Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat dimana manusia hidup, yang mana merupakan salah

satu elemen kehidupan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kehidupan manusia. Lingkungan dapat mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, mulai dari

gaya hidup, cara berprilaku, pola pikir, bahkan kepribadian. Di dalam lingkungan dimana

manusia hidup terdiri dari berbagai elemen, yang merupakan faktor pembentuk lingkungan,

diantaranya yaitu, masyarakat.

Masyarakat merupakan kumpulan dari berbagai individu manusia yang saling

berinteraksi dan mempunyai suatu tujuan tertentu. Lingkungan merupakan tempat hidup

manusia. Oleh karena itu sudah sepatutnya jika menjadikan lingkungan tempat tinggal menjadi

senyaman mungkin, sehingga dapat menimbulkan suatu keselarasan bagi individu yang

mendiaminya. Salah satu cara untuk menjaga kenyamanan lingkungan yaitu dengan cara

memprioritaskan kebersihan, baik itu kebersihan individu maupun kebersihan lingkungan tempat

tinggal.

Kebersihan Lingkungan merupakan suatu usaha untuk menghilangkan kotoran yang

menjijikkan sehingga lingkungan menjadi bersih dan sehat serta terhindar dari berbagai macam

penyakit. Kebersihan lingkungan menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman, hijau dan enak

dipandang mata. Kebersihan dapat dilakukan dimanapun tempatnya misalkan di lingkungan

sekolah, kantor maupun di tempat umum lainnya maka orang yang berada di tempat tersebut

akan merasa nyaman dengan lingkungan yang bersih dan pemandangan yang hijau (Sa’di,2008).
Masyarakat (komunitas) dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga

diperlukan suatu kerjasama secara aktif untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Dalam hal ini, asuhan keperawatan komunitas diberikan bertujuan

untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat serta peran serta masyarakat dalam

melakukan upaya preventif, promotif dan mempertahankan kesehatan.

Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan,

kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia), maupun pemanfaatan

fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan,

kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya (Mahyuddin, 2009).

Penyakit yang terjadi akibat kondisi lingkungan, masih terus menerus terjadi di

Indonesia. Dalam laporan Kementrian Kesehatan RI tahun 2016, jumlah Kab/ Kota yang mampu

melakukan eliminasi malaria baru 247 Kab/ Kota. Annual Parasite Incidence (API) masih

berkisar antara 0,7-0,9 dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu penyakit demam berdarah masih

terjadi pada lebih dari 200 ribu kasus di tahun 2016 dengan jumlah meninggal lebih dari 1.500

orang. Jumlah Kab/ Kota yang terjangkit DBD (Demam Berdarah Dongue) sudah mendekati

angka 91 persen pada tahun 2016, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya Penyakit-penyakit

tersebut tidak termasuk diare, penyakit pernapasan, serta penyakit akibat lingkungan yang tidak

sehat lainnya.

Dalam Renstra 2015-2019 Kementrian Kesehatan, disebutkan bahwa di akhir tahun

2019, diharapkan persentase Kab/ Kota yang memiliki kebijakan PHBS meningkat dari 30

persen di tahun 2015 menjadi 80 persen di tahun 2019. Prestasi pencapaian persentase Kab/ Kota

yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan meningkat dari 15,3 persen (2015) menjadi 40
persen di tahun 2019. Hal-hal tersebut masih dianggap belum memasukkan sasaran penting yang

berhubungan dengan kesehatan lingkungan di daerah yaitu di sejumlah desa/kelurahan yang

melaksanakan kegiatan gerakan PHBS.

Berdasarkan dari hasil survey di Gampong Daboh Kecamatan Delima Kabupaten Pidie

terdapat 108 KK dengan populasi penduduk berjumlah 351 jiwa, Gampong Daboh memiliki tiga

dusun yaitu Dusun Krueng, Dusun Daboh, dan Dusun Kandang, berdasarkan jenis kelamin

perempuan sebanyak 174 jiwa dan jenis kelamin laki-laki 177 jiwa. Keadaan lingkungan di desa

Daboh masih kurang bersih, lebih dari 50% masyarakat masih suka membuang sampah kehilir

sungai desa sehingga menimbulkan bau yang mengganggu sekitar lingkungan, 30% perumahan

masyarakat masih sangat dekat dengan letak kandang hewan peliharaan dan 20% saluran got

atau kubangan masih dekat dengan sumber air masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, mahasiswa kepanitraan klinik keperawatan

senior (K3S) bidang komunitas pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Medika Nurul

Islam Sigli, mencoba melakukan pengkajian keperawatan komunitas di tiga dusun yang ada di

desa Daboh Reubee Kecamatan Delima. Mahasiswa melakukan praktek profesi mulai tanggal 31

Agustus sampai dengan 23 September 2020. Dalam hal ini mahasiswa berupaya melakukan

pembinaan, mengatasi masalah kesehatan lingkungan serta meningkatkan kemandirian

masyarakat untuk terus terbiasa untuk menjaga kebersihan lingkungan secara optimal dan

mandiri.

Mahasiswa K3S PSIK Sigli dalam melaksanakan praktek keperawatan komunitas di

desa Daboh kecamatan Delima melakukan pendekatan pada masyarakat dengan menggunakan

konsep Community as Partner , yang memandang masyarakat sebagai system terbuka. Agregat

klien dalam model community as partner  ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim.
Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih

karakteristik Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan

keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan social,

lingkungan fisik dan rekreasi (Allender & Spradley, 2005).

Setelah mahasiswa menyelesaikan praktek keperawatan komunitas di desa Daboh,

mahasiswa akan menghimbau dan melimpahkan tanggung jawab bagi kader kesehatan dan juga

pihak puskesmas serta pihak terkait untuk terus membantu masyarakat dalam upaya pencapaian

derajat kesehatan optimal dengan menindak lanjuti masalah kesehatan dan kebersihan

lingkungan untuk menciptakan masyarakat yang sehat serta melanjutkan implementasi yang

belum optimal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas, mahasiswa akan dapat

mengaplikasikan teori keperawatan komunitas dan menggunakan asuhan keperawatan

komunitas untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan bersama masyarakat dengan upaya

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam upaya kebersihan lingkungan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di tiga dusun desa Daboh

Reubee Kecamatan Delima diharapkan  mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas dengan menggunakan konsep

community as partner.

b. Melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan komunitas.


c. Menyusun rencana tindakan keperawatan komunitas

d. Melakukan implementasi keperawatan berdasarkan masalah keperawatan.

e. Melakukan evaluasi proses, struktur dan hasil dari serangkaian implementasi yang

telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai