Disusun Oleh :
Riska Ariani Lestari H3A019042
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis kutis adalah penyakit infeksi umum yang berjalan secara kronik dan
kontagius yang disebabkan oleh Mycobact Mycobacterium tuberculosis tuberculosis
dan dapat terjadi manifestasi pada kulit dan gambar histologik yang khas (granuloma
tuberculosis). (1)
Tuberkulosis kutis umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, wanita akan
lebih sering daripada pria. Tuberkulosis kutis didapati pada orang dengan keadaan
umum dan gizi yang kurang.(2)
Tuberkulosis kutis seperti tuberkulosis paru, terutama terdapat di negeri yang
sedang berkembang. Pada umumnya insiden di semua negeri menurun seiring dengan
menurunnya tuberkulosis paru. Faktor lain yang mempengaruhinya ialah keadaan
ekonomi. Bentuk-bentuk yang dahulu masih terdapat sekarang telah jarang terlihat,
misalnya tuberkulosis papulonekrotika, tuberkulosis gumosa, dan eritema nodosum.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis kutis adalah tuberkulosis pada kulit yang di Indonesia disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis dan mikobakteria atipikal.2
2.2Epidemiologi
Mikobakterium tuberkulosis bukan merupakan bakteri yang mematikan: hanya
sekitar 5% sampai 10% dari infeksi menyebabkan penyakit klinis. Bakteri ini
memiliki distribusi di seluruh dunia, terutama di daerah dengan iklim yang dingin dan
lembab, tetapi juga dapat terjadi di daerah tropis. Kejadian tuberkulosis kutis sejalan
dengan TB paru, oleh karena itu di negara-negara berkembang dan populasi miskin
sangat memperhatikan penyakit tersebut.(3) Insidensi di Indonesia kian menurun
sejalan dengan menurunnya tuberkulosis paru. Hal itu tentu disebabkan oleh kian
membaiknya keadaan ekonomi.(2)
Tuberkulosis kulit dapat ditularkan melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi
langsung pada kulit dari sumber infeksi. Selain manusia, sumber infeksi kuman
tuberkulosis adalah anjing, kera, atau kucing.(9)
Dengan semakin efektifnya pengobatan tuberkulosis sistemik, tuberkulosis kulit
semakin jarang dijumpai. Insidennya secara pasti tidak diketahui, tetapi data dari
(9)
beberapa rumah sakit memperkirakan angka antara 1-4 %. Presentasi klinis tentang
tuberkulosis kutis adalah bermacam-macam. Ada suatu peningkatan kecenderungan
dari tuberkulosis kutis dari tahun ke tahun.(11)
2.3 Etiologi
Tuberkulosis kutis yang paling sering ditemui adalah lupus vulgaris. Akan tetapi,
munculnya tuberkulosis kutis verukosa lebih tinggi dibandingkan dengan lupus
vulgaris.(13)
2.4 Patogenesis
Mikobakterium berkembang biak secara intraseluler dan pada awalnya ditemukan
dalam jumlah besar jumlah besar di dalam jaringan. M. Tuberkulosis jaringan. M.
Tuberkulosis dan M. bovis, dalam kondisi tertentu, vaksinasi BCG menyebabkan semua
bentuk tuberkulosis kulit menjadi lemah.(4)
Sejumlah besar bakteri dapat ditemukan dalam lesi pada luka primer atau TB
malaria akut. Dalam bentuk lain, jumlah mereka dalam lesi sangat kecil sehingga sulit
untuk menemukan mereka. Mikobakterium tuberkulosis bisa menjadi aktif dalam
jaringan host.(4)
Spesies manusia sangat rentan terhadap infeksi oleh M. tuberkulosis, dengan
perbedaan yang besar antara populasi dan individu. Populasi yang telah kontak lama
dengan tuberkulosis baru-baru ini, secara umum, sangat rentan karena bahwa mereka
sudah terlebih dahulu kontak dengan mikobakteri. Usia, keadaan kesehatan, faktor
lingkungan dan khususnya sistem kekebalan tubuh sangat penting. (4)
Status sensitisasi dari host untuk antigen mikobakteri (misalnya sudah pernah
terinfeksi sebelumnya dengan tidak pernah terinfeksi), tingkat kekebalan yang dimediasi
sel host, perjalanan infeksi, dan patogenisitas dari strain infektif mikobakteri akan
menentukan infeksi yang dihasilkan. Dalam infeksi HIV, imunitas diperantarai oleh sel
terganggu dan akibatnya terjadi pengaktifan kembali virus yang sudah ada sebelumnya.
(4)
Cara infeksi ada 6 macam :
1. Penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai
6. Kuman langsung masuk ke kulit, jika ada kerusakan kulit dan resistensi
5. Lupus vulgaris
Suatu bentuk tuberkulosis kulit pasca primer kronis progresif yang terjadi
pada seseorang dengan moderat atau tinggi derajat imunitas. (5) Tempat predileksi
lupus vulgaris adalah di daerah muka dan sekitar ketiak. Infiltrat yang eritematosa
dengan batas tegas, jika ditekan akan berwarna kekuningan. Prognosis penyakit
ini baik dan penyakit dapat sembuh spontan walaupun membutuhkan waktu lama
(beberapa bulan sampai tahun).(14) Gambaran klinik dimulai dengan suatu plak
eritem atau kecokelatan. Di atasnya terdapat papul tersebar berwarna kekuningan,
yang pemeriksaan diaskopik memberikan gambarn seperti “apple- jelly”. Jika di
tusuk papul ini akan mudah kempes. (9)
2.6 Diagnosis
Unsur utama dalam diagnosis klinis beragam untuk tuberkulosis kulit adalah
sebagai berikut :(7)
1. Klinis dan sejarah epidemiologi
2. Bakterioskopi-basil tahan asam pada lesi Bahan berupa pus, jaringan kulit dan
jaringan kelenjar getah bening. Pada pewarnaan dengan cara Ziehl Neelsen, atau
modifikasinya, jika posistif kuman tampak berwarna merah pada dasar yang biru.
Kalau positif belum berarti kuman tersebut M. Tuberculosis Tuberculosis, oleh
karena ada kuman lain yang tahan asam, misalnya M. Leprae.(2)
3. Medium yang digunakan adalah Lowenstein J Lowenstein Jensen Metode
radiometrik menggunakan CO2 sebagai prinsip bakteri yang memiliki C14 yang
mengarah untuk memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan
koloni mikobakterium tuberkulosis.(7) Kultur dilakukan pada media Lowenstein
Jensen, pengeraman pada suhu 37oC. Jika positif koloni tumbuh dalam waktu 8
minggu. Kalau hasil kultur positif, berarti pasti kuman berarti pasti kuman
tuberkulosis. tuberkulosis.(2)
4. Histopatologi Awalnya perubahan dari peradangan neutrophilic akut dengan
nekrosis basil banyak yang hadir setelah 3-6 minggu yang menyusup menjadi
granulomatosa dan casetion muncul bertepatan dengan hilangnya basil. Pada
epidermis dijumpai hiperkeratosis, hipergranulosis, akantosis dan papilomatosis di
atas sebukan radang akut. Pada dermis bagian atas dijumpai mikroabses.
Granuloma epiteloid dengan kaseasi dan basil tahan asam pada dermis bagian
dalam.(9)
5. Tes tuberkulin – PPD (Purufied Protein Derivatives) atau Mantoux Mempunyai arti
pada usia 5 tahun ke bawah dan jika positif hanya berarti pernah atau sedang
menderita penyakit tuberkulosis Purufied Protein Derivative Derivatives
(tuberkulin human), juga dapat dites dengan tuberkulin berasal dari mikobakteria
atipikal. Hasil reaksi tuberkulin dipengaruhi oleh etiologi. Jika penyebabnya M.
Tuberculosis, Tuberculosis, maka reaksi tuberkulin human kuat, sedangkan bila
penyebabnya mikobakteria atipikal, maka reaksi tersebut lemah. Jadi antigen yang
homolog akan memberikan reaksi yang lebih kuat daripada antigen yang heterolog.
Meskipun demikian karena dapat terjadi reaksi silang, maka nilai tes tersebut
kurang untuk menentukan etiologi.(2)
6. PCR (Polymerase Chain Reaction) Di biopsi dengan asam pada kulit yang
dicurigai ada mikobakterium tuberkulosis. Hasil tes akan menggambarkan posistif
(+) dan negatif (-). Jika hasil positif maka dilanjutkan dengan penanganan dan
pemeriksaan selanjutnya dengan standar obat antibiotik yang telah ditetapkan
sesuai dengan prosedur.(7)
7. Imunohistokimia, terutama immunostaining dengan antigen antibodi, lebih efektif.
(7)
3. Lupus vulgaris
Diagnosis banding dari penyakit lupus vulgaris, adalah:
Sifilis tersier merupakan lesi pertama umumnya terlihat antara tiga sampai
sepuluh tahun setelah Sifilis primer. Kelainan yang khas adalah guma, yakni
infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif.(2)
4. Tuberkulosis kutis verukosa
Diagnosis banding dari penyakit tuberkulosis kutis verukosa, adalah:
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tuberkulosis kutis sama dengan tuberkulosis paru. Untuk
mencapai hasil yang baik hendaknya diperhatikan syarat-syarat yaitu pengobatan
harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi resistensi dan
pengobatan harus dalam kombinasi. Untuk semua bentuk Tuberkulosis kutis,
multidrug Tuberkulosis kutis, terbaru direkomendasikan. Obat-obatan dan dosis yang
digunakan adalah sebagai berikut:(4)
Isoniazid dan rifampicin dilanjutkan untuk 4-10 mg/kg. Jika dicurigai isoniazid
resisten maka di pakai ethambutol (15 mg/kg per hari).(7) Mycobacterium tuberculosis
yang sensitif ke isoniazid dan rifampicin ditemukan setelah delapan minggu.
Penyelidikan lebih lanjut tidak menunjukkan hal apapun yang mendasari defisisnsi
imun, dan tidak ada antibodi yang mengandung kuman pada HIV ( HIV-1) dan HIV-2
yang dideteksi. Luka yang sudah pecah harus diberi tambahan tujuh bulan perawatan
dengan isoniazid dan rifampicin. Tuberkulosis yang berkaitan dengan kulit terdapat
kurang dari 1 – 2% dari semua kasus tuberkulosis. Hasil diagnosa dibuat oleh dan
kultur ynag diambil dari spesimen biopsi kulit untuk mikobakteria dan dilakukan
pengujian histopathologik .(12)
Terapi pembedahan berupa eksisi dapat dilakukan pada lupus vulgaris, tuberkulosis
kutis verukosa yang kecil, serta skrofuloderma pada ekstremitas bawah. Pengobatan
topikal pada tuberkulosis kutis tidak sepenting pengobatan sistemik. Pada
skrofuloderma, jika ulkus masih mengandung pus dikompres, misalnya dengan
larutan kalium permanganas 1/5000.(2,5,9)
2.9 Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik apabila pasien bersedia mengikuti terapi dengan
bersungguh-sungguh dan selalu menjaga kebersihan badan serta lingkungan
sekitarnya.(2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ressner,G. Ressner Dermatologie Lehrbuch and atlas. In Melfiawati s. Buku Ajar dan
Atlas Ajar dan Atlas Dermatologi. Indonesia: Buku kedokte Dermatologi. Indonesia:
Buku kedokteran EGC;1995. P ran EGC;1995. P: 55.
2. Djuanda, Adhi: Mochtar H, Siti A, Djuanda, Adhi: Mochtar H, Siti A, eds. Ilmu
Penyaki eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 3 t Kulit dan Kelamin, 3th ed. Jakarta:
Fakultas Kedoktera Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. n Universitas
Indonesia. 2017. P: 64-9. 2017. P: 64-9.
3. Bolognia, Jean L. Joseph L Jorizzo. Ronald P Rapini. Dermatology, 2nd ed. USA.
2018. P: 1.
4. Wolff, Klaus. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Pallee AS, Lefffel DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th edition. USA. McGraw-Hill
Companies. P : 1768-9.
5. Burns DA. Diseases Caused by Tuberculosis of the skin. In Burns Tony, Breathnach
Stephen, Cox Neil, Griffths Christoper, editors. Rook’s Text Book of Dermatology
Vol. 1-4. 7th edition. Massachusets. Blackwell Publishing Company; 2004. P: 1309.
6. James WD. Berger TG, Elston DM. Mycobacterial dissease. In : Andrew’s Dissease
of The Skin Clinical Dermatology. 10th edition. Philadelphi; Saunders Company;
2016. P: 338.
7. Trying Stephen K. Tropical Dermatology, Elsevier Churchill Livingstone, Germany,
2015. P: 254.
8. Partogi, Donna. Tuberkulosis Kutis Verukosa. [online] 2019 [cited] 2010. Available
from: http//www.library.usu.ac.id.
9. Harahap, Marwali. Tuberkulosis Kutis. Ilmu Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta :
Hipokrates: 2010. P: 273-5.
10. Singal,Archa Singal,Archana. Puneet Aggarwal, na. Puneet Aggarwal, Deepika
Pandhi, Jolly Rohatgi. Deepika Pandhi, Jolly Rohatgi. Tuberculosis Cutaneus. In J
Dermatol Venerol [online] 2006 [cited] 2010. Available from: http://www.ijdvl.com
http://www.ijdvl.com/text.asp /text.asp?2006/72/4/290/2 ?2006/72/4/290/26726.
11. Saluja, JG. Narendra Rege, MS Ajinkya, Leroy Rebello, SS Khanna. Diabetes
Melitus Melitus dan Tuberkulos Tuberkulosis Cutaneus. Cutaneus. Bombay Hospital
Hospital J [online] 2005 [cited] 2010. Availabe from : 2018.
12. Pace, David. Noel Gatt, Simon Attard-Montalto. Cutaneous Mycobac
Mycobacterium Tuberculosis Infection. The Am J of Tropical Medicine and Hygiene.
[online] 2008 [cited] 2018
13. Chin PW. Koh CK, Wong KT. Cutaneous Tuberculosis Mimicking Cellulitis in an
Immunosuppressed Patient. Singapore Medical J. [online] 1999 [cited] 2015.
14. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Indonesia. Jakarta : EGC; 2000.
P: 151-2.