dewasa, melakukan aktivitas seksual menetap dengan anak-anak
lain, dengan dirinya sendiri (masturbasi atau onani), dengan bonek atau dengan
binatang peliharaannya. (Luh Ketut Suryani dan Cokorda Bagus Jaya Lesmana,
Pedofil: Penghancur Masa Depan Anak, 2009, h. 18-19)
Kekerasan seksual adalah perlakuan prakontak seksual antara anak dengan orang
yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun
perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,
perkosaan, eksploitasi seksual).
4. Kekerasan Sosial Mencakup Penelantaran Anak dan Eksploitasi Anak.
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan
perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya anak
dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan
kesehatan yang layak. Sedangkan eksploitasi anak adalah sikap diskriminatif atau
perlakuan sewenangwenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.
Contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial
atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan
sesuai dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya. Misalnya anak dipaksa
untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan.
Bentuk-bentuk pentelantaran: kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang
dibutuhkan anak, tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa aman,
kesehatan, perlindungan (rumah) dan pendidikan, mengacuhkan anak, tidak mengajak
bicara, dll.
D. Dampak Kekerasan Pada Anak
Anak korban kekerasan tidak hanya memiliki bekas luka pada tubuhnya, namun juga luka
emosional, perilaku menyimpang, dan penurunan fungsi otak. Berikut beberapa efek
kekerasan pada anak:
1. Emosi
Misalnya, anak menjadi lebih sering sedih atau marah, sulit tidur, bermimpi buruk,
memiliki rasa percaya diri yang rendah, ingin melukai diri sendiri, atau bahkan

5
keinginan untuk bunuh diri. Mereka juga menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain
dan cenderung melakukan tindakan yang berbahaya.
2. Penurunan fungsi otak
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi struktur dan perkembangan otak,
hingga terjadi penurunan fungsi otak di bagian tertentu. Hal tersebut berpotensi
menimbulkan efek jangka panjang, mulai dari penurunan prestasi akademik, hingga
gangguan kesehatan mental pada saat dewasa.
3. Tidak mudah memercayai orang lain
Anak korban kekerasan merasakan pengalaman buruk dalam hal penyalahgunaan rasa
percaya dan rasa keamanan. Saat mereka dewasa nanti, mereka akan kesulitan untuk
memercayai orang lain.
4. Sulit mempertahankan hubungan pribadi
Pengalaman sebagai korban kekerasan pada anak dapat membuat mereka menjadi
sulit memercayai orang lain, mudah cemburu, merasa curiga, atau merasa kesulitan
mempertahankan hubungan pribadi untuk jangka waktu yang lama karena rasa takut.
Kondisi ini berisiko membuat mereka merasa kesepian. Penelitian menunjukkan,
banyak korban kekerasan anak yang mengalami kegagalan dalam membina hubungan
asmara dan pernikahan pada saat dewasa.
5. Memiliki risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi
Efek kekerasan pada anak juga dapat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang
anak. Korban kekerasan anak berisiko mengalami gangguan kesehatan yang lebih
tinggi, baik secara psikis maupun fisik, pada saat mereka tumbuh dewasa.
Trauma akibat kekerasan pada anak bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami
asma, depresi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, obesitas, hingga
kecenderungan untuk mengonsumsi alkohol berlebih dan menggunakan narkoba.
Sebuah penelitian mencatat prevalensi upaya bunuh diri yang cukup tinggi pada
orang dewasa yang pernah menjadi korban kekerasan anak.
6. Menjadi pelaku kekerasan pada anak atau orang lain
Saat anak korban kekerasan menjadi orang tua atau pengasuh, mereka berisiko
melakukan hal yang sama pada anak. Siklus ini dapat terus berlanjut jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat untuk mengatasi trauma.
Selain itu, ada pula risiko lain dari korban kekerasan pada anak ketika mereka beranjak
dewasa, seperti depresi, gangguan makan, serangan panik, keinginan bunuh diri,
gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan kualitas hidup yang lebih rendah. Pria yang
pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga di masa kecilnya juga lebih berisiko
mengalami depresi setelah menjadi ayah nantinya.
Tidak peduli seberapa lama pengalaman traumatis sudah berlalu, efek kekerasan pada
anak akan menimbulkan gangguan yang berkelanjutan jika tidak mendapatkan
penanganan yang tepat. Penting bagi para korban kekerasan anak untuk mendapatkan
bantuan dari psikolog atau psikiater guna menanggulangi efeknya dalam jangka panjang.
E. Upaya Mengatasi Kekerasan Pada Anak
6
1. Bantu Anak Melindungi Diri
Maraknya kejahatan fisik maupun seksual yang terjadi belakangan ini tentunya
membuat Anda semakin khawatir dengan keselamatan anak. Inilah saatnya
menjelaskan kepada anak bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyentuhnya
dengan tidak wajar. Berikan pemahaman dan ajarkan anak untuk menolak segala
perbuatan yang tidak senonoh dengan segera meninggalkan di mana sentuhan terjadi.
Ingatkan anak untuk tidak gampang mempercayai orang asing dan buat anak untuk
selalu menceritakan jika terjadi sesuatu pada dirinya.
2. Pembekalan Ilmu Bela Diri
Pembekalan ilmu bela diri pun dapat menjadi salah satu solusi agar anak tidak
menjadi korban kekerasan. Selain mengajarkan kepada anak mengenai disiplin dan
membentuk mental juga jasmani yang kuat, bela diri dapat digunakan untuk membela
diri sendiri dari ancaman-ancaman yang ada. Namun tetap harus diberikan
pengarahan bahwa ilmu bela diri dipelajari bukan untuk melakukan kekerasan.
3. Maksimalkan Peran Sekolah
Sekolah harus memiliki fungsi kontrol sosial, yakni sekolah memiliki assessment
(penilaian) terhadap perilaku anak. Sekolah juga harus menggagas aktivitas-aktivitas
internal sekolah yang bersifat positif, memfasilitasi aktivitas orang tua siswa dan
siswa minimal setahun sekali seperti yang diterapkan sekolah-sekolah di Jepang.
Sekolah juga bisa membentuk petugas breaktime watch dari kalangan pengurus
sekolah yang bertugas berkeliling dan memantau kegiatan siswa.
4. Pendidikan Budi Pekerti
Salah satu solusi untuk mencegah krisis moral yang melanda di kalangan generasi
penerus adalah mengajarkan budi pekerti, baik di rumah maupun di sekolah. Seperti
yang kita ketahui, pendidikan budi pekerti masih belum merata dan belum benar-
benar menjadi mata pelajaran wajib di semua sekolah.
5. Laporkan kepada Pihak Berwajib
Hal terakhir yang harus dilakukan bila terjadi kekerasan fisik, psikis, ataupun seksual
adalah segera melaporkan kepada pihak berwajib. Hal ini bertujuan agar segera
diambil tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan mengurangi angka kejahatan
yang sama terjadi. Adapun korban kekerasan harus segera mendapatkan bantuan ahli
medis serta dukungan dari keluarga.
Selain itu, upaya pemerintah untuk mengurangi tindak kekerasan pada anak yaitu dengan
melakukan sosialisasi dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat
mengenai pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan serta hukuman
bagi pelaku

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
7
Kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang terutama anak, yang
mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologi, seksual, finansial,
spiritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah dimensi mencakup: fisik (memukul,
menampar, mencekik, menendang. melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai
dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, membunuh) dan psikologis (berteriak,
menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit, dan memata-
mati, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk yang diarahkan kepada
orang-orng dekat korban. misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dan lain-lain.
Secara umum akibat dari kecelakaan terhadap anak adalah sangat serius dan
berbahaya karena seorang anak sedang berada pada masa pertumbuhan baik fisik maupun
mentalnya. Seorang anak yang mengalami kekerasan jika penanganannya tidak tepat maka ia
maka ia akan mengalami cacat tetap yang bukan pada fisik saja tetapi juga pada mental dan
emosinya. Kecacatan mental dan emosi inilah yang akan merubah hidupnya dan masa
depannya serta akan dibawanya terus hingga dewasa.
Kekerasan seksual. yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap
orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain
untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh perhatian
terhadap perkembang anak. Hendaknya kita dapat mencegah dan mengendalikan perilaku
penganiayaan dan kekerasan terhadap anak sehingga tidak menimbulkan masalah
perkembangan yang terjadi akibat penganiayaan dan kekerasan pada anak tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/150251-ID-analisis-yuridis-terhadap-
delik-pengania.pdf
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34575/1/Sururin-
FITK
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28168/4/Diana
%20Mutiah-PSI.pdf

Anda mungkin juga menyukai